Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 20
Setelah menghabisi seluruh anggota Rio gengster yang telah berani melakukan tindakan kepada Alya, kini Aldan dan istrinya sudah berlalu pulang menuju Mansion. Tepat pukul 01:00 malam, Aldan dan Alya pulang bersama. Alya terus menggenggam erat tangan Aldan, ia pasrah kali ini dengan pria itu.
Mata Aldan tertuju pada pintu utama yang menjulang tinggi itu. Jujur Aldan merasa sedikit tidak enak hati kali ini, apa lagi kala melihat lampu ruang tamu yang masih menyala. Itu menandakan ada orang yang menunggu kepulangan mereka, sebelum melangkah memasuki Mansion. Aldan menghentikan langkah kakinya, ia berbalik badan untuk melihat keadaan Alya.
“Kau sudah lebih baik?” Tanya Aldan sembari mengelus tangan Alya yang berada didalam genggaman tangannya.
Dari cahaya yang sedikit redup Alya dapat melihat wajah tampan Aldan yang sedikit babak belur. Alya mengangguk mantap, lukanya sudah tidak terlalu sakit karna sudah diobati tadi. “Aku sudah merasa lebih baik, sekali lagi.. Terimakasih.” Ucap Alya yang langsung membuat Aldan tersenyum sangat tipis.
“Begini, Al.. Nanti saat masuk kau melihat ada ayah, segera naik ke kamar. Jangan hiraukan aku, jangan pikirkan aku. Mengerti?”
Jujur, Alya tidak mengerti dengan maksud dari Aldan. Tapi, Alya menjadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana Aldan dihajar habis-habisan oleh kata-kata oleh Aslan. Sontak Alya langsung menganggu mantap kepada sang suami. Barulah Aldan mengajak Alya untuk masuk, sekalipun jantung Aldan berdebar kali ini.
~
Kala menuju ruang tamu, benar dugaan Aldan ada Aslan yang duduk dengan tatapan super tajam bersama dengan Claudia.
“Dari mana saja kau anak nakal?!” Suara itu menggema di ruangan.
Aldan dan Alya sudah berada tepat di hadapan kedua orang tuanya, Aldan mengarahkan Alya untuk segera pergi.
“Masuklah kedalam kamar, jangan lupa berganti pakaian. Lalu, tidurlah..” Sempat sempat nya Aldan memberikan wejangan kepada Alya.
Tentu saja Alya mengangguk cepat, ia tersenyum kepada kedua mertuanya lalu melangkah pergi sekalipun Alya ragu untuk meninggalkan Aldan yang mungkin sedang dalam masalah.
Baru Alya berjalan satu langkah, Aslan sudah bangkit menuju Aldan hingga membuat Alya menghentikan langkah nya.
“Ayah dengar dari anak buah, jika kau memberontak lagi. Kau tawuran dengan genk tidak berguna mu itu, sebenarnya apa tujuan hidup mu, Aldan?!” Hardik Aslan dengan tatapan sangat tajam membuat Alya menciut.
Tapi, dengan beraninya Aldan membalas tatapan tajam itu dengan ekspresi tenang.
“Aku pergi kala semua tugasku sudah selesai, ayah. Anggap saja aku bersenang-senang, tidak sedang memberontak.” Bela Aldan.
“Diam kau!” Aslan semakin marah, suara nya menggema membuat Alya memejamkan matanya karna takut.
“Kenapa Alya terluka? Pasti karna ulahmu, karna kau memiliki musuh dimana-mana hingga membuat Alya terkena imbasnya bukan?” Pertanyaan Aslan tidak bisa dijawab Aldan sedikitpun.
“Kau memang suami tidak berguna!”
Plak
Satu tamparan mendarat kepada Aldan yang tidak sempat membela diri. Alya terkejut tentunya, apa lagi Aslan tidak hanya menampar satu kali tapi berulang kali.
“Kau anak tidak berguna yang hanya tau ribut dijalan! Ayah tidak tahu, kenapa bisa memiliki anak nakal seperti mu! Aldan, sekarang kau benar-benar membuat ayah marah..” Hardik Aldan sembari menarik kerah baju putranya yang hanya diam dengan segala pukulannya.
Alya tidak terima, ia lebih heran lagi melihat Claudia hanya diam kala melihat Aldan dihajar seperti itu. Alya menolong Aldan, ia menarik tangan Aldan hingga terlepas dari cengkraman Aslan.
“Stop, ayah! Jangan sakiti suamiku lagi, aku seperti ini karna ulahku sendiri. Berhentilah menyalahkan Aldan atas segala masalah yang terjadi, dia tidak sial seperti itu!” Ujar Alya membela sang suami.
Aslan hanya diam tidak bisa berkata apapun, ia melihat Alya yang menangis kala memegang wajah tampan Aldan yang sudah babak belur malah ditambah ditampar Aslan lagi.
“Ayah memukul Aldan, sama saja dengan memukul Alya. Aku tidak terima, aku sudah berhak atas Aldan sekarang. Milikku jangan disakiti, sekalipun kalian orang tuanya!” Ucap Alya dengan sangat tegas.
Claudia dan Aslan saling tatap satu sama lain, sudah pasti mereka tidak menyangka kalau Aldan dan Alya bisa saling melindungi seperti ini.
••
Dikamar Aldan heran melihat Alya yang mondar-mandir ntah mencari apa. Sedari tadi Aldan tanya juga enggan menjawab, hanya mondar-mandir membongkar semua barang.
“Heh, Tikus. Sebenarnya apa yang kau cari?” Tanya Aldan ntah yang sudah keberapa kalinya.
Sontak langkah Alya langsung terhenti, ia tersenyum tipis kepada Aldan yang menatapnya aneh. “Apa itu kaki sudah tidak sakit?” Tanya Aldan kala Alya duduk disamping nya.
Alya menggelengkan kepalanya, ia merasa kakinya sudah lebih baik. “Baguslah, sekarang tidur. Besok ada ujian akhir, hanya tinggal beberapa hari aja sekolah.” Ucap Aldan sembari mengobati lukanya sendiri disekitar wajah.
“Aku takut, kalau Rio dendam kepadamu.” Kata Alya disela Aldan sedang memberi obat luka disekitar area bibirnya. Pergerakan Aldan langsung terhenti, ia tersenyum tipis melihat wajah Alya yang kelihatan panik.
“Biarkan saja kalau dia dendam, aku selalu siap menghajar anak itu.” Respon Aldan cukup angkuh, tidak membuat Alya merasa tenang. Tapi, disebalik hati Alya yakin dengan kekuatan Aldan. Hanya saja Alya merasa tidak enak selalu merepotkan pria itu, mengingat banyaknya tanggung jawab yang harus Aldan kerjakan.
“Tapi, apakah tidak ada yang mau terimakasih denganku?” Tanya Aldan yang langsung membuat Alya terdiam. Alya mengerti dengan maksud pria itu, hanya saja Aldan mengartikan lain dari ucapan terimakasih.
“Sudah!”
“Ah masa hanya ucapan, tidak adil!”
“Jadi, maumu seperti apa, kecoa?” Tanya Alya yang kini saling tatap dengan Aldan. Tangan pria itu menunjuk pada bibirnya, Alya pura-pura tidak melihatnya.
“Apa?” Alya malah bertanya, membuat Aldan langsung berdecak kesal. “Bibirmu kenapa?”
“Minta di kokop,” Jawab Aldan cepat bahkan berhasil membuat Alya memukul lengan Aldan dengan sangat kuat. “Kenapa dipukul si? Benar minta kokop loh ini..”
Alya bangkit dari duduknya, ia tidak menanggapi semua permintaan Aldan yang aneh. Alya merangkak naik keatas kasur, berusaha mengabaikan semua ucapan Aldan yang aneh.
“Hem, Alya..” Panggil Aldan yang kini duduk berhadapan dengan Alya yang berbaring. “Aku ingin tanya satu hal padamu, sebenarnya banyak yang membuatku penasaran.”
“Tanya apa?”
“Apa kau pernah dicium Rio?” Pertanyaan Aldan membuat Alya langsung duduk. Tangannya bersedekap didada, ia menatap tajam Aldan yang seperti tidak merasa bersalah dengan pertanyaan anehnya.
“Menurut tuan muda Aldan bagaimana?” Alya malah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan balik.
Aldan menatap intens Alya. “Sudah pasti belum, kalau sudah.. Rio tidak akan mengambil tindakan seperti itu.” jawab Aldan sembari menatap intens Alya yang saat ini menunduk.
“Al.. Kokop ya, bentar aja deh..” Pinta Aldan lagi, kali ini merengek membuat Alya sakit kepala.
hello guys mampir di novel ku juga ya😊😊
sikap prilakunya gak menghargai istri lebih ke egois
Balum lagi ada thena,pasti spesial one..