Novel ini menekankan pada janji yg dibuat sebagai dasar pengungkit,
bisa karna janji yg tidak ditepati atau karna ungkapan rasa yg tidak diterima karna janji tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Malam ini di mesjid kompleks rumah Nayla ada acara Isra' Mi'raj, Nayla, Ami, Silvi serta pemuda/pemudi mesjid ikut manjadi panitia acara.
"Nay ini ditaruh dimana?" kata Rani membawa piring-piring.
"Taruh di sini saja Ran,"
Rani menaruh piring dan menyusunnya.
"Nay, malam minggu kita pergi acaranya Salma yuk, " sahut Rani.
"Ya Nay kamu jarang bangat ngumpul sama kita-kita, "
"Insyaallah aku ikut, "
"Nah gitu dong itu baru seru, kapan lagi coba kita ngumpul dan berbagi cerita"
"Nay kita keluar yuk ceramahnya akan dimulai" ujar Nayla sambil berdiri.
"Ayuk" Nayla dan teman-teman masuk ke dalam mesjid.
"Nayla bukannya itu ustad yg menegur kamu waktu itu ya? " ujar teman Nayla yg ikut pengajian waktu itu.
Nayla dan Ami pun melihat ke depan, ustadz Arif tersenyum kepada mereka"
"Hmm sinyal jodoh ini Nay" bisik Ami.
Nayla tersipu malu, karna ketika matanya dan mata ustadz Haykal bertemu jantungnya berdebar kencang, dia gak pernah merasakan seperti ini sebelumnya.
Pengisi ceramah ustadz Haykal, dia menaiki mimbar, Nayla hanya menunduk.
"Kak bukannya abang itu pernah ke rumah kita? " tanya Silvi.
Nayla menganggukkan kepala,
"Sama dia saja kak, ganteng, sholeh lagi hehe"
"Hehe darimana kamu tau dia baik dan sholeh? "
"Dari wajahnya yg adem dipandang kak hehe"
Nayla dan temannya membagikan minuman dan kue kepada jamaah wanita.
Jam 23.00 wib acara usai, Nayla dan teman-temannya membersihkan mesjid dan semuanya.
"Nay kamu punya no hpnya? " tanya Rani.
"No HP siapa Ran? " tanya Nayla bingung.
"Itu ustadz ganteng, aku mau daftar jadi makmumnya hehe"
"Mulai halu ini orang, " sahut Vita.
"Mana tau kan doaku dikabulkan sama Allah aku jadi istri ustadz hehe"
"Kak pulang yuk, " ajak Silvi.
Di gerbang ku lihat Fikri lagi ngomong sama ustadz Arif dan ustadz Haykal. Sesekali Fikri melihat ke dalam mesjid.
Kedua ustadz itu sudah menaiki mobilnya. Kami pun berjalan pulang. Mereka sudah jalan duluan sama teman-temannya.
"Assalamu'alaikum ma" "Wa'alaikumussalam" mama lagi duduk di ruangan tv karna beliau pulang lebih dulu.
"Kakak" Fikri tersenyum sambil mengedipkan mata pada Nayla.
"Kenapa kamu jadi aneh kayak gini dek? "
"Yee aneh gimana kak? makin tampan ya? haha"
"PD" ujar Nayla kesal.
Dia mendekatkan wajahnya di kupingku, "kak ada yg nitip salam ustadz Haykal" lalu dia menjauh sambil tersenyum.
Hati Nayla bergetar mendengar nama ustadz Haykal.
"Hei ada main rahasia-rahasia ya kalian? "
"Harus dong wkwkwk"
"Kalian tidur lagi sudah malam ini, Fikri, Silvi besok kalian kerja" kata mama.
"Siap ma" jawab kami semua. Kami masuk kamar masing-masing.
Kami pun mengambil wudhu sebelum tidur.
Pagi-pagi kami sudah sibuk membantu mama karna hari ini ada acara arisan di rumah. Aku dan Ami ke pasar membeli bahan untuk dimasak. Acaranya habis sholat ashar. Kami pergi ke pasar sama motor. "Mi kita sarapan dulu yuk aku laper"
"Oke Nay kita makan apa? "
"Lontong sayur aja gimana? "
"Boleh tuh"
Kami sarapan lontong sayur dan membeli kue-kue buat cemilan, habis itu kami membeli pesanan mama.
Jam 11.00 siang kami sudah sampai di rumah, kami membantu mama memasak. Setelah itu kami mengajar di ruangan kami.
Sebelum ashar kami selesai mengajar, kami sengaja membubarkan lebih awal karna akan membantu mama lagi.
"Kak Nayla kapan kakak pesta? "
tanya Fatih.
"Pesta apa sayang? " tanya Nayla tersenyum pada Fatih.
"Itu lho kak yg pakai baju bagus gitu"
"Tunggu waktunya ya sayang"
"Nay kamu disuruh merid itu" ledek Ami.
"Ya gak mungkin aku merid sendiri hehe"
Nayla dan Rahmat cuma sekali itu komunikasi. Habis itu Rahmat gak pernah lagi mengubungi Nayla.
Teman-teman arisan mama pada datang, aku dan Ami membantu mama menyajikan makanan.
"Ini Nayla kan? makin cantik aja, sudah punya calon Nay? anak tante ada lho"
Nayla tersenyum, "Belum tante" jawabnya tersenyum.
"Sama anak tante saja ya nak, biar tante sama mama besanan" Nayla menjawab dengan senyuman.
"Anak-anak sekarang mana suka dijodohin dia punya pilihan sendiri hehe" sahut tante Mira.
Sepulang ngajar Nayla mendapatkan pesan dari Rahmat,
"Hei Nayla gimana kabarmu? ".
Nayla menarik nafas membaca pesan yg tampa salam. Dengan terpaksa dia membalasnya.
" Biasakan mengucapkan salam"
Pesannya dibalas,
"Oh maaf Assalamu'alaikum ustadzah"
"Wa'alaikumussalam"
"Nayla kok kamu pakai jilbab besar gitu? padahal kamu masih muda tampil yg modis dong, yg berpenampilan seperti ibuk-ibuk" pesannya.
Nayla cuma membalas dengan emoticon. Masuk lagi pesan darinya.
"Kita jalan yuk tapi kamu pakai celana biar gak ribet"
"Maaf aku gak bisa"
"Demi aku kamu gak bisa melakukannya? "
"Hmm memang kamu siapanya aku? "
"Calon suami kamu Nayla, mami kamu sudah menjodohkan kita, harusnya kamu nurut sama aku"
"Hmm lucu deh, aku gak pernah nerima kamu sebagai calon suamiku; " balas Nayla.
"Kamu lupa ya Nay kalau kita sudah dijodohkan? " tanyanya lagi.
"Dijodohkan? bukan tapi dikenalkan kok. Itupun gak dipaksa untuk menikah.
" Kamu harus menikah denganku Nayla" balasnya lagi. Nayla malas untuk membalasnya lagi, Dia meletakkan hpnya dan tidur.
Pagi harinya Nayla mau menemani Ami ke pondok untuk mengambil pakaian dan buku-bukunya, mereka pergi dengan menggunakan bus, jarak rumah dan pondok tempat Ami ngajar dulunya 12 jam perjalanan, mereka akan bermalam di pondok dan balik besoknya.
"Ma kami berangkat ya, " Nayla dan Ami mencium tangan mamanya.
"Kalian hati-hati ya jangan lupa kabari mama"
"Baik ma, Assalamu'alaikum, " mama mengantarkan kami ke depan.
Kami sampai terminal bus dan menunggu keberangkatan.
"Nay kamu kapan akan melepaskan masa sendirimu? " tanya Ami.
"Aku belum menemukan yg cocok Mi, Oh ya aku mau curhat sama kamu, aku kan dijodohkan sama mamiku, Namanya Rahmat aku dan dia sudah dikenalkan waktu aku ke rumah mami, dia juga meminta no hpku. Dia pernah mewa aku dan menghilang dan semalam dia wa aku lagi" Nayla memperlihatkan isi pesan Rahmat kepada Ami.
"Astagfirullah, gak usah diladeni lagi Nay, berarti dia melihat kamu dengan nafsu.
" Aku bingung Mi, gimana cara aku ngomong sama mami? "
"Biarin aja dulu, kalau dia masih ngirim pesan dan ngomong kaya gitu, kamu ngomong sama mami bilang kalau kamu gak bisa melanjutkan perkenalan sama dia.
" Ya Mi, aku masih trauma dengan Fadli Mi, Silvi juga mendesak ku untuk menikah karna cowoknya pengen cepat-cepat nikah, apa aku biarkan Silvi untuk nikah dulu ya Mi? ntar karna aku mereka gak jadi nikah"
"Menurutku ini ya Nay, mending kamu minta Silvi untuk membawa calonnya ke rumah untuk kenalan sama mama, biar mama bisa menilai dia terbaik gak buat Silvi, dan kamu sebagai kakak juga bisa memutuskan, karna pernikahan merupakan ibadah terpanjang Nay, kita harus hati-hati dalam memilih pasangan hidup. Karna buruknya pasangan itu akan kelihatan setelah ijab kabul. Jelas Ami.
Nayla pun mengangguk paham.
" Hmm, kenapa kamu gak coba ta'aruf sama ustadz Arif saja? " kaya nya dia mengagumimu mu"
"Aku trauma sama orang sholeh Mi, ntar kaya Fadli lagi" katanya dengan mata berkaca-kaca.
"Nayyyy gak semua cowok sholeh itu seperti Fadli, cobalah untuk ta'aruf dan mengenal dia, mana tau cocok hehe"
Nayla diam saja sambil menatap ke luar,
"Apa kamu belum niat untuk nikah Mi? "
"Buat sekarang belum Nay"
"Gak kebayang ya Mi, bila kita sudah nikah, Fikri dan Silvi sudah menikah pasti kita gak bisa sama-sama lagi. Adek-adekku juga sudah seharusnya berumah tangga. Kalau aku dibawa suami siapa lagi yg akan menemani mama ya Mi? "
"Silvi kan ada Nay, atau suami kamu memutuskan untuk tinggal di rumah kamu"
"Aku gak bisa bayangkan Mi, biasanya aku selalu curhat sama Fikri segala keluh kesahku, kalau dia sudah berumah tangga tentu kami gak bisa kaya gini lagi"
"Jangan mikir terlalu jauh, selalu berdoa semoga mereka mendapatkan pasangan yg baik dan sayang orang tua serta keluarga.
"Aamiin🤲"