🍷👄🍷👄🍷👄WELCOME👄🍷👄🍷👄🍷
"HARAP BIJAK DALAM MEMILIH CERITA"
Seorang gadis berusia 19 tahun yang sedang di tinggalkan oleh ke2 orang tuanya meninggal dunia, dan kini ai hidup sebatang kara
Chaterine Cristian terpaksa mencari pekerjaan untuk bisa bertahan hidup.
namun naas
Kata ketua mafia itu ia akan di jadikan korban Organisasi gelap serta organnya aka di perjual belikan di pasar ilegal.
Ternyata...
Ia tidak jadi menjadi korban, malah ia menjadi tahanan/tawanan hasrat ke2 ketua mafia kejam itu.
End
CERITA INI MENGANDUNG UNSUR (DE-W-A-SA)
BAGI YANG DI BAWAH UMUR HARAP "SKIP"
TIDAK MENERIMA KOMEN HATE, YANG BISA MENJATUHKAN SEMANGAT DAN MENTAL AUTHOR, JUGA TOLONG DI HARAPKAN UNTUK MENGHARGAI SEBUAH KARYA, KARENA MENGARANG DAN MENULIS KARYA TIDAK SEMUDAH MEMBACA.
JANGAN LUPA BERI SEMANGAT AUTHOR
DENGAN CARA
-LIKE
-KOMEN
-VOTE
-RANTING
-SUBSCRIBE
BABAY
SEBELUM KEPO, BURUAN BACA CS NYA NANTI PENASARAN LHOO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Mereka berpelukan hangat, mata Daminan yang berwarna biru itu melirik ke ara Chaterine dengan tatapan menyelidiki.
Daminan mengode George, dan Carl, lalu mereka menuju ruang kerja.
Di ruang kerja, yang kedap suara.
Mereka duduk di sofa.
"Siapa wanita tadi?" Tanya Daminan
Carl menjawab cepat.
"Dia tawanan Nathan, dan Kevin, awalnya dia ingin di jadikan korban, tapi... Ia tergoda makanya di jadikan tawanan gairahnya"
Daminan hanya mengangguk kecil, dan kembali bertanya.
"Bagaimana dengan penyergapan kalian semalam? Berhasil?"
"Hmm jika tidak berhasil, maka Carl tidak mungin menemukan Chaterine" Ucap George.
"Terus kapan kita memulai kembali?" Tanya Daminan.
"Sekarang, karena mereka sangat² kacau akibat kehilangan Chaterine" Ucap Carl.
Semuanya pun setuju, lalu merangkai rencana yang matang dan bagus untuk memulai penyerangan markas² yang belum selesai.
"Faham?" Tanya Carl
Daminan, dan George mengangguk Faham dan segera mengerahkan anak buah mereka untuk memakai menutup wajah agar tidak di kenali identitas nya dari mana.
"Kaliini aku akan turun tangan juga" Uca George
Carl, dan Daminan melotot mendengar hal itu, karena melihat usia yang paruh baya maka tidak memungkin kan akan mengikuti oenyerangan tersebut, tetapi George tetap teguh pendirian ia tetap ingin turun tangan bahka Carl, dan Daminan tidak dapat membantah perkataan George.
Carl hanya menghela nafas kasar dan mengiyakan. Permintaan sang ayah.
Mereka pergi berpamitan dengan Diana, dan Chaterine untuk berbohong pergi ke perusahaan. Lalu mereka segera menuju markas utama Nathan, dan Kevin.
"Kenapa perasaan ku gak enak ya?" Batin Chaterine terus bertanya²
Dengan mengumpulkan keberanian Chaterine meminta izin ke Diana untuk pergi ke luar sebentar dengan beralaskan ingin pulang ke rumah nya yang dulu, sekalian mampir ke makam orang tuanya yang telah meninggal.
Diana mengizinkannya, tatapi setelah sarapan bersamanya, Chaterine pun menyetujuinya ia makan siang lalu setelah selesai ia pamit pergi.
Di perjalanan Chaterine menyuruh supir untuk menunggu nya di cafe xxx untuk menunggu nya, kebetulan Cafe itu berdekatan dengan markas utama Nathan, dan Kevin.
Saat hendak masuk ke area markas, Chaterine melihat banyak mobil hitam masuk ke wilayah markas tersebut, ia mengenali di antara salah satu mobil yang melintas di sana.
"Itu kan mobil Carl? Mengapa ia kemari? Aku harus mengikutinya, bukankah mereka berpamitan pergi ke perusahaan" Chaterine bergumam...
Chaterine memutuskan mengikuti arah mobil tersebut, saat melihat markas utama Nathan, dan Kevin terkepung ia menutup mulutnya syok.
"Astaga, kemana perginya bawahan si brengsek itu, mereka pasti dalam bahaya" Ucap Chaterine.
Chaterine menutupi wajahnya mengenakan slayer hitam dan menguncir kuda rambutnya lalu memasuki markas itu dengan hati², sebelumnya Chaterine sudah hafal dan mengetahui seluk beluk markas itu, bahkan jalan pintas rahasia pun ia tahu, jadi Chaterine memutuskan melewati jalan rahasia itu ke ruang utama.
Ia berlarian kencang memasuki markas itu, saat di dalam ia melihat Nathan, dan Kevin yang sedang tidur akibat kebanyakan mengonsumsi obat²an terlarang serta narkoba berlebihan, Chaterine langsung berlari membuka kunci ruang rahasia, lalu menyeret Nathan, Kevin, dan Marvel.
"Aaargghh tck berat sekali pria gila ini." Ucap Chaterine kesal.
Marvo, dan Martis berlarian ke ruang utama untuk memberi tahu tuannya tetapi ia melihat Chaterine sedang menyeret tuan mereka ke ruang private rahasia.
"Astaga nona Chaterine..." Ucap Marco
Chaterine menoleh dan mengisaratkan untuk diam, dan membantunya memasukkan tuannya ke dalam ruangan tersebut.
Marco, dan Martis pun setuju, setelah selesai Chaterine menghapus jejaknya di CCTV agar mereka tak menemukan Nathan, dan Kevin serta dirinya.
"Aku akan pergi, ingat jangan keluar kecuali situasinya sudah aman, kalian bisa meihatnya di layar itu" Ucap Chaterine dengan tergesa2 lalu ia menutup dan kembali pergi keluar melewati jalan rahasia tadi.
Saat berhasil keluar, Chaterine memperhatikan dari kejauhan sambil menguping pembicaraan Carl, George, serta Daminan.
Dalam lubuk hati terdalamnya Chaterine mengumpat kesal, karena kebaikannya yang membantu 2 pria bajingan itu, namun kenyataannya ia seyang dengan mereka, ia tak dapat membodohi dirinya sendiri, ia mengakui ia salah karena jatuh cinta kepada pria yang tak mempunyai hati, dan kejam.
Namun kenyataan itu tak dapat di pungkirinya, ia tak dapat membohongi perasaannya, meskipun ia berusaha melupakan tetapi memorinya tetap mengingat kebersamaannya.
"Aku harus kembali secepat mungkin, karena mereka semua sudah aman di dalam ruangan itu, aku harus pergi pulang sebelum terlambat, dan mereka melihat aku di sini" Ucap Chaterine dan segera pergi berlari dari situ menuju Cafe tadi, yang di mana Pak Sopir telah menunggu nya.
Setelah berlarian kencang dengan jarak yang cukup jauh di tempuh ia akhirnya sampai di Cafe tersebut dan langsung memasuki mobil dan menyuruh sopir untuk menuju pulang.
Sampai di rumah ia segera beristirahat di kamarnya lalu melempar tubuhnya ke kasur.
Ia terus²an melamun dan tiba² bulir² air matanya menetes tanpa di sadarinya. Dan ia tidur terlelap.
Sedangkan di sisi lain, Geroge, Daminan, dan Carl suda menggeledah seisi markas tersebut tetapi tidak menemukan Nathan, dan Kevin, bahkan mereka berulang kali mengecek CCTV tetapi tidak menemukan 1 pun rekaman yang di dapat.
Mereka frustasi, dan memutuskan pulang kembali ke mansion.
Di perjalanan Carl mendapatkan telphone dari mamah nya lalu ia mengangkatnya.
"Carl, Chaterine belum pulang dari rumahnya, kau jemput lah dia yaa, mamah khawatir terjadi apa² dengan Chaterine" Ucap Diana lewat sambungan telphone itu.
Carl mengendarai mobilnya dengan laju melintas di antara kemacetan, ia ngebut dengan kecepatan tinggi, setelah sampai ia langsung mendobrak pintu rumah Chaterine dan mencarinya ke kamar.
Setelah membuka pintu kamar, Carl melihat Chaterine sedang tertidur nyenyak, Carl pun menghela nafas lega, lalu ia menghampiri Chaterine duduk di sisi ranjang.
Melihat wajah Chaterine.
"Kau habis menangis?" Seraya menyapu pipi Chaterine dengan tisu
"I So Love You" Gumam kecil Carl.
Seraya menunggu, Carl ikut terlelap di samping Chaterine sambil duduk, mereka tertidur sampai malam.
Sedangkan Diana sangat² gelisah karena Carl, dan Chaterine tak kunjung pulang.
"Daminan, kenapa Carl, dan Chaterine tek kunjung pulang?" Tanya Diana gelisah.
Daminan pun menyalakan layar laptopnya seraya menunjukkan ke diana.
"Lihatlah, mereka terlelap di rumah Chaterine." Ucap Daminan seraya memperlihatkan layar laptop ke Diana.
Diana pun tersenyum haru melihat keromantisan mereka ber2, lalu diana berbicara ke George.
"Apa tidak kita nikahkan saja mereka?" Tanya Diana antusias.
George diam sejenak sambil berfikir.
"Aku setuju" Ucap Daminan mengejutkan George, dan Diana.
Diana pun mengembangkan senyum, ia melirik George dengan tersenyum.
"Aku ingin segera menggendong cucu sayang" Ucap Diana sambil duduk di samping George.
George pun mencium pucui kepala Diana sambil angguk kecil. "Aku setuju, tapi bagaimana dengan Carl, dan Chaterine apakah mereka setuju" Tanya George dengan ragu.
Daminan, dan Diana berfikir sejenak.
"Akan ku coba membujuk Chaterine, dan kalian bujuk Carl bagaimana?" Tanya diana.
George, dan Daminan pun setuju lalu mereka sepakat untuk menjalankan rencana.
Sedangkan di rumah Chaterine, ia terbangun sambil membuka mata dengan perlahan, begitu juga dengan Carl, ia terbangun dan menatap Chaterine.
"Astaga, aku ketiduran maaf merepotkan mu" Ucap Chaterine seraya meminta maaf dan berdiri.
Carl hanya tersenyum
"Tidak masalah, aku juga ketiduran tadi, yasudah ayo kita pulang, pasti mamah dan papah khawatir mencari kita" Ucap Carl sambil menggenggam tangan Chaterine berjalan ke luar.
Chaterine hanya mengikuti.
Di dalam mobil Carl memutuskan singgah di restoran mahal sambil memesan menu makanan untuk mereka makan malam.
"Kita makan dulu, baru setelah itu kita pulang" Ucap Carl seraya menyiapkan makanan ke piring Chaterine.
Chaterine hanya membalas dengan senyuman, ia melamun seraya memikirkan Nathan, dan Kevin.
"Chatrine, selesai mari kita makan"
Chaterine hanya tersenyum dan menghabiskan makannya sampai tuntas.
Usai makan malam, mereka pulang, di perjalanan mereka sambil menonton filim horor.
Sampai di mansion, gerbang di buka, para pelayan dan bodyguart berjejer bersusun menyambut kedatangan tuan mudanya. Setelah itu Carl menyuruh bodyguart memarkirkan mobilnya di loby garasi, sedangkan ia turun dan masuk ke mansion beriringan dengan Carl.
Di ruang tamu, mereka di sambut hangat oleh Diana, George, dan Daminan. Mereka tersenyum hangat ke Carl, dan Chaterine, setelah itu mereka menyuruh nya duduk di sofa karena ada yang ingin di bicarakan oleh mereka.
"Carl, Chaterine" Panggil Diana.
Sang empu pun menoleh ke Diana dan menatapnya dengan penuh pertanyaan.
"Kami akan mengadakan pesta yang mewah dan megah" Ucap George
Chaterine dan Carl pun tersenyum karena tidak mengetahui mereka akan merayakan apa di pesta itu.
"Memang pesta apa yang akan kalian bikin mah, pah?" Tanya Carl dengan lembut
Lalu George, dan Diana pun menjawab dengan bersamaan.
"Pesta pernikahan kalian"
Chaterine yang mendengar membeku, ia tak dapat mengatakan apa² bahkan ia bingung harus berekspresi bagaimana, dan gimana cara berbicara.
Ia kaku, lidahnya kelu bahkan jantungnya serasa berhenti berdetak, sedangkan Carl ia sangat² senang mendengar ini, namun ia tidak pasti apakah Chaterine setuju atau tidak. Melihat Chaterine tanpa ekspresi Carl pun memutuskan mereka ingin beristirahat terlebih dahulu, dan membicarakannya di esok hari, George, Diana pun setuju lalu mereka segera pergi ke kamar masing².
Sedangkan Chaterine masih sama duduk di sofa ruang tamu tanpa bergerak sedikit pun, lalu ia tersadar oleh teriakan Diana untuk menyuruhnya beristirahat karena sudah sangat larut malam.
Chaterine pun berjalan lemas menuju kamarnya, dan menginci lalu ambrukh duduk di balik pintu sambil memeluk lututnya.
"Yaa tuhannn, bagaimana ini, aku bingung aku dilema saat ini, hatiku sakit mendengar nya, namun di satu sisi aku setuju, bagaimana, ada apa dengan perasaan ku ini, mengapa jadi jalan hidup ku begini? Mengapa aku di takdirkan hidup jika harus begini?"
Chaterine menangis dalam diam seraya bergumam kecil mengeluh kepada tuhannya.
"Aku dilema ya tuhan, sungguh² dilema, bagaimana ini..." Chaterine menagis
"Apa yang harus ku pilih ya tuhan, Aku mencintai Nathan, dan Kevin, tapi diriku tak bisa berbohong aku nyaman jika berada di sisi Carl" Ucap Chaterine sambil sesenggukan.
Setelah beberapa menit kemudian, Chaterine tertidur pulas karena kelelahan menangis.
Sedangkan di sisi lain...
"Eugghh" Nathan melengguh kecil, sambil membuka matanya perlahan, lalu matanya mengedar memperhatikan ruangan tersebut sambil memperhatika Kevin, Marvel, Marco, dan Martis yang sedang duduk di sofa.