NovelToon NovelToon
Mysterious Girl

Mysterious Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kegiatan Olahraga Serba Bisa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.


Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan keluarganya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Acha dan Anya berjalan beriringan, begitu mendekati orang-orang itu, Anya memperlambat langkahnya. Sedangkan Acha berjalan di belakang kerumunan murid lainnya. Anya menyelinap di belakang orang-orang yang sedang berbicara dengan Luna, setelah itu mengambil hp milik pria berkepala botak itu tanpa ada yang menyadari. Anya melemparkannya kearah Acha, yang langsung di tangkap baik oleh gadis itu. Acha buru-buru memasukkan hp itu ke saku jaketnya dan berjalan keluar seperti tidak terjadi sesuatu.

Perbuatan mereka tidak luput dari penglihatan Kainoa dan keempat temannya. Mereka sempat tercengang dengan apa yang baru saja mereka lihat.

"Gila, mereka nyolong hp?" Tanya Gavin syok saat melihat aksi Acha dan Anya yang mengambil hp milik orang berkepala botak itu tanpa ada yang menyadari.

"Smooth banget anjir. Mana nggak ada yang nyadar lagi." Ucap Chaziel kagum.

"Heh, itu mereka nyolong hp orang. Kenapa malah diem aja." Kata Gavin pada keempat temannya.

"Anya sama Luna bukan orang susah. Jadi nggak mungkin mereka ngelakuin itu demi uang." Sahut Arkan menjawab ucapan Gavin.

"Ya mungkin aja mereka bantuin cewek aneh itu buat nyolong." Ucap Gavin tidak mau mengalah

"Dan Lo pikir mereka berdua mau ngelakuin itu?" Kini giliran Bumi yang bertanya, membuat Gavin langsung diam tidak bisa menjawab pertanyaan cowok itu.

Kainoa yang sejak tadi diam saja dalam hatinya juga setuju dengan pemikiran Bumi. Bukankah jika Anya dan Luna ingin membantu Achassia, mereka berdua bisa membantunya secara langsung? Kenapa harus repot-repot mencuri. Apakah ini ada hubungannya dengan yang terjadi kemarin. Apa ini penyebab Achassia berlari ke belakang sekolah dan melompati tembok untuk pulang. Bahkan ia juga tidak mengerti, kenapa ia merasa sangat penasaran dengan gadis bernama Achassia itu.

Sedangkan Luna masih berbicara dengan orang-orang itu. Mereka sempat bertanya apakah ada yang bernama Alora di sekolah ini? Untungnya otak Luna agak lemot, jadi ia tidak menyadari jika Alora adalah nama salah satu dari sahabatnya.

"Beneran nggak ada yang namanya Alora?" Tanya orang itu lagi pada Luna.

"Alora? Kayaknya beneran nggak ada deh Om." Jawab Luna yang masih belum sadar.

"Ehh-" Baru saja Luna akan melanjutkan ucapnya, tiba-tiba Anya datang.

"Heh Lun, Lo dari mana aja sih?" Tanya Anya membuat Luna mengerutkan keningnya bingung. Bukankah dia dan Acha yang menyuruhnya untuk pergi dulu? tapi kenapa Anya seperti baru melihatnya.

"Tadi Lo di cariin Arkan." Tentu saja apa yang Anya katakan hanya karangannya saja, bahkan ia membawa-bawa nama Arkan dalam kebohongannya.

"Arkan? Kenapa Arkan nyariin Luna?" Tanya Luna bingung.

"Mana gue tau. Tuh Arkan di sana." Tunjuk Anya saat melihat Arkan, mungkin ini adalah hari keberuntungan mereka hingga cowok itu muncul dengan sendirinya tanpa harus repot-repot mencari.

"Arkan." Panggil Anya seraya melambaikan tangannya kearah cowok itu.

Arkan yang merasa di panggil tentu saja langsung menghampiri kedua gadis itu. Keempat temannya juga mengikuti Arkan. Walaupun tidak mengerti permainan apa yang sedang mereka mainkan, kelima cowok itu tetap mengikutinya.

"Ini si Luna, bukannya Lo tadi nyariin dia?" Ucap Anya dengan tatapan memohon agar Arkan mengiyakan ucapannya.

"Hah? Ohh, iya." Jawab Arkan. Anya bernafas lega karena Arkan bisa menangkap apa yang ia maksud.

"Arkan ngapain nyariin Luna?" Tanya Luna heran. Ia bahkan tidak terlalu mengenal Arkan.

"Mau ngajak pulang bareng kali. Iya kan?" Tanya Anya lagi seraya memelototkan matanya pada Arkan.

"Ohh i-iyaa. Pulang bareng." Jawab Arkan terbata-bata, kenapa ia jadi merasa akan di makan hidup-hidup oleh Anya.

"Yaudah, pulang sana. Udah di tungguin Arkan juga." Suruh Anya, ia mendorong Luna kearah Arkan. Arkan yang sudah terlanjur masuk dalam permainan ini hanya mengikuti saja.

Anya bernafas lega karena Luna sudah pergi bersama Arkan. Meskipun cara berpikir Luna terlalu lemot, tapi jika lama-lama di tanya terus menerus ia pasti akan mengingatnya. Untung saja ia bisa menghentikan Luna sebelum gadis itu mengatakan sesuatu yang akan mengacaukan rencana Acha.

"Ehh Neng, ini beneran nggak ada yang namanya Alora di sekolah ini?" Tanya orang itu lagi pada Anya.

"Nggak ada Om, ngeyel banget sih di bilangin." Jawab Anya kesal setelah itu pergi meninggalkan orang-orang itu dan juga Kainoa dengan ketiga temannya.

"Nggak ada!" Ucap Kainoa penuh penekanan bahkan sebelum orang itu mengeluarkan suara untuk bertanya lagi.

Setelah mengatakan itu, Kainoa pergi lebih dulu dan di ikuti Bumi. Baru saja Gavin akan membuka mulutnya, Chaziel lebih dulu menariknya untuk menyusul Kainoa dan Bumi. Hari ini motor mereka berlima menitipkan motornya di warung Bik Inah yang berada di dekat sekolah. Tadi pagi mereka berangkat lewat tembok belakang karena terlambat.

"Alora bukannya nama belakang cewek aneh itu ya?" Tanya Gavin.

"Heh, moncong Lo! Nanti ada yang denger bego!" Maki Chaziel membuat Gavin mendengus.

"Kenapa sih? Kan emang bener."

"Yaudah diem aja. Nggak usah ikut campur deh."

Saat Chaziel dan Gavin tiba di warung Bik Inah, ternyata Anya juga berada di sana. Chaziel yang memang sudah akrab dengan Anya pun merasa penasaran dan berjalan mendekati gadis itu.

"Belum pulang Nya?" Tanya Chaziel yang baru saja duduk di samping Anya.

"Iya." Jawab Anya tanpa menoleh kearah Chaziel karena gadis itu sibuk mengotak-atik ponselnya. Tidak lama setelah itu Anya bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam warung.

Tutt...

Tutt...

Suara ponsel Anya yang sedang menelfon Acha terdengar keras karena gadis itu mengaktifkan loud speakernya. Anya meninggalkan ponselnya di meja karena ia ingin memesan sesuatu ke Bik Inah.

"Bik, es teh satu ya." Ucap Anya setelah mendekat dimana Bik Inah berada.

"Siap Neng." Jawab Bik Inah.

Chaziel yang mendapat sinyal dari Kainoa pun langsung paham dan mengintip siapa yang sedang di telfon oleh Anya sebelum gadis itu kembali. Chaziel menyebutkan nama Acha tanpa suara pada Kainoa.

"Lo dimana Ca?" Tanya Anya saat sambungannya terhubung.

"Tempat biasa." Jawab Acha di sebrang sana. Gadis itu sepertinya sedang makan sesuatu karena suaranya tidak begitu jelas.

"Ehh bangsat! Dari tadi gue khawatir takut Lo kenapa-napa ehh Lo malah lagi enak-enakan jajan!" Maki Anya kesal.

"Ini Neng es tehnya." Ucap Bik Inah yang tiba-tiba datang mengantarkan es teh pesanannya tadi.

"Makasih Bik." Balas Anya.

"Heh, Lo sendiri gimana? Bilang khawatir sama gue tapi masih bisa pesen es teh!" Maki Acha balik.

Perdebatan mereka berdua tentu saja di dengar oleh Kainoa dan teman-temannya. Bahkan Chaziel dan Gavin tidak bisa menahan tawanya karena mendengar pertengkaran kedua gadis itu. Diam-diam Kainoa juga ikut tersenyum walaupun hanya senyum tipis.

"Ya gimana lagi namanya juga capek." Keluh Anya.

"Apa kabar gue yang lari-larian dari sekolah sampe sini?" Balas Acha tidak mau kalah.

"Lo dari tadi jalan kaki?" Anya kaget mendengar ucapan Acha.

"Lo pikir?"

"Ternyata otak pinter Lo bisa nggak guna juga ya." Ucap Anya mengejek.

"Mulut Lo."

"Tapi senenggaknya Lo kabarin gue dulu biar gue nggak khawatir." Anya tidak bohong, ia dari tadi memang menghawatirkan gadis itu.

"Lupa." Balas Acha acuh.

"Bayi gue mana? Kok nggak kedengaran suaranya?" Lanjut Acha bertanya, dari tadi ia sama sekali tidak mendengar suara Luna. Biasanya gadis itu pasti sudah ikut bicara saat Anya menelponnya.

"Di pungut Arkan." Jawab Anya enteng.

"Gila!" Acha tak habis pikir, bagaimana Anya bisa menitipkan anak orang sembarangan.

"Gue jamin bayi Lo aman sampai tujuan. Gue nyusul ya?" Anya mencoba meyakinkan jika Luna akan baik-baik saja. Bukankah Arkan cowok baik-baik? Lagipula ia dan Acha tidak akan melepaskan Arkan jika cowok itu sampai menyakitkan Luna.

"Gue udah mau pulang. Mending Lo langsung ke rumah gue aja." Suruh Acha, karena hari juga sudah mulai sore.

"Kebiasaan banget deh, belum selesai ngomong juga udah di matiin." Gerutu Anya kesal karena Acha sudah mematikan teleponnya.

Anya yang sudah terlanjur kesal pun pergi begitu saja sampai lupa jika belum membayar es tehnya. Bumi diam-diam memperhatikan tingkah Anya yang tampak lucu karena terus menggerutu sepanjang jalan. Karena Chaziel sering menyapa gadis itu, membuat Bumi merasa sedikit tertarik pada hadis itu. Hanya saja ia tidak mengatakannya pada teman-temannya.

"Lah tuh bocah lupa belum bayar." Ucap Chaziel melihat kepergian Anya.

"Mana marah-marah mulu lagi. Bayarin Cil, kan temen Lo tuh." Ucap Gavin membuat Chaziel berdiri hendak membayar es teh Anya.

"Biar gue aja." Sahut Bumi yang sudah berjalan menghampiri Bik Inah.

"Ekhemm, ada benih-benih cinta nih kayaknya." Teriak Gavin menggoda Bumi

"Bacot!" Balas Bumi kesal.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!