Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Yang Menjadi Verina
Makanan datang, Airin memakan makanan dengan tenang. Sesekali dia akan menatap pemandangan malam ini yang terlihat indah. Deburan ombak terdengar lebih jelas di malam hari, anginnya pun terasa cukup dingin menusuk kulit.
Airin menikmati suasana disini yang tenang, meski hatinya begemuruh tak menentu. Dadanya sesak dalam luka yang dalam. Namun, dia hanya membutuhkan diam untuk menghindari luka ini.
Lion melirik istrinya yang hanya diam sejak percakapan terakhir mereka. Seharusnya dia menjelaskan sejak awal kenapa dia membawa Airin pergi ke tempat ini, sebelum akhirnya dia malah salah paham. Lion juga tidak memikirkan hal seperti ini tidak terjadi.
"Airin, sebenarnya..."
"Aku sudah selesai makan, ayo kita kembali. Tiba-tiba ngantuk banget, aku ingin tidur" ucap Airin yang sudah berdiri dari duduknya.
Airin tidak siap mendengar ucapan apapun dari Lion. Dia tidak yakin bisa menerima penjelasan Lion akan alasan dia membawanya ke tempat ini. Airin hanya takut akan semakin hancur dengan alasan sebenarnya Lion membawanya kesini. Airin sudah tidak ingin berharap apapun lagi padanya.
Lion hanya menghela nafas pelan, akhirnya dia ikut berdiri dan mengikuti Airin yang berjalan duluan keluar dari Restoran ini. Ketika Airin berada di lantai bawah, dia tersenyum pada si pemilik Restoran yang tersenyum juga padanya.
"Bagaimana makanannya, Nona Verina?"
"Ah enak, selalu enak seperti biasanya" ucap Airin sambil tersenyum.
Airin menoleh pada suaminya dan tersenyum. Seolah mengatakan pada Lion dari tatapan matanya 'ini 'kan yang kamu inginkan? Aku yang menjadi Verina'.
"Kalau begitu kami permisi dulu ya"
"Baik Nona, Tuan, semoga bersenang-senang selama berada disini, dan bahagia selalu untuk kalian berdua"
Airin mengangguk dan tersenyum, lalu dia melangkah pergi dari Restoran itu. Lion segera mengikutinya, dia menahan tangan Airin agar gadis itu tidak terus berjalan dan meninggalkannya.
"Airin, aku sengaja mengajak kamu datang kesini..."
"Aku sudah tahu, kamu tidak perlu menjelaskan apapun. Sebaiknya kita menikmati masa-masa kita disini. Kan kapan lagi bisa liburan" ucap Airin, terus saja memotong ucapan Lion ketika dia seolah ingin menjelaskan alasan kenapa dia membawa Airin pergi kesini.
Airin menggandeng tangan Lion dan menariknya untuk setengah berlari di pesisir Pantai. Menikmati udara malam dengan kaki telanjang, lagi-lagi sandalnya dia bawa ditangan.
"Indah sekali ya, aku suka Pantai dan mungkin ini Pantai terakhir yang aku suka"
Karena setelah ini, mungkin aku akan membenci Pantai. Karena disini kamu mengungkapkan perasaan paling dalam pada Verina. Dan disini juga kamu ingin mengadakan pernikahan istimewa dengan Verina. Sementara aku? Hanya menjadi bayang-bayang Verina selamanya.
Setelah bermain sejenak di pesisir Pantai, akhirnya mereka kembali ke Hotel. Ketika masuk ke Lobby Hotel aura kepemimpinan Lion langsung terasa, banyak pekerja dan staf Hotel yang mengangguk hormat padanya. Dan sekarang Airin mengerti kenapa seperti ini, karena memang dia adalah pemilik dari bangunan mewah ini.
"Ternyata ini adalah Hotel impian Verina ya" gumam Airin sambil menatap ke sekelilingnya. Lagi, dia hanya menghembuskan nafas panjang untuk meredakan rasa sesak di dadanya.
Ketika sampai di Kamar Hotel, Airin langsung pergi ke kamar mandi. Berendam dalam bak mandi besar ini dan menikmati hangatnya air juga aromaterapi.
"Hah.. Sepertinya aku harus segera bertemu dengan Vei, aku harus berbicara dengannya"
Airin sudah menghubungi pria bernama Brian untuk mengatur jadwal bertemu dengan Vei. Namun, Brian belum mengatakan apa-apa. Dia belum membalas pesannya, entah Verina mungkin tidak mau menemuinya.
"Semoga saja Kak Brian bisa memberikan aku kepastian. Aku harus bertemu dengan Vei"
*
Malam yang dingin dengan suara ombak yang terdengar memecah keheningan. Dua insan berhasil melewati malam ini tanpa saling bicara lagi, hanya terlelap dengan saling membelakangi dengan pikiran masing-masing yang berkelana.
Airin bangun lebih dulu, dia duduk di pinggir tempat tidur, memakai sandal dan melirik ke arah suaminya yang masih tidur dengan membelakanginya. Sejenak Airin terpaku dengan tatapan yang sulit diartikan pada suaminya. Ada perasaan tak menentu yang ada dihatinya.
Sebentar lagi, tidak akan ada lagi tentang aku dan dia.
Airin melangkah ke arah kamar mandi, dia bersiap untuk pulang pagi ini. Karena mereka memang hanya berniat hanya satu hari saja disini. Airin juga tidak meminta cuti kerja terlalu banyak.
Ketika Airin keluar dari ruang ganti, dia melihat suaminya yang sudah terbangun dan sedang duduk bersandar di tempat tidur. Dadanya yang telanjang entah sejak kapan, membuat Airin langsung mengalihkan pandangan ke arah jendela.
"Kita akan pulang sekarang 'kan?"
Lion menatap istrinya, lalu dia turun dari tempat tidur dan menghampiri Airin. "Jika kamu masih ingin disini, kita bisa tinggal beberapa hari lagi"
Airin menatap suaminya dengan lekat, dia menghela nafas pelan. Lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku ingin pulang saja. Lagian aku tidak bisa ambil cuti terlalu lama"
Lion meraih tangan Airin, dia mengenggamnya lembut kali ini. Airin menatap kedua tangannya yang berada dalam genggaman suaminya. Ini seperti sebuah hal yang aneh baginya, melihat Lion bersikap seperti ini dengan tiba-tiba.
"Kau bisa berhenti bekerja kalau mau, aku akan menanggung semua kebutuhanmu"
Airin tersenyum, dia menggeleng pelan dengan itu. "Aku akan berhenti pada waktunya tiba. Tapi untuk sekarang, aku masih ingin bekerja"
"Tapi kita akan menginap satu malam lagi disini, bagaimana?"
Airin tidak bisa menolak, dia hanya mengangguk saja. "Tapi izin kerja aku?"
"Biar aku yang urus, aku akan bilang pada Chris"
Baiklah, jika harus menurutinya untuk tinggal disini satu hari lagi, maka Airin akan menurut saja. Mungkin hal ini akan dia manfaatkan untuk menikmati waktu bersama dengan Lion.
"Sebaiknya kamu mandi dulu"
Lion mengangguk, dia mengusap kepala Airin sebelum berlalu ke ruang ganti. Disini Airin cukup terkejut dengan apa yang Lion lakukan. Ini benar-benar tidak seperti Lion yang sebelumnya.
Airin membuka ponsel, dan dia terkejut melihat pesan dari sahabatnya yang mengirimkan foto bayi. "Ah, Yulita sudah melahirkan ya? Bayinya tampan sekali, ah lucunya"
Airin memperbesar foto bayi dari sahabatnya ini. Ikut senang melihat Yulita yang sekarang sudah bahagia dengan sahabatnya.
"Em, seandainya aku bisa hamil. dan melahirkan anaknya suamiku, mungkin aku tidak akan kesepian jika harus hidup berdua dengannya"
Airin tiba-tiba memegang perut ratanya tanpa sadar. Namun, mimpinya untuk hamil sangat tidak mungkin, karena sudah hampir 10 bulan pernikahan, sama sekali belum pernah Lion menyentuhnya. Jadi, mana mungkin dia bisa hamil.
"Ah, kamu terlalu bermimpi Airin. Mana mungkin hal itu terjadi. Lion tidak akan rela anaknya lahir dari rahimku, dia hanya ingin anak dari Verina"
Mengingat Verina, membuat Airin teringat akan pesan yang belum terbalas oleh Brian. Dan ternyata pesannya sudah terbalas, Brian mengirimkan sebuah lokasi rumah sakit.
"Ah, sepertinya disini ya dia berada. Aku akan menemuinya setelah pulang dari sini"
Bersambung
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...
is ok lah demi cinta habis itu pergi jauhhhhh SE jauh jauhnya ya Airin cari kehidupan baru move on