SYAHNALA

Disini sekarang kami berada di sebuah mall besar yang di penuhi dengan begitu banyak boneka, aku merasa berada seperti di dunia dongeng yang di penuhi oleh makhluk-makhluk lucu.

"senang banget kayaknya"-raka

"senang dong kan bakalan di traktir boneka sama idola sekolah" ucapku sembari menekan kata idola sekolah

"iya dong kapan lagi coba lu di beliin boneka sama cowok terganteng di sekolah lu" ucap kak Raka sombong

"dihh pede banget gantengan juga kak Arya kali" sangkal ku karena jika boleh jujur kak Raka memang begitu tampan

"Yee Arya Mulu lu suka yaaa" goda kak Raka

"iya, tapi suka aku itu hanya sebatas kakak adik doang kok karena aku sadar diri aku itu siapa" sangkal ku

"yaaa kamu syahnala Anindya" ucap kak Raka

"hemm bukan itu kak maksudnya, maksud Nala itu Nala cuman seorang anak yang sudah tidak memiliki masa depan yang cerah nggak kayak kak Arya dan kak Raka" ucapku dengan nada sedih

"emang kamu siapa bisa nentuin masa depan seseorang baik atau enggaknya, lagi pula jika kamu selalu mengambil opini kaya gitu itu bakalan buat kamu nggak bakalan ada perubahan, coba sekarang kamu berfikir untuk membuang syahnala gadis cuek dan suka menyendiri itu dan buat kehidupan baru sebagai syahnala Anindya" ucap kak Raka sembari mengelus rambut atas ku

Apa yang dilakukan kak Raka barusan membuat ku sedikit tersadar, memang ada lebih baiknya membuat kehidupan baru dan membuang kehidupan lama yang begitu kelam dan menyedihkan dan coba terlebih kembali.

Aku melihat sekeliling begitu banyak boneka tetapi aku begitu bingung ingin memilih yang mana karena ini pertama kalinya aku beli boneka biasanya aku hanya akan mendapatkan boneka yang sudah tidak dini inginkan aku ingin sebuah boneka yang bisa menemani ku setiap aku merasa sendirian yang jika aku peluk itu akan merasa nyaman.

"Nala ini lucu kamu mau nggak" tawar Kak Raka

Aku melihat boneka panda yang begitu besar aku yakini jika boneka panda itu seukuran tubuhku hanya karena kini dia berada di tangan kak Raka itu terlihat hanya setengah Bandan kak Raka saja

"kak yang benar aja ini besar banget pasti malah dan juga aku nggak yakin bis menggendong nya" ucapku ragu

"lagian punya badan kok kecil banget kayak boneka babi di sana tuh" ucap kak Raka sembari menunjuk ke arah boneka babi yang besarnya sama dengan boneka panda itu

"kalo kakak masih bikin Nala marah berarti kak Raka harus beliin Nala boneka lagi" ucap ku kesal

"iya deh gue nggak bakalan bikin Lo marah lagi" ucap kak Raka sembari menaruh kembali boneka panda itu

"Nala lihat deh kalo ini mauu nggak, atau yang ini, ini juga lucu, OHH ini aja Nala" ucap kak Raka begitu semangat

"kak yang mau beli boneka kan Nala, kok kak Raka sih yang excited" ucapku

"yaaa kan gue bantu loh milih" ucap kak Raka

"Raka apa yang kamu lakukan di toko boneka ini" ucap seorang wanita paru baya, jika kulihat wajahnya begitu mirip dengan kak Raka apa dia ibunya?

"mamah, menurut mamah apa yang orang lakukan di toko boneka" ucap kak Raka dengan nada ketus

Aku rasa hubungan antara ibu dan anak ini tidak baik dilihat dari wajah ibunya yang terlihat datar dan kak Raka yang cuek.

"kamu masih pakai baju sekolah Raka bukannya pulang malah kelayapan di mall, kamu itu yaa memang susah dibilangin"ucap mamah Raka dengan nada penuh penekanan

"mau Raka pulang sekarang atau tidak emangnya ada yang peduli" ucap kak Raka dengan nada ketus

"kamu itu memang sangat beda dengan Andi kamu itu aib keluarga Raka" ucap mamah Raka yang membuatku kesal

"tante maaf kalo misalnya saya ikut campur dengan keluarga Tante, tapi apa yang Tante bilang tadi itu meyakiti kak Raka" ucapku mencoba menengahi mereka

" kamu siapa, pacarnya? Hemm pantas saja kalian berdua cocok yang satu aib keluarga dan yang satunya kayaknya udah nggak p*r*w*n berapa perjam nya" ucap mamah Raka penuh sarkas

"mah cukup, hal kaya gini yang bikin Raka muak sama kalian selalu ngerendahin orang" ucap kak Raka marah

"kenapa mau belain dia, mending sekarang kamu pulang Raka" ucap mamahnya

"nggak mau, Raka punya rumah sendiri"ucap kak Raka dengan nada kesal

"raka, kalau kamu nurut sama mamah dan papah kehidupan kamu akan jauh lebih baik" ucap mamah Raka dengan penuh amarah

"Raka lebih nyaman hidup sekarang, tanpa tekanan dari kalian yang terus maksa Raka jadi kakak, lihat Tanpa harus jadi seperti kakak Raka bisa bertahan hidup kok Raka udah bisa punya rumah dan mobil sendiri dan Raka juga punya tabungan Raka sendiri" ucap kak Raka

"kamu harusnya sadar siapa kamu, kamu itu bodoh tidak seperti Andi kakak kamu, kamu itu an-" ucap mamah Raka

"kak Raka itu anak yang mandiri dan pintar, dan dia adalah Raka bukan Andi, walaupun mereka lahir dari rahim yang sama dan di besarkan oleh ibu yang sama bukan berarti sifat mereka sama bukan, anda tidak boleh memaksa seorang anak seperti yang anda inginkan mereka juga punya kehidupan mereka sendiri, hanya karena anda adalah ibunya bukan berarti anda berhak menjadikannya robot anda" ucapku dengan nada yang cukup lantang

"Nala"-raka

"lihat saja suatu saat nanti kamu bakalan ngemis-ngemis ke mamah" ucap mamah Raka dengan emosi lalu pergi meninggalkan kami

"kak Raka nggak apa-apa kan" ucapku mencoba menenangkan kak Raka

"nggak apa-apa kok, makasih yaa udah belain aku" ucap kak Raka dengan senyum

Aku mengambil sebuah boneka beruang yang daritadi menyita perhatianku

"nih ini boneka buat kak Raka, Nala suka banget sama boneka yang ini jadi kalau misalnya kak Raka lagi sedih karena orantua kak Raka, kak Raka bisa cerita dan peluk dia, dia teman Nala mirip kan sama Nala" ucapku sembari menempel kan boneka beruang itu di dekat wajahku.

Kak Raka mengambil boneka beruang yang ku berikan, aku juga menggambil boneka panda yang dari tadi Kak Raka pengang.

"dan yang ini untuk Nala, ini pilihan kak Raka kan lucu juga, nggak mirip sih sama kak Raka soalnya dia lucu Kak Raka jelek, tapi Nala bakalan jaga dan simpan baik-baik soalnya boneka ini pilihan kak Raka" ucapku dengan senyuman

Kak Raka kembali tersenyum hal itu yang membuatku sedikit lega

"hemm makasih yahh, tapi boneka beruang nya juga nggak mirip sama kamu" ucap kak Raka

"nah ini baru dia shanraka yang Nala kenal" ucapku sembari tersenyum

" makasih yaa" balas kak Raka

kamu pun pergi menuju meja kasir hendak membayar boneka nya, setelah itu kak Raka mengantarkan aku pulang

"ini nggak kemalaman kan? Kamu nggak bakalan di marahin kan" tanya kak Raka

"nggak kok kak, soalnya mamah sama papah tiri Nala lagi ada kerjaan di luar kota jadi disini hanya ada Nala dini dan bi Inah" jawabku

"owh gitu yaaa, yaudah masuk gih mandi bau tau nggak" ucap kak Raka yang membuat ku kesal

"kak Raka juga bau, bibi jaga kak Raka yaa nanti sampai rumah suruh dia mandi bau tau nggak" ucapku pada boneka beruang yang tadi ku pilih

"bibi? Jelek banget namanya" ucap kak Raka

"Yee biarin wleee"ucapku sambil menjulurkan lidah ke arah kak raka

"nab jangan lu juga jagain nih anak yaaa jangan sampai dia balik kaya dulu lagi" ucap kak Raka pada boneka panda yang kini berada dalam gendongan ku

"nab? Nabila atau apa" tanyaku penasaran

"Jaenab, sebenarnya gue mau namain Udin tapi dia cewek jadi yaa Jaenab aja"ucap kak Raka

" dihh jelek banget namanya, lagian kakak tahu dari mana ini boneka cewek atau cowok" tanyaku

"yaaa soalnya gue ini sebenarnya indibego, jangan kasih tahu siapa-siapa yaaa"ucap kak Raka

"dihh nggak jelas"ucapku

"udah dehh kak pulang aja udah malam nih, hati-hati yaaa sama makasih udah bikin Nala senang hari ini" ucapku sembari tersenyum

"ngusir nih ceritanya" ucap kak Raka dramatis

"iya soalnya paranormal komplek sini bakalan segera patroli buat nyingkirin makhluk halus disini" ucapku dengan nada julid

"jadi maksud lu gue ini hantu gitu"-raka

"aku nggak ada bilang loh kak, kakak sendiri loh yang ngomong" ucapku

"udah deh gue pulang dulu yah" ucap kak Raka sembari menjalankan mesin mobilnya

"hati-hati kak" ucapku dengan senyuman dan melambaikan tangan ku

Setelah mobil kak Raka tak nampak dari pandangan ku, aku pun segera masuk kedalam rumah dengan penuh senyuman

"kak Nala, nggak kesambet kan" tanya dini dengan wajah khawatir

"aduh non Nala, makanya bibi bilang jangan masuk sekolah dulu" ucap bi Inah tak kalah khawatir

"bentar kalian kenapa sih" tanyaku bingung

"non Nala maafin bibi, bibi memang sering berdoa agar non Nala senyum lagi tapi bibi nggak bermaksud buat non Nala kesurupan"ucap bi Inah

"bentar yang kesurupan siapa sih, Nala baik-baik aja kok" ucapku

" Lo siapa, nggak apa-apa kok jujur aja kita bakalan balikin lu pelan-pelan kok" ucap dini

" apaan sih dek, aku nggak apa-apa lagian aku Nala, syahnala" ucapku mulai kesal

"beneran kak Nala" ucap dini ragu

"iya" ucapku tersenyum

Dini dan bi Inah langsung memelukku kuat hingga aku merasa sangat kesusahan untuk bernafas

"lepas dulu boleh nggak, Nala nggak bisa napas" ucapku

"maaf non bibi terlalu senang" ucap bi Inah

"iya kak kita terlalu senang, akhirnya kak Nala yang dulu balik lagi, kira-kira siapa yang buat kak Nala balik kaya dulu lagi" ucap dini

"ihhh boneka panda nya lucu, dini mau" ucap dini hendak mengambil boneka panda milikku

"maaf din, untuk yang ini kakak nggak bisa ngasih ke kamu walaupun mamah yang suruh kakak nggak bakalan bisa kasih, ini teman kakak" ucapku sembari tersenyum

"ohhh gitu, dini cuman ngetes aja kok kak dan dini yakin pasti orang yang beliin kakak boneka panda ini yang ngerubah kakak" ucap dini menggoda ku

"apaan sih dek, kakak mau masuk kamar dulu bareng Jaenab" ucapku

"hah, Jaenab? Jelek banget namanya kak" ucap dini

"Yee enak aja ini namanya bagus loh" ucapku lalu beranjak pergi meninggalkan BI Inah dan dini

Sekarang aku sudah selesai bersiap hendak tidur, tetapi aku menggambil boneka panda itu dan menyingkirkan beberapa boneka lamaku, maaf yaa boneka-boneka ku tapi kalian sudah tergeser oleh Jaenab.