Mengisahkan Roberto, mantan seorang agen rahasia dengan kemampuan pencuri ulung, bergerak dengan diam-diam di dalam rumah besar yang megah dan terbengkalai untuk mencari beberapa barang berharga. Dengan mata yang tajam dan refleks yang cepat, ia dapat menghindari setiap perangkap dan jebakan dengan sangat mudah. Senjata andalannya, sebuah pisau lipat yang tajam, tersembunyi di dalam sakunya, siap digunakan kapan saja. Namun, misi kali ini tidak seperti biasanya. Ketika ia memasuki sebuah ruangan yang gelap, ia menemukan seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang diikat dengan rantai di kakinya, mata yang besar dan takut memandang ke arahnya.
Apa yang akan dilakukan Roberto? Apakah ia akan menjalankan misi nya atau membantu anak itu? Dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, Roberto harus membuat keputusan yang tepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Noval, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Pertarungan berdarah
Amelia menghampiri pintu dan membuka pintu rumah dengan hati yang sedikit berdebar. Ketika dia membuka pintu, dia terkejut melihat seorang perempuan muda dengan rambut perak dan mata biru nya. "Maaf, ada yang bisa ku bantu?" Amelia bertanya, merasa sedikit familiar dengan orang itu.
"Aku tetangga sebelah, aku baru pindah dan ingin memberikan bingkisan ini," kata perempuan itu, sambil memberikan bingkisan kepada Amelia. "Namaku Viona, salam kenal ya."
Amelia tersenyum dan berterima kasih. "Namaku Amelia, salam kenal juga."
Kemudian Viona kembali ke rumahnya dengan wajah yang tersenyum seperti menyembunyikan sesuatu. Namun Amelia tidak peduli dan ia masuk kembali ke kamar nya.
Amelia membuka bingkisan yang diberikan oleh Viona dan menemukan beberapa jenis kue kering yang lezat. Dia tersenyum dan berpikir bahwa Viona memang ramah dan baik hati.
"Roberto, Carla, lihat apa yang aku dapatkan!" Amelia memanggil Roberto dan Carla untuk melihat bingkisan yang diberikan oleh Viona.
Roberto dan Carla menghampiri Amelia dan melihat bingkisan tersebut. "Wah, kue kering! Aku suka!" Carla berseru dengan gembira.
Roberto tersenyum dan bertanya kepada Amelia "Siapa yang memberikan kue ini?."
Amelia menjawab "Aku mendapatkan nya dari tetangga disebelah, namanya Viona, dia baru pindah dan memberikan kita bingkisan ini"
Roberto berfikir sejenak dan berkata "Viona? Aku sepertinya pernah mendengar nama itu"
Amelia juga merasa sedikit familiar dengannya "kau benar, aku juga merasa pernah mengenalnya namun aku tidak bisa mengingat nya"
Roberto terdiam dan kemudian berkata "Kalau begitu kesampingkan hal itu, mari kita nikmati saja kue yang sudah dikasih ini"
Amelia mengangguk dan berkata, "Ya, ayo kita nikmati dulu kue ini."
Carla berseru dengan gembira, "Roberto ambilkan aku kue yang itu."
Roberto tersenyum kemudian ia mengambilkan kue yang ditunjuk oleh Carla "ini kuenya tuan putri, tapi jangan kebanyakan ya nanti gigimu bisa rusak karena makan yang manis-manis"
Carla sedikit cemberut "Gigiku tidak akan rusak! Aku kan kuat"
Roberto dan Amelia hanya tersenyum, kemudian Roberto berkata "Baiklah kalau kamu memang kuat, tapi tetap saja jangan berlebihan oke?"
Carla menjawab "Ya, aku tidak akan makan terlalu banyak"
Dan dengan itu, mereka bertiga menikmati kue kering yang diberikan oleh Viona sambil berbincang-bincang dan tertawa bersama.
Setelah mereka selesai menikmati kue kering, Amelia membersihkan sisa-sisa kue dan Roberto membantu Carla membersihkan mainan-mainan yang berserakan di ruang tamu. Sementara itu, Amelia tidak bisa menghilangkan rasa penasaran tentang Viona.
"Roberto, aku masih penasaran tentang Viona" kata Amelia sambil membersihkan meja.
Roberto berhenti sejenak dan berpikir. "Aku juga sedikit penasaran, tapi aku rasa tidak baik kalau kita mencurigai tetangga baru kita."
Amelia berfikir dan menjawab"Kau benar, mungkin aku saja yang terlalu curiga"
Roberto hanya mengangguk dan kembali bermain dengan Carla.
Amelia bertanya kepada Roberto "Hei Roberto apakah kau sudah dapat kabar dari Raven?... "
"Belum... tapi aku akan coba menghubungi Raven" Roberto mengambil ponselnya dan menelepon Raven namun tidak diangkat "Kurasa dia sedang sibuk" Roberto menutup telponnya
"Hm.... Aku sedikit khawatir dengannya, kuharap dia segera kembali" Amelia mulai terlihat cemas
Sementara itu, Raven kembali kerumah ayahnya Carla dan mencoba mencari sesuatu. Dia berhenti sejenak dan memandang sekitar, dia segera masuk ke dalam dan mengecek bekas pertarungan sebelumnya, Namun dia tidak menemukan apapun "Dimana Vincent? dan pria itu? Seharusnya mayatnya masih ada disekitar sini, tidak mungkin kalau mereka masih hidup" Raven berbisik dan berfikir kalau ada kejanggalan disini.
Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Raven langsung waspada dan mulai mengeluarkan senjata nya, Kemudian muncul dibalik bayangan gelap seorang wanita dan ia berkata kepada Raven "Sudah lama kita tidak bertemu, tuan Raven..."
Raven terkejut "Suara itu....." Raven mulai mengingat suara itu namun ia tidak bisa mengingat namanya. "Apa yang kau lakukan disini? Apakah kau yang mengirim Vincent dan Pria itu?" Raven mulai bertanya-tanya
Perempuan itu hanya tersenyum dan ia berkata "Maafkan saya tuan Raven tapi kau diharuskan mati disini!" Kemudian muncul satu orang dibalik kegelapan dan langsung menyerang Raven, Raven langsung melompat kebelakang dan menghindari serangannya.
"khak....hahaha.. Halo Raven...." ternyata orang itu adalah Vincent.
Raven terlihat terkejut dan waspada "Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa selamat dari ledakan itu?"
Vincent tersenyum sinis dan menjawab, "Sudah kubilang bukan? Kalau aku bukan seperti dulu lagi, Raven. Dan sekarang, aku akan serius untuk mengakhiri hidupmu."
Raven memegang erat senjatanya dan bersiap untuk melawan " Dasar!.... Andaikan kau mati lebih cepat!." Raven langsung menerjang Vincent dan melemparkan beberapa belati kearahnya.
Namun Vincent berhasil menghindari nya dengan cepat, kemudian ia mengayunkan pedangnya dan mencoba menyerang Raven, Raven terkejut dan berusaha menghindari nya, namun ia tidak sempat dan terkena tebasan di tangan kanan nya "Apa yang terjadi? Dia semakin cepat dan aku sulit untuk melihat pergerakan nya" Raven berbisik
Perempuan itu mulai melangkah kedepan "Sudah cukup! Jangan membuang waktu, cepat akhiri dia!" perempuan itu berkata kepada Vincent.
"Baiklah nyonya!" Wajah Vincent langsung terlihat serius, Kemudian Raven merasakan sesuatu yang mengerikan dari Vincent setelah beberapa saat Vincent langsung menyerang dan menghantam Raven ke lantai dan mengangkatnya lalu melemparkannya ke dinding.
Raven terhuyung dan mencoba untuk berdiri dengan nafas terengah-engah, namun ketika ia ingin berdiri Vincent sudah berdiri di belakang nya dan menusukkan pisau tepat di perut bagian belakang Raven "Ka..kau... Bagaimana mungkin bisa dibelakang ku?..." Raven bertanya sebelum akhirnya terkapar di lantai.
Perempuan itu mendekat ke Vincent dan berkata " Night shade dan Night Walker telah tumbang, selanjutnya adalah untuk membunuh Night thief dan Night stalker"
"Ke...ke... Tidak mudah untuk membunuh mereka tapi sepertinya ini akan menyenangkan" Vincent tertawa.
Raven yang sedang sekarat berusaha memegang kaki perempuan itu dan berkata "Jangan berani-berani nya kau menyentuh teman-teman ku!!"
Perempuan itu hanya tersenyum dan melepaskan pegangan tangan Raven lalu Vincent dan perempuan itu pergi meninggalkan Raven yang sekarat dirumah itu. Kemudian penglihatan Raven pun mulai Gelap dan ia akhirnya terkapar disana.