Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Lomba di adakan di kota, dan sekarang mereka sedang menuju kesana. Di dalam mobil ada 3 orang yaitu Gus Altair, ustadzah Rahma dan Hayi. Setelah hampir 1 jam setengah berkendara, kini mereka sampai di tempat tujuan. Hayo turun dan langsung melihat banyaknya orang yang berlalu lalang. Ustadzah Rahma mengajaknya ke tempat pendaftaran sementara Gus Altair sedang berbicara dengan salah satu kenalannya.
Kini perlombaan pun di mulia dengan Hayi yang mendapat nomor urut 5. Setelah beberapa kontestan yang maju, kini giliran Hayi. tidak ada rasa gugup atau pun takut dalam diri Hayi. Ia melangkahkan kakinya ke panggung dengan kepalanya di angkat seolah ia ingin menunjukkan jika dirinya itu pantas untuk menang.
Hal itu pun tak pernah lepas dari tatapan Gus Altair. pria itu hanya menggelengkan kepalanya saja karena bagaimanapun juga dia adalah Hayi, satu-satunya siswa dan juga santrinya yang sangat sangat nakal.
"Entah kenapa engkau justru mengirimkan dia padaku, yaallah." gumam Gus Altair.
"Iya, gus. Kenapa?" tanya ustadzah Rahma yang samar-samar mendengar Gus Altair berbicara.
"Tidak ada ustadzah." jawab Gus Altair.
Kini Hayi pun membawakan pidatonya dengan lancar dan tanpa ada yang salah sama sekali. Riuh tepuk tangan memenuhi tempat itu tak kala Hayi selesai dengan pidatonya.
"Bagus sekali, Hayi. Saya tidak menyangka kamu semahir itu." kata Ustadzah Rahma
"Hehe iya tidak juga ustadzah." kata Hayi tersenyum kecil.
Kini pengumuman pemenang pun di mulai. Semua orang nampak menunggu dengan harap-harap cemas tak terkecuali Gus Altair. Sementara pria itu menoleh ke arah Hayi yang justru berwajah datar saja.
"Juara 3 di raih oleh Farisa Nada Putri dari SMKN Bumi Asih. Juara 2, Dana Abimanyu dari SMK Pertiwi. Dan yang akan mewakili kabupaten untuk ke provinsi, juara 1 di raih oleh Hayi Drestanta Arutala dari MA Al-Hidayah."
Semua orang langsung bertepuk tangan meriah. ustadzah Rahma bahkan sampai berdiri saking terkejutnya jika Hayi yang mendapat juara 1 dan akan mewakili se kabupaten untuk lomba ke tingkat provinsi. Gus Altair juga ikut bertepuk tangan dan merasa bangga, karena terlepas dari semua kenakalan yang di lakukan Hayi, tapi sekarang justru gadis itu membuktikan jika ia juga bisa menjadi siswa yang memiliki prestasi.
Hayi maju bersama kontestan lain yang juga mendapatkan juara. Selain mendapatkan piagam dan piala, seperti yang sudah di katakan Gus Altair, masing-masing dari pemenang juga mendapatkan uang tunai.
"Selamat untuk para pemenang." kata MC yang di iringi riuh tepuk tangan dari semua penonton.
"Selamat, Hayi, kamu juara 1." kata Ustadzah Rahma dengan memeluk Hayi bangga.
"Terimakasih ustadzah." kata Hayi tersenyum.
"Kerja bagus." kata Gus Altair.
"Oh, ya kalau boleh tahu uangnya mau buat apa?" tanya ustadzah membuat Hayi melirik sekilas ke arah Gus Altair.
"Emm belum tau, ustadzah." jawab Hayi.
"Baiklah kalau begitu. Gus, saya lupa bilang sama anda, berhubung suami saya juga ada disini, saya akan pulang bareng sama suami saya. Jadi, tidak papa kan kalau kalian berdua saja?" kata Ustadzah Rahma yang membuat Hayo langsung mendongak.
"Berdua?" tanya Hayi
"Iya, itu suami saya. Gus, saya duluan ya, titip Hayi Gus. Assalamualaikum." kata Ustadzah Rahma.
"Baik. Walaikumsalam." kata Gus Altair
Setelah ustadzah Rahma pergi, Hayi hanya diam saja di tempat. Ia merasa agak canggung jika berada satu mobil dan hanya berdua saja dengan Gus Altair. Entahlah kenapa ia mendadak menjadi nervous seperti itu padahal sebelumnya tidak pernah.
"Apa kamu tidak mau pulang?" tanya Gus Altair.
"Ya, mau lah Gus. Ya masa saya nginep disini huh!" jawab Hayi
"Heh saya itu guru kamu, jadi yang sopan bicaranya, astaghfirullah hal'adzim!!!" seru Gus Altair tak kala Hayi mendadak membalikkan badannya yang membuat Gus Altair hampir saja menabrak tubuh Hayi.
"Gue tau Lo guru gue. Tapi aneh sih, masa guru ajak muridnya nikah." kata Hayi dengan melipat kedua tangannya
"Memangnya kenapa? Dari pada saya ajak kamu pacaran dan berujung maksiat. Allah membenci orang yang senang bermaksiat, dan maksiat yang paling banyak di lakukan adalah pacaran. Saya tidak mau melakukan sesuatu yang di benci Allah sekalipun satu dunia melakukannya." jawab Gus Altair membuat Hayi langsung terdiam.
"Iyain." kata Hayi yang langsung pergi membuat Gus Altair hanya menggelengkan kepalanya.
Sampai di parkiran, saat Gus Altair sudah duduk di kursi kemudi, ia melihat Hayi yang belum juga masuk, tapi sedetik kemudian, gadis itu pun membuka pintu belakang dan langsung duduk sehingga membuat Gus Altair hanya menghela nafasnya saja.
"Ngapain kamu duduk di belakang?" tanya Gus Altair membuat Hayi menatapnya dengan heran.
"Ya masa duduk di atas sana sih, Gus. Yang bener aja." kata Hayi.
"Duduk depan, memangnya saya supir kamu." kata Gus Altair
"Ya mana gue aja yang nyetir, ribet banget deh." kata Hayi dengan kesalnya.
"Saya bilang duduk di depan!" kata Gus Altair dengan penuh penekanan.
"Iya iya." Balas Hayi dengan nada malasnya dan langsung beralih duduk di depan, hanya saja bukan lewat pintu, melainkan ia langsung melompat.
"Astaghfirullah hal'adzim, Hayi. " kata Gus Altair yang sebenarnya ingin sekali mencubit gadis itu. Bukan karena gemas, melainkan ia kesal dan geram karena Hayi sangat susah untuk di nasehati.
"Apalagi, Gus? Jadi yang bener duduk di mana? Di pangkuan, Gus Al?" celetuk Hayi tanpa sadar dan langsung melirik Gus Altair yang kini juga tengah menatapnya.
"Bercanda hahaha." kata Hayi dengan tertawa garing
"Jadi, gimana jawaban kamu?" tanya Gus Altair.
"Nggak tau." jawab Hayi singkat membuat pria itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Tidak usah berhubungan dengan pria geng motor itu lagi. Saya tidak mau kamu kenapa-kenapa." kata Gus Altair.
"Kok jadi ngatur." kata Hayi.
"Karena saya calon suami kamu." jawab Gus Altair.
"Dih,.siapa juga yang mau nikah sama Lo, Gus." kata Hayi
"bicaranya yang sopan, jangan kurang ajar." kata Gus Altair.
"Iya iya maaf. Lagian ya, Gus, kenapa kok saya? umur saya masih kecil sementara Gus Al udah tua." Kata Hayi.
"Saya baru 25 tahun, belum setua yang kamu kira" kata Gus Altair.
"Hahh?? Kirain udah 35 tahun!!" seru Hayi dengan terkejutnya.
Mendengar penuturan Hayi, membuat Gus Altair hanya terdiam saja. Sebenarnya saat itu ia ingin sekali langsung mengambil cermin dan melihat wajahnya sendiri. 35 tahun? apakah setua itu dirinya di mata Hayi.
"Ehhh sorry sorry bukan gitu maksudnya, Gus. Kan nggak tau usianya berapa jadi ya asal tebak aja. saran aku sih gus, mendingan brewok nya di hilangin aja, pasti kelihatan ganteng banget." kata Hayi.
"Jadi maksudnya saya tidak ganteng gitu?"
"Ck bukan gitu! Maksudnya Lo tetep ganteng tp gue nggak suka cowo ada brewok kaya gini." kata Hayi.
"Bisa tidak, hilangin kata Lo sama gue. Kenapa kamu itu sangat susah sekali di kasih nasehat." kata Gus Altair.
"Emang udah dari Sononya. Udah mendarah daging hahaha." ujar Hayi dengan terkekeh
🌙