NovelToon NovelToon
Derita Setelah Kepergian Ibu

Derita Setelah Kepergian Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Wanita Karir / CEO / Mafia / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aretha_Linsey

Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 Dinner Fatur dan Amel

Amel berdiri di depan cermin kamar yang buram, napasnya terasa dangkal.Gaun yang diberikan Fatur tergantung di gantungan, memancarkan aura kemewahan yang terasa asing di kamar sederhana itu. Gaun itu berwarna merah marun gelap, materialnya halus dan mahal, menjanjikan

transformasi yang radikal dari sosok Lady Rose Tobrut yang berlumur oli.

Menerima ajakan dinner ini terasa seperti mengkhianati setiap jengkal kemandirian yang ia perjuangkan. Ini adalah pengkhianatan terhadap Dana Kebebasan yang ia kumpulkan dari keringat dan risiko. Namun, ada suara lain di benaknya suara yang memuji nilai dirinya. Fatur tidak merayunya dengan janji menikah atau perlindungan (seperti Udin), tetapi dengan

pengakuan atas nilai dirinya yang ia yakini pantas mendapatkan yang terbaik.

Keputusan Amel didasari rasa ingin tahu yang tak tertahankan. la ingin tahu seperti apa rasanya dihormati dan dihargai di dunia yang sama sekali

berbeda.

Sore itu, Amel mengenakan gaun itu. Rasanya canggung, namun sekaligus memabukkan. Gaun itu pas memeluk tubuhnya, menonjolkan lekuknya dan bagian atas tubuhnya, membuatnya merasa jauh lebih dewasa dan menawan.

Ayah Amel, yang melihat putrinya berdandan begitu rupa, menatapnya dengan campuran bangga dan khawatir.

"Mau kemana kamu, Nak? Kok rapi sekali?" tanya Ayah Amel, duduk di tepi ranjang

"Hanya bertemu teman teman dari sekolah lama, Yah. Ada acara perpisahan kecil yang formal" bohong Amel dengan senyum meyakinkan.

"Tenang saja, Yah. Aku akan hati hati." Ayah Amel hanya mengangguk, kekhawatiran masih menggantung tetapi memilih percaya.

Beberapa saat kemudian, Udin datang. la datang dengan maksud mengajak Amel makan malam di warung biasa. Melihat Amel yang sudah berpakaian begitu rapi (meski belum sempat melihat gaun Fatur yang tertutup jaket tipis), Udin merasakan perutnya melilit

"Mel, kamu mau pergi? Mau kemana?" tanya Udin, berusaha mengendalikan nada posesifnya.

"Maaf, Din. Aku ada pertemuan mendadak dengan kelompok belajar dari sekolah lama. Ada presentasi penting yang harus disiapkan malam ini, "Bohong Amel.

la merasakan rasa bersalah menggerogoti hatinya, tetapi ia tahu, jika ia jujur, semua usaha Udin untuk belajar mencintai dengan percaya akan hancur.

Udin, meskipun matanya menunjukkan kecurigaan, menghela napas. la ingat janjinya.

"Baiklah. Aku akan percaya padamu, Mel. Tapi jangan pulang larut malam dan kalau ada apa apa, telepon aku, ". ujar Udin, berhasil menahan ledakan cemburu.

la mengira ia telah memenangkan pertempuran batinnya, padahal Amel baru saja menyembunyikan kenyataan yang jauh lebih besar.

Tak lama setelah Udin pergi denaan kecewa, mobil sport mewah berwarna gelap berhenti di depan rumah sederhana mereka. Amel melangkah keluar.

Fatur keluar dari mobil, matanya langsung terpaku pada Amel. Gaun itu, dalam pandangannya, berhasil mengungkapkan kecantikan Amel yang

tersembunyi.

"Rose, " panggilnya, suaranya serak, penuh kekaguman.

"Kamu .... benar benar menakjubkan. Gaun itu adalah kehormatan. Tapi kamu lah yang memberinya nilai. kamu adalah satu satunya wanita yang pernah kulihat yang bisa tampil begitu elegan setelah balapan liar."

Fatur membukakan pintu mobil untuk Amel, tangannya melingkari punggung Amel sedikit terlalu lama. Amel merasakan panas dingin. Fatur

tidak menjemputnya dengan sentuhan tangan, melainkan dengan sentuhan kata kata

Mobil mewah itu membawa mereka ke restoran paling bergengsi di kota, tempat yang Amel hanya lihat di televisi. Di sana, Amel mencoba

menyesuaikan diri dengan garpu yang tak terhitung jumlahnya dan piring piring kecil. la merasa canggung, tetapi Fatur dengan cerdas meredakan ketegangan itu.

Fatur tidak banyak membahas balapan. la membahas ambisi, bisnis, dan dunia luas di luar desa kecil mereka. la berbicara tentang beasiswa luar negeri, tentang investasi, tentang kebebasan yang sesungguhnya.

"Kamu adalah mawar yang tumbuh di lumpur, Rose. kamu punya kecantikan, kecerdasan, dan kekuatan. Dan aku ingin melihat kamu mekar sepenuhnya, " ujar Fatur, tatapannya lekat, semakin lama semakin intens.

Fatur, dengan keahliannya sebagai perayu, mulai memasukkan sentuhan fisik dalam pujiannya.

"Aku semakin kagum padamu, Rose. Keberanianmu di lintasan, dan body yang mempesona ini....membuatku ingin sekali menjamahnya. Kamu adalah paket lengkap, " bisik Fatur, suaranya dipelankan, hanya bisa didengar Amel, menciptakan intimitas yang disengaja.

Amel tersentak. Pujian yang tadinya terasa menghormati kini terasa mengancam. Amel menelan ludah, mencoba mengendalikan

kegugupannya.

"Tuan Fatur"potong Amel tegas, sambil meletakkan garpu peraknya.

"Aku menghargai penghargaan Anda sebagai pembalap. Tapi saya di sini lebih makan malam, tidak lebih".

Fatur tertawa kecil. Itu adalah tawa seorang pria yang terbiasa ditolak tetapi tahu dia akan menang pada akhirnya

"Tentu saja, Rose. Aku hanya manusia normal yang melihat keindahan di depannya. Tapi jangan khawatir, aku tahu batasan. Aku hanya ingin kamu tahu, betapa bernilainya dirimu. Bukan hanya di lintasan."

Meskipun Amel berhasil menangkis rayuan Fatur, ia merasa goyah. Dunia yang ditawarkan Fatur begitu memikat dan berbahaya, dunia yang

mengagumi Lady Rose seutuhnya kecantikan dan kecepatannya bukan hanya membutuhkan perlindungan seperti Udin.

...****************...

Sementara Amel mencoba menyeimbangkan harga dirinya di meja makan mewah, ratusan kilometer jauhnya, di warung remang-remang, Agus menerima pukulan yang menghancurkan.

Agus dan Rizal baru saja selesai mengemas peralatan. Mereka membahas rencana modifikasi motor Amel berikutnya.

Tiba-tiba, Bima, salah satu teman balap mereka, datang dengan wajah terkejut, baru kembali dari kota.

"Kalian gila. Tadi aku lihat Lady Rose di kota, " lapor Bima heboh.

"Dia naik mobil Fatur. Dia pakai gaun, anjir. Aku bahkan hampir tidak mengenalinya. Cantik banget. Kayak bukan Amel yang kita kenal."

Rizal, yang keras kepala, mencoba meremehkan.

"Pasti cuma untuk pamer, Bim. Amel tidak mungkin serius."

Tetapi Agus, yang hatinya sudah sensitif dan memendam cinta, langsung tahu itu benar. Matanya kosong, melihat citra Amel di gaun elegan itu, bersama Fatur, sebuah simbol dunia yang tidak akan pernah bisa ia sentuh.

"Gaun itu... aku tau itu gaun Fatur. Aku tau dia membelinya agar Amel melihat dunia yang lain dan Amel menerimanya. Amel pergi.

Aku tidak bisa bersaing. Aku hanya bisa mencintai dalam diam. Udin mengikatnya dengan obsesinya. Fatur punya masa depan yang gemerlap. Dan aku? aku hanyala bayangan di balik knalpot. Yang ku punya hanya oli, besi dan cinta yang ku pendam ini. Cinta yang tidak pernah bisa kuucapkan karena aku takut merusak persahabatan kami.

Aku sadar diri. Aku tau tempatku. Aku hanya seorang mekanik yang mencintainya dengan kesetian yang diam. Aku ditakdirkan untuk melihatnya pergi. Gaun itu adalah pintu, dan Amel sudah memilih melangkah melewatinya. Aku hanya akan menjadi kenangan tentang masa masa sulitnya.

Penderitaan ini bukan bukan cemburu Posesif, tapi cemburu yang menyakitkan karna kesadaran diri bahwa aku adalah yang paling tidak pantas. Cinta diamku adalah jeruji besi yang mengunci kesetiaanku". Batin Agus

Tanpa berkata apa-apa, Agus bangkit. Ekspresinya hampa.

"Aku harus ke bengkel. Ada yang harus kubetulkan sekarang, " ucap Agus pelan, suaranya tercekik.

Di bengkel yang sepi, Agus tidak menyalakan lampu. Rasa sakit itu, yang selama ini ia kendalikan, kini meledak tak tertahankan. la melihat motor Amel terparkir di sana, motor yang selalu ia sentuh dengan penuh cinta.la mulai membongkar peralatan, bukan untuk memperbaiki, melainkan untuk melampiaskan. la memukul kunci pas ke lantai berulang kali, lalu menendang bangku. Rasa sakit karena diabaikan oleh takdir jauh lebih menyakitkan daripada kelelahan fisik. la meraih helm Amel dan membantingnya ke dinding.

Ia menjerit tertahan, tidak ingin didengar. Air mata dan keringat bercampur.la tidak ingin merusak motor Amel, tetapi ia harus melukai sesuatu, melukai dirinya sendiri. la memukul dinding dengan tangan kosong, membuat kulitnya terkelupas dan darah mengalir.

Akhirnya, ia roboh ke lantai, memeluk mesin motor Amel, menangis dalam diam perwujudan dari Derita Setelah Kepergian Ibu yang kini menular

pada orang orang di sekitarnya.

...****************...

Amel pulang larut malam, Fatur mengantarnya sampai di gang dekat rumah. la segera mengganti gaun itu dan menyimpannya kembali, rasa

bersalah dan kebingungan bercampur. la mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia hanya menghadiri pertemuan bisnis yang sopan, tetapi ia tahu, ia menyukai pujian Fatur.

Keesokan harinya, Amel bergegas ke bengkel. la ingin memamerkan kemenangannya dan berbicara dengan Agus, yang selalu menjadi pelabuhan emosinya yang paling aman.

Ketika Amel memasuki bengkel, ia disambut oleh aroma bensin dan hawa dingin yang menusuk. Rizal tampak sibuk membersihkan pecahan kaca dan menata kembali pekakas yang berserakan.

"Agus mana, Zal? Bengkel kenapa hancur begini?" tanya Amel, cemas.

Rizal menunjuk ke sudut, di mana Agus terbaring tidur, wajahnya pucat, di atas tumpukan kain lusuh. Di tangannya, ada perban yang membungkus luka goresan yang tampak dalam.

Namun, perhatian Amel tersentak pada motornya.

Salah satu fairing (penutup bodi motor) motornya tampak retak, dan lampu seinnya pecah. Peralatan mahal yang biasanya tersusun rapi kini tersebar di lantai, seperti ada badai yang melanda bengkel itu semalam.

Rizal terlihat berusaha keras menyembunyikan kekacauan itu.

Amel menatap Rizal yang enggan menatap matanya, lalu pada Agus yang terbaring lemas. Amel merasakan ketidak beresan. Sesuatu yang buruk, yang tidak ada hubungannya dengan balapan, telah terjadi.

1
Cici Febryanti
plot twist yah wakk🤭
Aretha_Linsey: jangan lupa like nya kak🤭🙏
total 1 replies
Wiwit
lanjut
Aretha_Linsey: besok up lagi ya kak
total 1 replies
Kei Kurono
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Aretha_Linsey: mkasih kak di tunggu next ceritanya ya kak
total 1 replies
000 1
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Aretha_Linsey: Terimakasih kasih kak. siap makasih suportnya. mohon kritik dan sarannya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!