Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Pendamping Gery
"Akan launching bulan depan," jawab Gery sambil meneguk mojito segar yang dihidangkan sang pelayan.
"Oh ya? Aku dengar, Spark akan mem-PHK karyawannya. Apa kamu yakin proyekmu bisa launching bulan depan?"
"Tuan Dexter, aku datang kemari bukan untuk membahas bagaimana keadaan perusahaanku. Aku kemari untuk bernegosiasi denganmu terkait pembayaran penalti kontrak," kata Gery kemudian meletakkan gelasnya di atas meja.
Tuan Dexter tertawa kecil, lebih terdengar meremehkan Gery. "Aku juga ke sini ingin bernegosiasi denganmu. Aku bisa membantu mewujudkan proyek Pure agar benar-benar bisa diluncurkan. Aku yakin, tanpaku, proyek Pure tidak akan diluncurkan bulan depan."
"Sekali batal berkolaborasi, ya batal, Tuan. Aku nggak akan menimbang-nimbang lagi."
"Biarkan aku bantu peluncuran Pure, makan penalti pelanggaran kontrakmu akan kuhapuskan," jelas Tuan Dexter singkat. Gery tak bisa menahan egonya, ia pun menggebrak meja makan tersebut.
"Kalau begitu, pertemuan kita selesai di sini." Seketika, Adel beranjak dari tempat duduknya, dan melingkarkan tangannya di bahu Gery sembari merengek.
"Gery, aku mohon. Terimalah bantuan ayahku, maka hubungan kita akan baik-baik saja." Gery melotot pada Adel, sikapnya terlalu berlebihan di depan Clara.
"Adel, jaga sikapmu. Kamu sedang berbicara di depan pacarku," kata Gery dingin dan menatap Adel tajam. Gery sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya dari Clara. Bahkan, Gery membiarkan Clara merangkulnya dengan erat.
"Iya , aku nggak akan menganggumu. Aku cuma memohon padamu, aku akan pergi jauh dari kehidupanmu. Asalkan, jangan libatkan bisnis ini dengan hubungan kita yang sudah selesai. Biarkan bisnis ini berjalan seperti sedia kala, sampai selesai seperti yang Ayahku katakan," kata Adel masih memohon. Gery diam sejenak.
Clara menepuk pundak Gery dan mencoba membisikkan sesuatu padanya. "Tuan, aku mendukung keputusanmu," kata Clara tiba-tiba. Entah mengapa, ucapan Clara membuat jantung Gery berdebar.
Padahal, Gery belum sempat mencari tahu siapa seorang Clara. Namun, gadis itu sangat tepat untuk menjadi alasan dia bisa berpaling dari Adel.
"Tetap bekerja sama dengan perusahaan Tuan Dexter akan menjadi beban untukku. Aku ga bisa bekerja di tempat yang tidak membuatku nyaman," kata Gery mencari-cari alasan.
"Gery, aku ... Aku berjanji tidak akan pernah muncul di hadapanmu lagi. Asalkan..." Adel masih tetap memohon-mohon pada Gery agar tidak membatalkan bisnis besar mereka.
"Adel, bagaimana bisa kamu tidak akan muncul di hadapanku? Bukankah kontrak kerjasama kita, kamu yang akan mempromosikannya jika ini tetap terus berjalan? Apakah aku tidak akan bertemu lagi denganmu setelah ini? Kamu berusaha memancingku kan?" kata Gery naik pitam.
Di sisi lain, Clara benar-benar seksama mendengarkan pertengkaran petinggi-petinggi itu. Hal ini harus Clara simpan untuk mengatur strategi marketing bersama teman-teman setimnya. Agar Clara juga bisa mendapat pujian dari Pak Arnold karena sudah bekerja dengan baik.
"Jika sudah tidak ada yang diobrolkan, mari kita menyantap makanan lezat ini dalam keadaan damai. Gery, aku harap kamu bisa menikmati kudapan yang kami sajikan." Tuan Dexter pun mencoba mencairkan suasana agar tamunya duduk menyantap makan siangnya.
Di sepanjang makan siang itu, Clara benar-benar merasa canggung dan paling asing sendiri. Sungguh situasi yang sangat tidak nyaman untuknya.
Entah Clara ingin menceritakan ini kepada Vey dan Barra atau tidak. Clara seperti kehilangan energi karena semua orang di meja makan itu kini menganggapnya sebagai wanita genit yang berhasil mencuri hati Gery dalam waktu singkat.
...***...
Pasca pertemuan singkat dengan keluarga Dexter, Gery dan rombongannya pergi meninggalkan restoran Eat Well. Setelah mobil berjalan beberapa kilo dari restoran Eat Well, mobil itu berhenti dan menepi di sebuah trotoar pinggir jalan.
"Nona Clara, kami akan memesankan taksi untukmu di sini. Mohon untuk menunggu taksinya datang, ya." kata sang asisten Gery yang tiba-tiba saja muncul saat Clara sedang duduk di dalam mobil. Clara agak kebingungan, dia menduga jika bosnya akan mengantarnya pulang.
"Loh, bukannya ini saya mau diantar pulang?" tanya Clara bingung. Asisten pria yang berambut klimis itu tersenyum kecil sambil menggeleng.
"Maaf, nona. Tuan Gery tidak berhak mengantarmu pulang. Tugas nona Clara sudah selesai, dan nona bisa pulang sendiri," kata asisten muda itu. Clara melirik ke arah Gery yang sedari tadi murung dan tidak menoleh ke arahnya sama sekali.
"Permisi, Tuan Rochstein? Apa tidak ada yang ingin Anda katakan setelah saya membantu Anda?"
Gery menoleh kepada gadis di sampingnya dengan tanpa minat. "Ada apa lagi? Bilang ke Walt kalau butuh apa-apa." kata Gery menunjuk asisten pria berambut klimis itu untuk memberitahu Clara.
"Saya tidak butuh apa-apa, Tuan. Saya hanya minta penjelasan pada Anda. Bagaimana nasib saya selanjutnya setelah Anda menyuruh saya berpura-pura menjadi kekasih Anda?"
"Tadi itu aku cuma akting. Aku tidak akan melakukannya lagi padamu. Sekarang, kamu boleh pulang. Dan satu lagi, jangan bocorkan masalah ini ke orang lain. Asistenku akan memberikan uang tambahan untukmu." kata Gery si super bossy.
"Astaga. Aku sangat tidak menyangka ini bisa terjadi padaku," kata Clara meringis dan menertawai nasibnya sendiri. Sementara Gery sama sekali tidak berminat dengan ucapan Clara. Yang ada pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya membayar penalti yang bernilai triliunan itu dalam waktu singkat.
Di samping itu, Gery juga memikirkan perasaan Adel. Apakah dia terlalu keras menggertak Adel? Tetapi, jauh di lubuk hatinya paling dalam. Gery sudah sangat kesal dengan Adel yang lebih memilih bersama Tony.
Clara masih heran, dia seperti dicampakkan oleh seorang laki-laki asing yang merupakan bosnya sendiri. Clara pun menarik napas panjang dan bergegas turun dari mobil itu.
"Apa ga ada ucapan terima kasih sama sekali setelah dibantu?"
"Ya, terima kasih." ucap Gery singkat.
"Baiklah, kalo begitu. Dasar tidak punya sopan santun," gumam Clara pelan. Sejujurnya, Clara agak sebal dengan sikap Gery yang sangat arogan dan cuek. Tanpa sengaja, Gery mendengar gumaman Clara yang mengatainya "tidak punya sopan santun".
"Nona, hati-hati dalam berbicara. Suasana hatiku sedang tidak bagus saat ini. Jangan sampai tanganmu lebam karena cengkeraman tanganku. Apakah uang 5.000 Noks kurang untukmu? Aku tidak menyentuhmu, kamu hanya bertugas menemaniku. Biasanya, wanita sewaan yang bisa disentuh-sentuh hanya menarget 2.000 Noks per malamnya," kata Gery kesal.
Plak!
Refleks Clara menampar pipi kiri Gery setelah mengucapkan kata tidak sopan. Gery cukup terkejut karena karyawannya sendiri berani menamparnya. Gery tampak kesakitan dengan tamparan Clara.
"Jangan ngomong sembarangan, ya! Aku memang miskin, tapi aku ga akan pernah mau menjual harga diriku. Apalagi ke orang macam kamu!" kata Clara marah. Gadis itu keluar dengan penuh amarah.
Tangannya gemetar hebat. Di benaknya, terbayang-bayang saat ia hendak diculik dua pria hidung belang sekitar 2 tahun lalu.
"Camkan kata-kataku. Aku akan kembalikan uangmu dan tidak akan menerima apapun darimu!" kata Clara berseru keras. Perhatian Gery cukup tersita dengan kekesalan yang ditunjukkan Clara padanya. Gery mendengar ada kemarahan yang sangat besar.
Tak lama dari itu, mobil Gery melaju pergi meninggalkan Clara sendirian di pinggir jalan. Clara menghela nafas panjang, seakan lelah dengan kejadian hari ini.
"Dasar b*go Bisa-bisanya dia nyamain aku dengan perempuan sewaan? Hatinya sangat dingin dan menyebalkan! Ternyata, ada ya cowok yang sifatnya se-nggak peduli itu sama orang lain? Ckckck..." kata Clara menggeleng-geleng kepalanya. Sambil menunggu taksinya datang, Clara bolak-balik mengatur nafasnya yang penuh amarah. Clara juga berusaha menahan air matanya agar tidak menangis.
Hatinya sangat terluka dengan perkataan Gery yang tidak sopan. Dengan penuh tekad, Clara mencoba mencari tahu nomor rekening Gery agar bisa mengembalikan uang bosnya yang ternyata menimbulkan kerugian dan berdampak pada karier Pak Arnold ini.
***