NovelToon NovelToon
Beginning And End Season 3

Beginning And End Season 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dark Romance / Time Travel / Balas Dendam / Sci-Fi / Cintapertama
Popularitas:143
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

Lanjutan Beginning And End Season 2.

Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.

Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.

Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Kurumi akan melihat masa depan.

Kabukicho masih terbangun oleh cahaya neon yang berkelap-kelip—“nyalir… nyalir…” cahaya merah kebiruan memantul di aspal jalan yang masih sedikit panas dari sisa lava. Orang-orang mulai berdatangan lagi, suara obrolan dan tawa perlahan meresap di udara, seolah tidak ada yang pernah terjadi. Catalina dan Kurumi berdiri di sudut jalan yang lebih sepi, jaket bulu mereka menyelimuti tubuh dari angin malam yang sedikit sejuk.

“Ngomong-ngomong, Catalina…” Kurumi mendekat sedikit, tangannya menggenggam ujung jaket hitamnya dengan erat. Matanya—kiri yang berkilau diamond hijau, kanan yang lembut hijau muda—terlihat penuh penasaran, bahkan sedikit tergesa-gesa. Bibirnya sedikit terbuka, dan dia menundukkan kepala seolah ingin mendengar lebih jelas. “Waktu di rumah ku, kamu bilang mau memberi tahu sesuatu setelah misi selesai… sekarang kan udah selesai kan? Beri tahu aku dong!!” Suaranya sedikit merdu tapi penuh semangat, dan dia mengangkat bahu sedikit—gerakan yang menunjukkan dia tidak sabar.

Catalina tidak langsung menjawab. Dia melirik ke langit malam, di mana bintang-bintang mulai muncul di antara awan yang tipis. Matanya—kiri pink yang lembut, kanan merah yang cerah—berubah menjadi lebih serius, kelopak matanya sedikit menutup. Dia menggeser rambut putih gradasi pink yang terjatuh ke wajahnya dengan jempolnya, gerakan yang lambat dan penuh pertimbangan. Udara di sekitar mereka seolah menjadi lebih sepi, bahkan suara neon yang tadi kencang terasa semakin jauh.

“Kurumi…” suaranya pelan tapi tegas, seperti angin yang membelai daun. Dia menoleh ke arah Kurumi, ekspresi wajahnya terlihat berat—seolah memikul sesuatu yang sangat besar. “Apakah kau siap menerima kenyataan ini…?”

Kurumi mengangkat alisnya, wajahnya penuh kebingungan. Dia menggeleng kepala perlahan, rambut abu-abu panjangnya melayang lembut. “Kenyataan apa, Catalina?” Suaranya sedikit menurun, dan dia melihat Catalina dengan tatapan yang bingung—bahkan sedikit khawatir. Tubuhnya sedikit condong ke depan, seolah ingin mendekati dan memahami apa yang akan dikatakan temannya.

Catalina menghela nafas dalam-dalam, dada nya naik turun perlahan. Dia melihat ke arah jendela-jendela bangunan di sekitar, lalu kembali ke wajah Kurumi. “Kurumi… lebih baik kita berdua balik ke rumah mu dulu…” Katanya berhenti sejenak, lalu melirik tangan Kurumi yang masih menggenggam jaketnya. “Dan masih ingat rafalan teleport nya? Yang kamu pelajari tadi sore?”

Kurumi mata nya tiba-tiba bersinar. Dia mengangkat kepala dengan cepat, senyum lebar muncul di wajahnya—pipinya memerah sedikit karena bangga. “Ya!! Aku masih ingat!! Kamu lihat ya, Catalina!! Aku udah bisa pake nya sendirian!!” Suaranya kembali ceria, dan dia melepaskan jaketnya, menggenggam tangan Catalina dengan erat. Jari-jarinya memegang erat, dan dia menatap Catalina dengan mata yang penuh kepercayaan.

“LOID!!”

Tiba-tiba—“SWOOOOOSH!!”—suara angin yang dipotong dengan cepat, dan aura kegelapan hijau kehitaman melingkupi mereka berdua seperti topi pasir. Cahaya hijau itu menyala terang, membuat sekitar mereka tampak buram. Kurumi tertawa senang—“hihi… hahaha…!”—suaranya bergema di dalam aura itu, dan dalam sekejap, mereka kedua hilang dari Kabukicho tanpa jejak.

 

Di kamar Kurumi, yang masih terang oleh lampu tidur berbentuk kucing yang menyala lembut—“flick… flick… flick…”—cahaya kuning muda menyinari dinding berwarna biru muda yang dipenuhi stiker boneka. “Krek… krek…” suara kipas angin yang berputar perlahan memberikan angin sejuk, dan bau bunga mawar dari taman luar masih bisa tercium.

Tiba-tiba, sebuah portal hijau kehitaman muncul di tengah kamar—“WHOOSH… WHOOSH…!”—suara angin yang berputar kencang. Dari dalam portal itu, Kurumi melompat keluar dengan cepat—“PLAK!!” suara badannya menyentuh lantai kasur berbentuk bulat. Dia berdiri tegak, tangan masih menggenggam Catalina yang keluar kemudian dengan langit-langit yang lebih tenang.

Kurumi memutar tubuhnya, menatap Catalina dengan mata yang bersinar bangga. Dia mengangkat dagunya seperti orang dewasa, rambut abu-abu panjangnya terangkat karena gerakan melompatnya. “Bagaimana? Keren bukan?!! Aku bisa teleport ke rumah langsung tanpa salah jalan!!” Teriaknya dengan semangat, dan dia melompat-lompat sedikit di atas kasur—“plak… plak…!”—suara badannya menyentuh kain kasur yang lembut. Ekspresi wajahnya penuh kebahagiaan, mata kiri kutukannya berkilau seolah bintang.

Catalina tersenyum lembut, mengusap keringat yang sedikit muncul di alisnya. Dia melihat sekeliling kamar yang masih sama seperti tadi sore, lalu kembali ke Kurumi. “Wah, Kurumi… kamu udah pandai ya!! Bahkan lebih cepat dari yang kuharapkan!!” Ucapnya dengan nada yang kagum, dan dia mengangkat jempol ke arah Kurumi—gerakan yang membuat Kurumi pipinya semakin memerah.

Tetapi senyum Kurumi perlahan menghilang ketika dia melihat ekspresi wajah Catalina yang kembali menjadi serius. Dia berhenti melompat, menatap Catalina dengan tatapan yang penuh penasaran. Rambut abu-abu panjangnya tertiup oleh angin kipas, membuatnya terlihat sedikit ragu. Matanya—kiri diamond hijau dan kanan hijau muda—tertarik ke arah mata Catalina yang seolah menyembunyikan sesuatu.

“Apa yang akan kamu katakan tadi, Catalina?” Tanyanya dengan suara yang lebih lembut, bahkan sedikit ragu. Dia mendekat sedikit, tubuhnya sedikit membungkuk seolah ingin mendengar lebih jelas. “Kenyataan apa yang kamu maksud? Kenapa kamu bilang harus pulang dulu?”

Catalina menghela nafas lagi, kali ini lebih dalam. Dia berjalan ke arah jendela yang terbuka sedikit, melihat ke luar ke taman yang gelap. Rambut panjang bergelombang putih gradasi pinknya bergerak sedikit karena angin malam, dan dia menyentuh jendela dengan jari-jari yang lembut. Ekspresi wajahnya berubah—dari serius menjadi sedikit sedih, bahkan penuh kesedihan. Tubuhnya sedikit membungkuk, seolah merasa berat membicarakan hal itu.

“Kurumi… maaf kalau pemandangan yang kamu lihat nanti sangat mengerikan…” Suaranya pelan, bahkan hampir bisik. Dia tidak menoleh, hanya tetap melihat ke luar jendela. Cahaya bulan menyinari wajahnya, membuat bayangan yang lebih gelap muncul di pipinya.

Kurumi memeriksa kepalanya, wajahnya penuh kebingungan. Dia mendekat lebih jauh, tangan nya menggenggam ujung selimut berwarna ungu yang tergeletak di kasur. “Mengerikan? Apa yang akan aku lihat, Catalina? Apakah ada monster lagi?” Tanyanya dengan suara yang sedikit gemetar, tapi matanya masih penuh keberanian. Dia tidak takut, hanya penasaran dan sedikit khawatir.

Catalina akhirnya menoleh, mata kiri pink dan kanan merah nya menatap langsung ke mata Kurumi. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius, bahkan sedikit ketakutan—seolah dia juga takut melihat apa yang akan mereka lihat. Dia berjalan kembali ke arah Kurumi, mengangkat tangan untuk menyentuh lengan Kurumi dengan lembut. “Kurumi… kita akan ke masa depan 25 tahun kemudian…” Katanya berhenti sejenak, melihat reaksi Kurumi. “Baca rafalan ‘Xien’ untuk ke sana… itu adalah rafalan untuk teleport ke masa depan…”

Kurumi mata nya membesar, mulutnya terbuka lebar. Dia melompat sedikit, tangan nya menggenggam lengan Catalina dengan erat. “Masa depan 25 tahun?!! Wah!! Aku udah penasaran banget!! Apa aku udah besar? Apa kita masih berteman? Apa yang terjadi dengan dunia?” Tanyanya dengan cepat, satu demi satu, suara nya penuh semangat dan kegembiraan. Ekspresi wajahnya berubah dari kebingungan menjadi kegembiraan yang luar biasa, mata nya bersinar seperti bintang.

Catalina tersenyum sedikit, meskipun ekspresinya masih berat. Dia mengangguk, tangan nya masih menyentuh lengan Kurumi. “Baiklah… tapi ingat ya, Kurumi… yang kamu lihat nanti bukanlah hal yang menyenangkan…” Katanya pelan, dan dia melihat Kurumi dengan mata yang penuh perhatian. “Aku harap kau menyukai nya… atau setidaknya, bisa memahaminya…”

Kurumi mengangguk cepat, tidak peduli dengan peringatan Catalina. Dia berdiri tegak, menggenggam tangan nya dengan erat. Matanya menyala dengan semangat, dan dia melihat ke arah ruang kosong di tengah kamar. “Nul!! Ayok bereaksi!!” Teriaknya dengan suara yang lantang, dan seketika itu juga, aura kegelapan hijau kehitaman muncul di sekitar tangannya. Pistol Nul secara tidak sengaja muncul di kedua tangan nya—“SWOOSH!!”—suara angin yang dipotong, dan aura itu semakin kuat, bergabung dengan warna ungu yang gelap.

“XIEN!!”

Tiba-tiba—“FWOOSH… WHOOSH…!”—suara portal yang terbuka dengan kecepatan tinggi. Sebuah portal besar berwarna hijau ungu kehitaman muncul di samping mereka, permukaannya berputar kencang seperti pusaran angin. Cahaya dari portal itu menyinari kamar, membuat lampu tidur kucing terlihat lebih redup. Bau yang aneh—seperti bau batu bara dan bunga yang layu—keluar dari dalam portal.

Kurumi menarik tangan Catalina dengan cepat, matanya penuh kegembiraan. “Ayo Catalina!! Ayo kita lihat masa depan!!” Teriaknya dengan semangat, dan dia melangkah ke arah portal dengan langkah yang mantap. Tubuhnya penuh energi, dan dia tidak sabar untuk melihat apa yang ada di sana.

Catalina menghela nafas terakhir, mata nya menatap portal dengan tatapan yang penuh ketakutan dan tekad. Dia mengikuti langkah Kurumi, tangan nya masih digenggam erat. “Baiklah… mari kita pergi…” Suaranya pelan, dan dia melangkah ke dalam portal bersama Kurumi—“SWOOOOOSH!!”—suara angin yang membuang mereka ke dalam kegelapan, meninggalkan kamar Kurumi yang tenang dan terang.

 

Di dalam portal, cahaya hijau ungu kehitaman berputar kencang—“sriit… sriit… sriit…”—suara cahaya yang bergeser. Kurumi tertawa senang, merasakan tubuhnya terbang di dalam pusaran. “Wah!! Ini seru banget!! Seperti naik roller coaster!!” Teriaknya dengan suara yang bergema di dalam portal. Catalina hanya diam, menutup mata sebentar, mempersiapkan diri untuk apa yang akan mereka lihat di sisi lain.

Dan kemudian, mereka keluar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!