NovelToon NovelToon
Lorenzo Irsyadul

Lorenzo Irsyadul

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri
Popularitas:518
Nilai: 5
Nama Author: A Giraldin

Seorang pria bernama Lorenzo Irsyadul, umur 25 tahun hidup seorang diri setelah ibunya hilang tanpa jejak dan dianggap tiada. Tak mempunyai ayah, tak mempunyai adik laki-laki, tak mempunyai adik perempuan, tak mempunyai kakak perempuan, tak mempunyai kakak laki-laki, tak mempunyai kerabat, dan hanya mempunyai sosok ibu pekerja keras yang melupakan segalanya dan hanya fokus merawat dirinya saja.

Apa yang terjadi kepadanya setelah ibunya hilang dan dianggap tiada?

Apa yang terjadi kepada kehidupannya yang sendiri tanpa sosok ibu yang selalu bersamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A Giraldin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24: Garbage

“AAAAAA!!! AKU AKAN MATIII!!!” teriaknya keras.

Saat sedikit lagi hampir mengenai inti, ia menutup mata dan pasrah serta bisik-bisik kecil. “Aku akan mati. Clayra maaf, honeymu ini akan pergi. Clayra, tenang saja, masih banyak pria baik di luar sana. Saat ini aku akan ma__DINGIN!”

Tiba-tiba ia jatuh di atas air selokan. Sekeliling banyak sampah. Lantai kotor, air selokan kotor, banyak jaring laba-laba, pecahan-pecahan kaca dan benda tajam lainnya, ada semua di sini.

Mungkin... tempat pembuangan adalah... nama yang cocok untuk tempat ini. Setelah melihat sekeliling dengan saksama, ia melihat bagian depan. Gelap, tak ada cahaya selain air selokan. “Air kotor ini bercahaya dan depannya... gelap. Semakin kesana, sepertinya semakin bercahaya.”

Berdiri dan langsung merangkul tubuhnya. “Huhh, dinginn!” keluhnya dengan badan ikut menggigil.

Tak lama kemudian, dingin hilang dan membuatnya tersenyum lebar. “Berdiri membuatku lebih hangat ternyata. Oke, waktunya berjalan dan... waktunya tersisa 30 menit lagi.”

Hanya tinggal setengah jam lagi sebelum bulan menjadi merah. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah lanjut berjalan sampai ke tujuan yang dituju. Berjalan lurus terus dan dugaannya benar. “Semakin ke depan semakin bercahaya dan bagian belakang akan semakin gelap. Konsepnya mirip senter ternyata.”

Terus berjalan dan hampir saja hal buruk terjadi kepadanya. “Uwaa!!” kagetnya karena sesuatu di depannya. “Air terjun!”

Air terjun yang sangat dalam terlihat. “Jalan buntu! Sekarang, aku harus ke mana?” tanyanya kepada dirinya sendiri sambil membalikkan badannya ke kanan dan ke kiri.

Tak ada satupun hal sebagai petunjuk. “Apa-apaan ini? Bagaimana cara aku bisa bertemu dua orang lagi?”

Pertanyaannya dijawab oleh embusan angin kencang. “Angin dan__ KENCANG SEKALII__ TUNG__ UWAAAA!!!” teriaknya keras karena angin super kencang ini membuatnya jatuh ke bawah.

“AAAAA... AKU AKAN MATIII!!!” teriaknya lebih keras lagi saking ketakutannya.

“AAAA__eee... aku baik-baik saja.”

Melihat sekeliling dan hanya tempat gelap saja yang terlihat sekarang. Tak ada cahaya sedikitpun. “Sebentar, air selokan, dan lain sebagainya menghilang!"

Berpikir sebentar. “Sepertinya, ada sesuatu yang harus ku lakukan di sini.” Berdiri dan langsung melihat-lihat sekitarnya. Tak ada apapun yang ia temukan. Duduk atau berdiri semuanya sama saja.

Ia menutup matanya rapat dan langsung berpikir keras sambil bisik-bisik akan apa yang dipikirkannya. “Air terjun... angin... berarti... apa ya? Apakah air dan angin ada hubungan tertentu? Tidak, tidak, tidak... terlalu cepat menyimpulkan. Sekarang... waktunya berpikir lebih jauh lagi. Waktunya... waktu... WAKTU!”

Refleks langsung membuka mata dan waktu tersisa 26 menit lagi. “Aku tidak boleh membuang-buang waktu. Pasti ada suatu petunjuk. Apa ya? Sebentar...” sebuah jawaban ia menemukannya. Membalikkan badannya ke belakang.

Tersenyum lebar. “Hanya depan saja, siapa juga yang mau mempermudah jalan? Belakang... mungkin adalah jawaban. Sekarang... waktunya masuk ke dalam sini.”

Berjalan menuju pintu merah dengan tembok hitam. Membuka pintu dengan tangan kanan dan begitu dibuka, sesuatu yang hebat ia lihat. “Aaa__” apa yang ia lihat membuatnya menutup pintu lagi.

Dua tubuh berpakaian sedang ciuman brutal, tentu saja refleks membuatnya menutup pintu. “Eemm...” mengetuk-ngetuk pintu. “Kalian berdua, lihat ke bawah dan... naikkan kepala kalian ke atas setelahnya.” Mengatakannya dengan wajah memerah sedikit.

Keduanya memisahkan diri dan langsung menurutinya. “Apa lagi sekarang?” tanya mereka berdua serentak kepadanya.

“Tunggu saja!” perintahnya kepada mereka berdua.

“Tunggu, apa maksud__NYAA?” tanya mereka berdua dan sekarang... tak ada siapapun di dalam ruangan ini.

Dirasa sudah aman, ia memutuskan untuk membuka pintu dan ya... sudah tak ada siapa-siapa di sana. “Tugasku mencari mereka, menemukan pasangan mereka, dan mengembalikan mereka sudah selesai. Sekarang, apa yang harus ku lakukan?” tanyanya kepada dirinya sendiri.

Berjalan ke depan. “Waktunya mencari jalan pulang...” langkahnya terhenti dan langsung tersenyum lebar serta melihat ke waktu yang tersisa. “20 menit lagi dan... kutarik kembali ucapanku. Waktunya pergi ke tempatnya berada.”

Terus berjalan lurus karena sekelilingnya itu hanya penuh dengan kegelapan. Tak ada apa-apa lagi yang bisa ia lihat selain kegelapan tanpa ujung. Waktu yang sudah ia habiskan adalah 10 menit. Berarti... tersisa 10 menit lagi.

Mengembuskan napas karena kelelahan. Keringat mengalir deras dari wajah, leher, tangan, dan kakinya. “Sampai mana aku harus berjalan!” keluhnya saking tak menemukan satupun petunjuk.

“Lelah sekali. 10 menit... aku harus lebih cepat lagi.” Ia berlari cepat dan tak ada satupun petunjuk yang ia temukan.

Waktu tersisa 60 detik lagi. “Gawat!” teriaknya kecil. “Tak ada apa-apa di depan?!”

“Sialan!” marahnya dengan pandangan ke bawah. “AA__” sesuatu mengejutkannya. “Langkah kaki?”

Melihat ke belakang dan semua langkah yang sudah ia langkahkan terlihat dengan jelas semuanya. Waktu yang tersisa adalah 30 detik. “Apa maksudnya ini?” tanyanya dengan waktu terus berjalan.

Pemikirannya menjadi lebih cepat. “Langkah kaki... semuanya berwarna putih layaknya cahaya. Berarti, yang harus ku lakukan adalah... melihat ke atas sana.”

Pandangannya ia arahkan ke atas dan tersisa 10 detik lagi. “Benar. Sekarang... “Hitunglah angka yang tersisa” hitung?”

Tersenyum lebar dan langsung menghitungnya. Waktu yang tersisa adalah 3 detik. “3...2...1. Waktu... habis.”

Seketika, sekelilingnya menjadi sangat aneh. Saking anehnya, ia sampai terkejut. “Apa-apaan?” kagetnya.

Retakan pecahan ruang gelap seperti kaca pecah. Semakin lama semakin retak. Dari kecil, sedang, dan menjadi sangat besar. Retakan terus bermunculan dan... BOMM.

Suara ledakan kaca pecah terdengar seperti bom meledak. Sekelilingnya berubah dengan penuh akan kepingan-kepingan kaca yang tak mengenainya sedikitpun. Hanya bisa tersenyum lebar dalam kondisi terjun bebas dengan yang akan mendarat pertama adalah punggung.

“HAHAHA!!!” tawanya sangat keras sampai menggema keseluruh kepingan kaca. Tiba-tiba, ia langsung mempelankan suaranya dengan bisik-bisik sendiri sambil tetap tersenyum lebar. “Bagian bawah adalah lantai semen. Kalau aku tak melakukan apapun, aku akan mati.”

Sebuah kenyataan ia lontarkan dan hal itu hanya membuatnya menutup mata. “Pasrah mungkin adalah kunci, tapi... kau tidak akan menyukainya. Benar bukan....” menarik napas dalam-dalam dan... “AIDEEEENNN!!!.” Teriak sangat keras sampai ke bagian paling bawah terdengar.

Aiden terlihat berdiri di samping kanannya. Dirinya hanya berdiri tegak saja tanpa melakukan apapun serta hanya tersenyum lebar saja melihatnya mau membentur tembok. Bisik-bisik kecil. “Kau benar, Lorenzo Irsyadul. Apa yang akan kau lakukan sekarang?”

Pertanyaannya padahal hanya bisik-bisik, ia bisa mengetahuinya. “Yang akan ku lakukan ya!” senyumnya sambil bisik-bisik juga. “Yang harus ku lakukan hanya ada satu.”

Menutup mata rapat-rapat dan tersenyum lebar. “Tunggu saja sampai ke bawah sana. Gaya gravitasi itu, tak berlaku di sini. Ringan menjadi berat, berarti diriku yang ringan menjadi lebih cepat sampai. Sakit menjadi baik-baik saja, itu seperti... hanya sebuah angin yang menyentuh lantai.”

Pemikiran jenius itu ia akhiri saat, matanya terbuka lebar dan membalikkan kepalanya ke arahnya. “Benar bukan, Aiden?”

BRUKK

Asap muncul di mana-mana dan tak ada apa-apa yang bisa dilihat selain mereka berdua yang ada di dalam asap. Kepingan-kepingan kaca mengapung di atas. Kaca itu berat, karena ukuran awalnya sangat besar. Berarti... berat menjadi ringan. Ruangan ini adalah kaca. Walaupun menjadi kepingan, karena awalnya berat, menjadi ringan tak mengubah apapun.

Aiden hanya tersenyum lebar dan menatapnya dengan jelas. Lorenzo juga menatapnya dengan jelas sambil tersenyum lebar. Asap yang sangat tebal menghilang dengan cepat dan sekeliling pun terlihat dengan sangat jelas.

Sama-sama gelap dan tak terlihat apapun di sekitar masing-masing. Obrolan dibuka oleh Aiden yang mendapatkan pertanyaan darinya. “Benar sekali, Lorenzo Irsyadul dan... selamat, kau adalah pemenangnya.”

Jawaban itu membuatnya tersenyum lebar dengan perlahan menutup kedua matanya karena kelelahan yang bertubi-tubi. “Hahaha,” tawanya kecil. “Aku pemenangnya. Syu_” matanya hampir menutup, “kur_” sedikit lagi dan... “lah.” Tertutup sempurna.

Aiden hanya bisa tersenyum lebar dan Lorenzo juga hanya bisa tersenyum lebar. Berdiri dan terbaring, apakah hanya sampai di sini saja?

Bersambung...

1
Siti H
tadi matanya dicongkel, kenapa masih bisa terbuka, Thor?

Tulisanmu bagus, Loh... semoga sukses ya...
ayo, Beb @Vebi Gusriyeni @Latifa Andriani
Kaginobi: siap 😁
Siti H: aamiin..
tetap semangat...
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!