Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Krisan Yang Layu
Flashback
POV Author
Semua terjadi begitu cepat. Nyonya Anita tak menyangka suaminya akan sangat marah sampai tega memukuli anaknya sampai babak belur. Sebagai seorang ibu, ia tentu tak mau anaknya dilukai oleh siapapun, bahkan oleh suaminya sendiri.
Ketika melihat Nyonya Anita didorong oleh suaminya, Avian berusaha membela. Sayang, Nyonya Anita kalah tenaga dari suaminya. Avian terus dipukuli. Nyonya Anita tak kuat melihat anaknya terus tersakiti, dengan sisa-sisa tenaga Nyonya Anita berdiri lalu memeluk suaminya agar tak bisa memukuli Avian lagi.
Tuan Perdana menghempaskan pelukan Nyonya Anita namun tangan Nyonya Anita meraih jaket Tuan Perdana sebelum jatuh. Pak Perdana ikut terhuyung ke belakang dan jatuh.
Bruk!
Prang!
Brak! Kepala Nyonya Anita mengenai meja ruang tamu sementara tubuh Tuan Perdana menabrak lemari kaca berisi kristal milik Nyonya Anita. Sebuah kristal besar nampak bergoyang sebelum akhirnya jatuh.
Avian berteriak kencang memanggil nama kedua orang tuanya. "MAMA! PAPA!" Kristal besar tersebut jatuh dan mengenai Pak Perdana, tepat di bagian kepala.
Prang!
"MAMA! PAPA!" Avian berteriak kencang dan memaksa menyeret tubuhnya yang penuh luka untuk mengecek keadaan kedua orang tuanya. Air matanya luruh bersama ketakutan besar dalam dirinya. Kalau terjadi sesuatu pada kedua orang tuanya, ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Avian menyeret tubuhnya dengan susah payah. Menahan rasa sakit yang terasa setiap ia bergerak. Dengan tangan bergetar, Avian menyentuh Nyonya Anita yang tak sadar dengan kening terluka. "Ma," ucap Avian terbata.
"Ma, Mama! Bangun, Ma!" panggil Avian sambil menangis. Mamanya masih bernafas. Avian masih ada harapan.
Avian kembali menyeret tubuhnya melewati serpihan kristal yang tak ia guraukan melukai tubuhnya. Ia memeriksa laki-laki yang tadi begitu jahat memukulinya tanpa ampun. "P-pa!" panggil Avian takut-takut. "Pa-pa!"
"PAPA! PA!" Avian berteriak lebih kencang saat memeriksa Pak Perdana dan tak merasakan detak jantungnya. "PAPA!" teriak Avian lagi.
Avian kembali menyeret tubuhnya untuk mengambil ponsel miliknya yang terlempar saat ditendang Pak Perdana. Avian menghubungi ambulans dan polisi. Avian terus menangis seraya memegang tangan Nyonya Anita, berharap Sang Mama bisa selamat.
"Ma, bertahan ya, Ma. Bertahan demi Avian. Avian mohon, Ma. Jangan tinggalkan Avian sendirian di dunia ini," tangis Avian.
Tak lama ambulans dan polisi datang. Nyonya Anita dan Pak Perdana dibawa ke rumah sakit namun sayang nyawa Pak Perdana tidak tertolong. Avian terus menemani Nyonya Anita di rumah sakit, ia tak mau beranjak sedikitpun dari sisi Nyonya Anita meski tahu kalau dirinya juga perlu diobati. Avian takut, jika ia pergi maka ia tak akan bisa bertemu Mamanya lagi.
Rumah tempat tinggal Avian menjadi lokasi TKP yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun. Berdasarkan hasil olah TKP, polisi menemukan ponsel Nyonya Anita yang sejak tadi terus merekam adegan demi adegan yang terjadi di rumah secara diam-diam. Bukti tersebut cukup kuat untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Tak mau masalah tambah melebar, Avian meminta pihak kepolisian untuk menutup kasus kematian Tuan Perdana. Ia tak mau publik sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Berbulan-bulan Nyonya Anita koma di rumah sakit. Avian dipaksa dewasa oleh keadaan. Avian harus memimpin perusahaan, menjaga Nyonya Anita dan kuliah. Tak ada waktu bagi Avian untuk bermain seperti dulu.
Avian menjadi trauma untuk mendekat dengan rumahnya. Ia terus terbayang kejadian menyakitkan yang membuat Pak Perdana kehilangan nyawanya. Rumah tersebut tak lagi terawat karena Bu Surti diminta Avian merawat Nyonya Anita selama koma. Bunga-bunga krisan yang semula subur kini tak ada yang merawat. Semua layu dan mati. Rumah tersebut akhirnya dibiarkan begitu saja kosong tak berpenghuni.
Surat yang dikirimkan Seruni masih tetap berada di kotak surat tanpa pernah dibuka maupun dibaca oleh Avian. Avian terus menunggu Nyonya Anita sadar dan melanjutkan hidupnya yang kelam. Menghadapi tekanan dari semua pihak. Mencoba memimpin perusahaan di usia yang masih muda dengan banyak pihak yang ingin menjatuhkan.
Harapan Avian adalah Nyonya Anita sadar dan memberitahu dimana keberadaan Seruni. Sebulan, dua bulan, bahkan setahun, Nyonya Anita tak kunjung sadar.
Sampai suatu hari Avian diberitahu kalau Nyonya Anita sudah bangun dari koma. "Ma! Mama!"
Avian memeluk erat Nyonya Anita yang menatapnya dengan tatapan kosong. "Vian," ucap Nyonya Anita dengan lemah.
"Ma, syukurlah Mama sudah sembuh. Syukurlah." Avian menangis bak anak kecil.
"Vian, Papa kamu mana? Kok tidak datang? Papa kamu kerja ya?" tanya Nyonya Anita.
Avian mengangkat wajahnya dan menatap Nyonya Anita dengan lekat. "Ma, Mama tak ingat apa yang sudah terjadi?"
Nyonya Anita menggelengkan kepalanya.
"Apa Mama ingat kemana Mama mengantar Seruni?"
Nyonya Anita mengerutkan keningnya tajam. "Seruni? Siapa Seruni?"
****
...Halaman Pertama Tamat...
****
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂
Kavi menjadi pemuda yang luar biasa, Seruni berhasil mendidiknya.