Seorang lelaki bernama Muhammad Zayn Malik berusia 22 tahun yang hampir saja di hajar massa karena sebuah kesalahpahaman dan ditolong oleh seorang Kiai pendiri salah satu pesantren.
Saat itu ia sangat ketakutan karena hampir saja nyawa nya hilang seketika. Lelaki itu dibawa oleh Kiai ke pesantren miliknya. Saat itu pernikahan putri satu-satunya akan di berlangsungkan dengan seorang ustadz. Namun karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh ustadz tersebut, ustadz itu tiba-tiba saja membatalkan pernikahannya sehari sebelum hari H. Kiai Hanan beserta keluarga tak dapat berkata lagi. Lelaki yang ditolong Abah Hanan mengajukan diri untuk menikahi putri Kiai tersebut agar keluarga besar kiai Hanan tidak menanggung malu, hal itu ia lakukan demi membalas kebaikan kiai Hanan. Dan ia pun resmi menjadi suami dari Zahra gadis 21 tahun tersebut walaupun tanpa adanya cinta diantara merekra.
Follow Ig Author @winda_srimawati
Baca juga karya pertama Author yang berjudul PENANTIAN KEKASIH HALAL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara Jeritan Nayna
Siangnya, abang pertama Zayn yaitu Ghani beserta istri dan anaknya tiba dikediaman papa Azzam. Nayna keponakan satu-satunya di keluarga Zayn terlihat berlarian saat baru saja tiba di ruang keluarga.
"Assalamu'alaikum, Nayna datang."
Bocah berusia empat tahun itu sangat senang setiap kali datang kerumah Oma dan Opa-nya. Karena suasananya pasti akan ramai sekali, sedangkan dirumahnya hanya ia dan baby sitter saja dan dua orang asisten rumah tangga. Karena papa dan mamanya sibuk dikantor. Sesekali dibawa kekantor jika pekerjaan mereka tidak banyak.
Tentu saja semua penghuni rumah di keluarga papa Azzam sangat senang dengan kedatangan Nayna. Karena dengan adanya kehadiran bocah imut dan lucu itu akan membuat suasana semakin heboh. Walupun sebenarnya dengan adanya Emyr dan Fathir juga pasti keadaan dirumah juga ramai karena kejahilan mereka.
"Wa'alaikumsalam." Jawab semuanya bersamaan.
Ghani dan Karin menyalami kedua orang tua paruh baya itu dengan takzim. Adik-adik mereka juga menyalami Ghani dan Karin, sedangkan Zahra hanya menyalami Karin. Tak lupa bocah empat tahun itu menyalami semua penghuni rumah, membuat mereka semua gemas dengan kehadirannya.
"Mommy cantik, kita ketemu lagi. Nayna kangen..banget sama Mommy."
"Kenapa Mommy nak?" Tanya Aisyahrani sang Oma.
"Kan auty cantik istri Daddy Zayn, jadi Nayna juga panggil istri Daddy dengan sebutan Mommy. Boleh kan mama, papa."
Nayna menatap kedua orang tuanya secara bergantian untuk minta persetujuan. Tentu saja langsung di anggukkan kepala oleh Ghani dan Karin.
Nayna sangat senang bisa bertemu Zahra kembali. Ia menghampiri Zahra, dan Zahra mensejajarkan dirinya dengan Nayna agar lebih mudah mengobrol. Zahra memeluk dan mencium bocah empat tahun itu. Membuat netra semuanya memperhatikan interaksi antara Zahra dan Nayna. Pasalnya Nayna begitu susah berinteraksi dengan orang baru, namun dengan Zahra sejak pertama kali bertemu ia sudah menempel dengan aunty nya itu. Sungguh tidak hanya kedua mertua serta para ipar-iparnya saja yang menerima Zahra dengan mudah, akan tetapi anak kecil berusia empat tahu itu pun sama.
"MasyaaAllah sayang, Nayna juga cantik. Aunty juga kangen sama Nayna."
"Mommy, bukan Aunty."
bocah empat tahun itu mengulang ucapannya. Membuat semua yang ada diruangan terkekeh. Pasalnya keinginan bocah empat tahun itu harus dituruti. Zahra juga semakin gemas dengan keponakannya itu.
"Iya sayang, Nayna boleh panggil Mommy." ucap Zahra gemas dan mencium bocah empat tahun itu.
"Sekarang sudah ada Mommy cantik, Nayna sudah tidak kangen sama uncle ni."
Fathir berpura-pura merajuk, biasanya ia memeluk satu persatu semua orang yang ada di rumah. Namun sekarang perhatiannya hanya kepada Zahra. Anak kecil sangat tahu orang-orang yang tulus dan baik.
"Kangen juga uncle, tapi kan kita sering ketemu. Kalau sama Mommy cantik Nayna baru ketemu dua kali. Jadi hari ini Nayna mau main sama Mommy cantik."
Perkataan bocah empat tahun itu selalu saja bisa membuat seisi ruangan tertawa. Pintar sekali dia menjawab setiap pertanyaan yang ditujukan kepadanya.
Mereka semua duduk diruang keluarga, berbincang-bincang hal-hal random. Apalagi bocah empat tahun itu tidak kalah antusias berbicara dengan bahasanya, dan pastinya ditanggapi oleh semua penghuni rumah.
Apalagi Sejak tiba hingga saat ini, Nayna tidak lepas dari Zahra sama sekali. Ia duduk di atas pangkuan Zahra. Pandangan Zayn juga tidak terlepas dari istrinya itu. Zayn sendiri tidak menyangka jika keponakannya itu bisa nyaman dengan Zahra yang hanya bertemu baru dua kali, pertama di hari pernikahan mereka, kedua hari ini di Pertemuan keluarga.
"Daddy, kenapa melihat Mommy cantik seperti itu."
Pertanyaan Nayna membuat semua orang beralih memperhatikan kearah Zayn. Zayn langsung kikuk sendiri karena ketahuan memperhatikan Istrinya secara diam-diam. Zahra sebenarnya sadar jika suaminya itu curi pandang terhadap dirinya.
"Tidak, Daddy hanya melihat Nayna. Daddy hanya gemas dengan Nayna."
Zayn masih saja berkilah dan tidak mau mengakui jika ia sudah tertangkap basah. Karena sering kali ia curi-curi pandang terhadap istrinya.
"Dasar kamu Zay, tinggal jujur saja susah banget. dek harap maklum ya sama suami kamu. Suami kamu ini memang gengsinya gede banget. Untuk mengakui perasaannya saja susah benar."
Emyr ikut menimpali. Ia sebenarnya sedari tadi juga melihat Zayn melirik kearah Zahra dan Nayna. Karena bisa di lihat dengan jelas, bahwa arah pandang Zayn memang tepat ke arah Zahra.
"Apasih, ikut campur saja."
Zayn memutar bola matanya malas. Zahra tersenyum dibalik cadarnya melihat tingkah salting sang suami. Sebenarnya Zahra juga tahu jika sedari tadi suaminya itu memperhatikan dirinya. Namun ia lebih fokus dengan bocah empat tahun yang ada di pangkuannya.
"Sudah, kalian ini kalau duduk bersama pasti ada saja yang di perdebatkan. Jangan kamu usilin terus adik kamu itu Emyr."
Aisyahrani menegur Emyr yang kerap kali menggoda adik bungsunya. Namun sepertinya itu sudah jadi makanan sehari-hari Emyr. Jika tidak menggoda dan menjahili Zain, ia tidak akan tidur dengan nyenyak.
"Mommy cantik, boleh tidak jika Nayna melihat wajah Mommy cantik?"
Pertanyaan Nayna membuat semua orang menatap kearah Nayna dan Zahra. Zayn sendiri ingin protes disaat keponakannya itu mengatakan hal demikian. Rasanya ia tidak terima jika ada yang melihat wajah istrinya selain dirinya sendiri.
"Nayna, tidak boleh Mommy buka cadarnya sembarangan." Zayn mengatakan dengan lembut. Semoga saja keponakannya itu bisa mengerti.
"Daddy, Daddy pasti sudah melihat wajah Mommy cantik, pasti Mommy benaran cantik kan Dad?"
Zayn tampak gelagapan dengan pertanyaan keponakannya yang cukup pintar itu. Semua juga penasaran dengan jawaban Zayn. Mereka sebenarnya juga penasaran dengan wajah Zahra. Namun mereka sadar jika mereka tidak akan mungkin bisa melihat wajah cantik Zahra. Kecuali Mama mertua Zahra dan Karin, karena mereka sama-sama wanita.
"Kenapa Daddy diam saja," Nayna terus saja menggoyang badan Zayn yang duduk disamping Zahra.
"Iya, Mommy sangat cantik."
Deg!
Jantung Zahra kian bertalu-talu mendengar perkataan Zayn. Padahal Zayn hanya menjawab perkataan Nayna. Namun membuat perasaannya tidak karuan.
"Kan benar Mommy nya Nayna cantik, boleh ya Nayna melihat wajah Mommy, please."
Nayna menangkup kan kedua tangannya di depan dada, seperti memohon kepada Zahra. Zahra pun mengiyakan perkataan bocah empat tahun itu. Zahra pun mengajak Nayna kekamar nya, karena tidak mungkin jika Zahra membuka cadarnya di hadapan semua keluarga suaminya.
"Iya sayang, tapi dikamar Mommy ya. Ayo sayang. Zahra izin kekamar dulu ya semuanya."
Zahra pamit ke kamarnya membawa Nayna. Nayna melompat kegirangan karena diizinkan untuk melihat wajah Zahra. Mereka berjalan beriringan menuju kamar. Semua penghuni rumah hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah bocah empat tahun itu. Jika ia memiliki keinginan, pastilah ia akan memintanya sampai dapat.
Setibanya di kamar, Zahra mendudukkan Nayna di pinggiran ranjang. Kini mereka duduk berhadapan. Zahra membuka perlahan cadarnya. Sontak saja setelah Nayna melihat wajah Zahra. Ia menjerit sekuat-kuatnya dan berlari turun keruang keluarga menghampiri semua penghuni rumah. Zahra sendiri sampai terkejut dengan suara jeritan sang bocah empat tahun. Zahra pun segera menyusul Nayna ke ruang keluarga setelah memakai kembali cadar miliknya.
Aakkhhh.......
Suara jeritan Nayna.
...----------------...
...To Be Continued...