Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Suka
Beberapa hari berlalu, Pak Rahmat sudah diperbolehkan untuk pulang dari Rumah Sakit. Raka dan Aruna mengantar kepulangan Ayahnya ke rumah. Tadinya Pak Rahmat ingin pulang dengan memakai taksi saja, takut merepotkan menantunya. Tetapi Raka tetap menjemput ke Rumah Sakit pagi-pagi sekali.
"Hati-hati Pak". Ucap Raka saat Pak Rahmat berjalan keluar dari mobil
"Makasih Nak Raka, Bapak merepotkanmu lagi". Sahut Pak Rahmat yang terlihat masih sedikit sungkan terhadap Raka
"Nggak merepotkan Pak, Raka kan juga anak Bapak. Anggap saja putra Bapak sendiri".
"Iya loh Bapak ini..Nak Raka ini suami Aruna putri kita, ya jelas Nak Raka sudah menjadi putra kita". Bu Murni berkata sembari berjalan membukakan pintu rumah.
Raka berjalan masuk menuntun Pak Rahmat, sedangkan Aruna berjalan dibelakang sembari menenteng tas yang berisikan pakaian ganti Ayahnya.
"Bapak istirahat dulu, ingat kata dokter Bapak nggak boleh beraktifitas sebelum sembuh total. Aruna nggak mau Bapak kenapa-napa". Ucap Aruna menatap Pak Rahmat sendu, ia merasa sangat sedih ketika mengingat Pak Rahmat dengan kondisi kritis saat di rumah sakit beberapa hari yang lalu.
"Iya..iya.. Udah jangan sedih seperti itu lagi". Ucap Pah Rahmat sembari mengusap puncak rambut Aruna.
Tiba-tiba terdengar deringan ponsel milik Raka, terlihat nama Reno di sana. Dengan cepat Raka menerima panggilan tersebut.
"Ya.. Ada apa.."
"........"
"Baik, saya kesana sekarang". Raka mematikan telponnnya lalu mendekat ke arah ranjang Ayah mertuanya.
"Ada apa Nak Raka, sepertinya penting".
"Maaf Pak, Raka pamit harus balik ke kantor lagi. Ada urusan mendadak yang nggak bisa di handle oleh Reno".
Pak Rahmat tersenyum dan mengangguk tanda mengerti "Iya.. Nak Raka bisa pergi, pasti kehadiran Nak Raka sangat di tunggu. Makasih sekali lagi sudah mengantar Bapak tadi".
"Raka pamit Pak.. Bu". Raka mencium tangan kedua mertuanya lalu beranjak pergi.
Melihat Aruna yang hanya terdiam, Bu Murni menyenggol tangan Aruna.
"Ngapain kamu diam saja Runa, kamu antar dong suami kamu ini".
"Apa si Bu..".
"Udah cepat antar kedepan, bilang juga nanti malam suruh makan malam disini. Ibu akan memasak makanan kesukaan kalian". Ujar Bu Murni lalu mendorong Aruna untuk keluar mengantar Raka.
Tentu Aruna menurut saja, ia melangkah berjalan keluar menyusul Raka.
"Tunggu.." Ucap Aruna saat terlihat Raka akan memasuki mobil
Raka mengernyit melihat Aruna yang berjalan sedikit berlari menghampirinya "Kenapa ? Apa ada sesuatu yang tertinggal?".
Aruna menggeleng "Makasih"
"Ya.. Makasih buat?" Tanya Raka
Aruna mendengus lalu kembali menatap Raka "Makasih atas semuanya, makasih sudah membantu Bapak saat di Rumah Sakit".
Raka mengangguk "Iya...sama-sama"
Aruna berdecak, masih saja sikap Raka yang datar dan dingin nggak peka. "Em.. Nanti malam Mas Raka nggak sibuk kan?"
Raka yang akan membuka pintu mobil urung saat mendengar perkataan Aruna, ia berbalik dan menatap Aruna dengan tatapan bingung dengan sikap Aruna. Dan apa tadi, dia berkata "Mas" apa Raka tidak salah mendengar.
"Saya nggak salah dengarkan ?". Aruna mengernyit heran lalu menggeleng
"Ehm.. Kamu manggil saya apa ?".
"Mas... Jadi nggak sibuk kan, tadi ibu nyuruh makan malam dirumah. Jadi aku harap Mas Raka bisa menyempatkan waktu". Ucap Aruna dengan sedikit gugup, entah kenapa memanggil Raka dengan sebutan "Mas" membuat dia merasa sedikit malu-malu.
Aruna merasakan punggung tangan Raka yang terulur di dahinya "Nggak panas.. Tumben kamu panggil saya Mas. Kamu nggak kesambetkan"
"Apa sih.. ya udah nggak jadi aja deh panggil mas nya". Ucap Aruna tak suka saat Raka mengejeknya
Raka tersenyum tanpa Aruna sadari "Saya suka... Saya usahakan pulang cepat. Kalau begitu saya pergi dulu". Ucap Raka lalu masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan rumah mertuanya.
* *
Saat Raka sudah berada di kantor ia terduduk di kursi kebesarannya, lalu ia mengingat saat Aruna memanggil namanya yang tak biasa. Entah kenapa membuat perasaan Raka menghangat, tanpa sadar ia pun tersenyum.
Sampai Reno masuk kedalam ruangan, terlihat Raka masih melamun dengan tersenyum sendiri. Reno yang melihatnya menatap heran melihat Bos nya yang dingin dan jarang tersenyum sekarang terlihat tersenyum sampai tak menyadari kedatangannya.
"Ehem.. Maaf Tuan, apa anda sedang baik-baik saja?" Tanya Reno
Raka tersadar saat mendengar Reno berkata, lalu menatap kearah Reno "Maksut kamu apa?".
"Nggak, cuma aneh aja.. Nggak biasanya Tuan bersikap aneh sampai senyum-senyum sendiri".
"Ck.. Ada hal mendesak apa sampai saya harus ke kantor sekarang?"
Reno menyerahkan sebuah berkas dari klien "Ini berkas penganjuan kerja sama kita dengan PT. Antariksa Wijaya yang sekarang kepemimpinannya sudah berpindah tangan kepada anak menantunya, beliau meminta untuk rapat di ajukan menjadi siang ini. Tadi sekertarisnya sudah menelfon bahwa mereka sudah berada dijalan, kemungkinan 10 menit lagi sampai di kantor kita Tuan".
Raka mengangguk mengerti "Baik, persiapkan segala keperluan untuk meeting kita sekarang. Kalau sudah siap kabari saya".
Reno mengangguk kemudian beranjak pergi keruang meeting.
* *
"Runa.. Ibu lupa tanya tadi, kira-kira Nak Raka suka masakan apa ya?".
Aruna nampak berfikir, selama ini memang ia sudah tinggal beberapa bulan bersama pria itu. Tetapi kehidupan dengannya tidak sedekat itu, ia tak pernah perduli kesukaan ataupun ketidaksukaannya. Mereka bahkan jarang berkomunikasi kalau tak penting-penting amat.
Tetapi saat bersama beberapa hari dirumah sakit saat menunggu ayahnya, Aruna melihat sisi baik Raka yang terlihat tulus saat ikut membantu merawat Ayahnya.
"Aruna.. Nak, kamu kok malah melamun sih".
"Em.. Aruna juga kurang tau Bu, soalnya Aruna jarang melihat Mas Raka makan dirumah".
Bu Murni menghela nafasnya "Kamu ini gimana si, sebagai istri kamu itu harus tau kesukaan suami kamu itu apa, terus makanan kesukaannya apa, jadinya kamu bisa nyenengin suami mu kalo di rumah"
"Ya gimana Bu, Mas Raka juga sibuk di kantor setiap hari, Runa juga kerja juga Bu kadang pulangnya malam". Sahut Aruna tak mau kalah
"Ya udah, terus kita mau masak apa. Tadinya Ibu pengen masak kesukaan Nak Raka, tapi kamu yang istrinya aja nggak tau kesukaannya apa".
"Ya.. Masak seadanya aja deh Bu. Besok kalau Aruna udah tau baru deh masakin kesukaannya".
Bu Murni manggut-manggut, menuruti perkataan Aruna memasak apa yang ada. Berharap semoga menantunya menyukai masakannya.
* *
"Selamat siang Tuan Prayogi, senang bertemu dengan anda". Ucap Reno saat melihat rekan bisnis perusahaannya datang bersama dengan sekertarisnya
"Selamat siang juga, maaf karena saya harus mengajukan pertemuannya sekarang. Semoga Pak Raka tidak mempermasalahkannya".
Reno mengangguk "Mari silahkan duduk, saya akan memanggil Pak Raka".
Selang beberapa menit, Raka melangkahkan kaki menuju ruang meeting.
"Selamat siang, maaf sudah membuat anda menunggu". Sapa Raka
Saat berjabat tangan dan pandangan mereka bertemu, sesaat Raka nampak teringat wajah dari rekan bisnis dihadapannya.
"Anda...."
Bersambung * *