KEMBALINYA SANG DEWA KULTIVASI

TRAK!!!

Pedang tersebut tertancap ke tanah dan tangan Bai Rong juga terluka dan mengeluarkan darah segar akibat tergores oleh mata pedangnya sendiri.

"ARGH!! TANGANKU!!! SAKIT" pekik Bai Rong sambil terduduk di lantai, ia benar-benar merasakan rasa sakit yang luar biasa entah kenapa ia merasakan rasa sakit ini padahal biasanya walaupun ia terluka rasa sakitnya tidak seluar biasa ini. Dan tanpa mereka semua sadari tangan Bai Rong tiba-tiba saja menghitam dan mulai membusuk secara perlahan, setelah melihat gejala ini Bai Changyi langsung tahu bahwa tadi, saat dirinya menendang pedang tersebut. Tanpa ia sadari dirinya telah menyalurkan mana ke kakinya dan membuat Bai Rong berakhir menjadi seperti ini.

"T-Tanganku membusuk! Bagaimana bisa?!" ucap Bai Rong panik, ia sangat ketakutan karena racun tersebut mulai menyebar. Bai Changyi menatap datar dan mencoba mengidentifikasi reaksi racun itu, ya selama ini dia belum pernah mencoba menggunakan racun kepada manusia. Dirinya selalu saja melakukan eksperimen kepada benda-benda mati dan hewan-hewan saja. Namun, sekarang kesempatan yang tidak terduga itu pun tiba.

"Luar biasa! Ternyata efek korosif dari racunku benar-benar sangat hebat!" batin Bai Changyi, ya dia sangat senang karena ternyata efek korosif dari racunnya yang sangat luar biasa, efek korosif itu berjalan dengan sangat cepat dan kini tangan Bai Rong yang tadi terkena racun itu mulai meleleh tanpa bekas sedikitpun, karena obij dan takut racun itu menyebar pada akhirnya Bai Rong memotong lengannya sendiri dengan harapan penyebaran tersebut berhenti dan racunnya juga hilang dari tubuhnya.

Sring

Tuk

Tangan Bai Rong kini terputus dari badannya dan hal ini membuat dirinya sangat kesakitan. Ia menangis dengan sangat kencang dan ini tentunya membuat penjaga bayangan Bai Rong keluar dan langsung membawa Bai Rong pergi dari tempat itu.

"Aneh sekali, padahal ada penjaga bayangan tapi bagaimana bisa mereka membiarkan sang majikan terluka parah seperti itu lalu membawanya pergi?" ujar Bai Shilin terheran-heran.

"Ya, nampaknya para penjaganya juga sudah lelah dengan tingkah laku Bai Rong dan dengan sengaja membiarkan Bai Rong terluka seperti tadi" sambung Bai Changyi sembari melangkahkan kakinya menuju tempat pelatihan, dia merasakan jika dia tidak pergi ke tempat pelatihan sekarang bisa-bisa ia akan melewatkan sesuatu yang sangat penting dan berharga! Itulah yang saat ini sedang di rasakan oleh Bai Changyi.

"Eh? Bisa jadi! Hei, Bai Changyi kau mau kemana?" tanya Bai Shilin dengan sedikit menaikkan nada bicaranya karena Bai Changyi yang mulai menjauh.

"Seperti biasa kak, aku harus pergi latihan" jawab Bai Changyi tanpa menoleh sedikitpun dan semakin menjauh.

"Hah... Bocah itu, latihan saja yang dia pikirkan! Padahal kan tidak boleh seperti ini apalagi kakaknya Bai Peiru akan segera pulang" ujar Bai Shilin, ia menghela nafas kasar dan tak habis pikir dengan adiknya itu.

"Sudahlah! Karena masalah sudah tidak ada ayo sekarang kita semua kembali bekerja" tutur Bai Heng sembari menarik kerah belakang pakaian anaknya itu, Bai Shilin hanya dapat pasrah ketika dirinya di seret oleh sang ayah ke ruang kerja. Ya, apapun yang ia lakukan tidak akan merubah situasi, karena Bai Heng tidak akan membiarkan jika ada orang yang tidak menuruti kata-katanya selama itu adalah hal yang baik dan menguntungkan bagi klan Bai.

Sementara itu, di klan Cabang

PRANG

"KYAAAA" teriak pelayan yang ada di sana, ya saat ini Bai Rong sedang mengamuk ia menendang semua barang-barang yang ada di depannya. Ia benar-benar marah karena dirinya harus kehilangan tangan kanannya yang bisa di bilang bahwa tangan tersebut adalah barang yang sangat berguna karena dengan tangan kanan kita bisa melakukan sesuatu tanpa batasan berbeda dengan tangan kiri.

"Bai Rong, putriku tenanglah! Jangan marah-marah seperti ini sayang" ujar ibu Bai Rong khawatir, Bai Rong menatap tajam ke arah ibunya itu. Ia benar-benar marah karena sang ibu berkata seperti itu! Seolah-olah ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi pada anaknya itu.

"Ibu, anda sudah gila ya? Bagaimana bisa anda mengatakan hal seperti itu kepada saya?" balas Bai Rong sinis, ibunya tak habis pikir dengan apa yang di katakan oleh Bai Rong tapi... Ini juga wajar karena Bai Rong baru saja kehilangan tangannya.

"Ibu, jika ibu seperti in---"

Brugh!!

Belum selesai bicara, Bai Rong sudah ambruk duluan dengan wajah yang mulai membiru dan tangan yang sebelumnya sudah ia potong kini menjadi busuk kembali dan terus merambat ke bagian tubuhnya yang lain, sungguh efek korosif yang sangat mengerikan!

"BAI RONG!! PUTRIKU" Teriak ibu Bai Rong sembari memangku kepala putrinya itu, ia sangat terkejut dan panik melihat wajah putrinya yang membiru serta Bai Rong yang kesulitan berbicara akibat efek korosif racun itu. Karena teriakan sang ibu akhirnya kakak dan ayah Bai Rong mendatangi kamar Bai Rong dan mereka berdua di buat terkejut dengan keadaan Bai Rong yang sudah tidak dapat melakukan apapun.

"Ibu, apa yang terjadi pada adik?" tanya kakak Bai Rong dengan raut wajah khawatir namun ia tidak berani untuk mendekat ke arah mereka berdua, di karenakan tubuh Bai Rong yang mulai membusuk dan ini juga menyebabkan sang ibu yang ikut membusuk, ia tidak sadar bahwa saat ini ia juga terkena efek korosif dari racun kultivasi milik Bai Changyi.

"S-Sayang? T-Tubuhmu.... " ujar sang suami sembari menunjuk ke arah istrinya dan bersamaan dengan itu barulah dirinya sadar bahwa tubuhnya ikut membusuk namun entah kenapa ia tidak bisa melepaskan tangannya dari tubuh Bai Rong dan pada akhirnya mereka berdua berakhir tragis, mereka berdua mati karena tubuh mereka membusuk dan daging mereka yang meleleh begitu juga dengan tulang mereka, dengan kata lain tubuh mereka benar-benar meleleh dan tidak menyisakan apapun!

"I-Ibu, adik?" ucap sang anak sekaligus kakak dari Bai Rong dengan raut wajah tidak percaya ketika ia melihat sang ibu dan adiknya yang tewas dengan cara yang sangat sadis!

"Jika semua anggota tubuhnya meleleh seperti ini maka tidak ada pemakaman penghormatan bagi mereka berdua" sambung sang ayah dengan raut wajah sedih, ia sedih bukan karena di tinggalkan oleh sang istri dan anaknya melainkan karena harga diri dan martabat dirinya akan hancur karena tidak ada pemakaman penghormatan untuk anak dan istrinya itu. Keduanya memang di selimuti oleh perasaan sedih namun memiliki artian yang berbeda!

Kembali ke sisi Bai Changyi

Saat ini Bai Changyi sedang berlatih dengan tekun di bawah arahan sang guru yaitu Liu Fei.