Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Bagas Murka
Bab 20
Saat tengah malam Arga terbangun saat bermimpi bertemu dengan Sakti, adiknya. Keringat membanjiri sekujur tubuh laki-laki itu. Masih jelas dalam ingatan mimpi barusan. Betapa marahnya Sakti sampai menghajar tanpa ampun. Suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh sang adik dalam hidupnya.
"Kenapa Kakak tidak bisa menjaga amanah yang diberikan kepadamu? Kamu akan menyesal selama hidup dan jangan harap akan bisa hidup bahagia selama aku tidak ridho," ucapan Sakti terus terngiang-ngiang.
Jam sudah menunjukan pukul 01:15 dan dia baru sadar kalau dia belum menghubungi Marsha seharian ini. Padahal tadi dia hendak pulang, tetapi Valerie menahannya.
Arga pun mencari handphone berwarna hitam. Dia lupa menaruh benda tipis itu di mana. Sudah 30 menit mencari keberadaan gawai miliknya, tetapi belum ketemu juga. Lalu, dia menggunakan telepon rumah untuk mencari keberadaan benda itu melalui bunyi. Namun, nomor itu tidak aktif.
"Sedang apa kamu?" tanya Mariana saat dia menuruni anak tangga.
Arga mencari di sofa tempat dia tidur tadi. Berharap terselip di sana. Namun, tetap bisa dia temukan.
"Aku mencari handphone milikku. Seharian ini aku tidak memegangnya. Aku boleh minta tolong? Aku pinjam handphone kamu untuk melacak GPS-nya," pinta Arga.
Meski sudah meminjam handphone milik Mariana untuk melacak keberadaan gawai miliknya, tetap tidak ketemu. Hal ini karena dalam keadaan tidak aktif.
Mariana hanya diam menatap Arga yang sedang gusar mencari benda pipih itu. Wanita itu yakin kalau Valerie menyembunyikan barang milik laki-laki ini.
"Aku akan pulang. Kamu jaga Valerie, ya!" pinta Arga kepada wanita yang hanya memakai lingerie seksi.
"Enak sekali kamu menyuruh-nyuruh aku. Bayaran apa yang akan aku dapatkan?" Mariana tertawa kecut.
Arga terperanjat mendengar ucapan Mariana barusan. Dia berpikir kalau sesama saudara saling menjaga dan menolong itu adalah suatu hal yang wajar. Lalu, kenapa sekarang wanita ini meminta bayaran kepadanya.
"Kamu tidak salah meminta bayaran kepadaku untuk menjaga saudara kamu sendiri? Apalagi dia sedang sakit," tanya Arga dengan ekspresi tidak menyangka.
Mariana berjalan dua langkah ke arah Arga dan tubuh keduanya kini saling menempel. Kedua netra mereka saling beradu.
"Aku lelah mengurus orang yang tidak tahu rasa terima kasih itu. Bukannya ucapan terima kasih yang dia katakan kepadaku, karena sudah mau mengurus segala keperluan dia selama di rumah sakit. Dia malah menyuruh aku untuk menjauhi kamu. Bahkan duduk berdekatan saja tidak dia izinkan. Jadi, untuk apa menjaga dirinya," jelas Marina dengan suaranya yang terdengar sensual.
Tangan Mariana meraba wajah Arga. Lalu, dia pun memajukan bibirnya ingin mencium laki-laki itu, tetapi dengan cepat Arga mendorong tubuhnya.
"Hentikan!"
Mariana kemudian tertawa sumbang. Terdengar suara Valerie memanggil nama Arga. Laki-laki itu pun kembali masuk ke dalam kamar sang kekasih.
***
Pagi-pagi sekali Arga pulang ke apartemen. Keadaan sangat gelap dan sepi. Dia pun menyalakan lampu dan memanggil Marsha.
"Marsha! Apa kamu masih tidur?" Arga mengetuk pintu kamar sang istri beberapa kali.
Meski sudah dipanggil namanya sambil mengetuk pintu itu, Arga tidak mendengar balasan dari dalam. Lalu, dia pun membuka pintu kamar itu. Keadaan sama di sana, gelap dan sepi.
Betapa terkejutnya Arga saat menyalakan lampu, tidak ada Marsha di sana. Dia berkeliling mencari keberadaan sang istri di apartemennya, tetapi tidak menemukan wanita itu.
"Marsha ke mana, sih?" Arga mengguar rambut karena kesal.
Hari semakin siang dan dia harus pergi bekerja. Maka dia pun memilih pergi ke kantor untuk Marsha dia nanti akan tanya ke pihak keamanan apartemen, untuk membantunya mengecek cctv di sana.
Arga bekerja seperti biasa meski pikiran dia kadang dipenuhi oleh Marsha. Dia merasa kalau wanita itu sedang marah kepadanya dan saat ini sedang tidak ingin bertemu dengannya.
Jam istirahat juga dia gunakan untuk mendatangi rumah Valerie. Dia membawakan makanan dan memberi obat sang kekasih.
"Aku harus kembali ke kantor," ucap Arga pamit.
"Nanti pulang kerja balik ke sini, ya!" pinta Valerie dengan mata yang berkaca-kaca dan ekspresi sendu.
"Iya," balas Arga.
Sebelum berpisah mereka berdua berciuman mesra dan saling berpelukan. Orang yang dipekerjakan oleh Arga untuk menjaga dan mengurus rumah Valerie akan datang besok. Jadi, dia nanti akan fokus ke Marsha yang sebentar lagi akan melahirkan. Begitu pikiran sang lelaki.
***
Keluarga Marsha dan orang tua Arga mendatangi apartemen milik laki-laki itu. Mereka ingin menemui Arga dan mengambil beberapa dokumen untuk mengurus akta kelahiran bayinya Marsha.
"Sampai sekarang dia masih tidak bisa dihubungi?" Bagas sudah habis kesabaran kepada menantunya ini.
Barata dan Bagas menemui ke pihak keamanan apartemen, untuk diizinkan masuk ke apartemen Arga. Namun, pihak sana menolak karena Arga tadi pagi tidak memberi tahu akan adanya hal ini.
"Apa? Tadi pagi Arga pulang ke sini?" tanya Bagas dengan penuh emosi.
"Iya, Pak Arga setiap hari pulang pagi-pagi ke sini," jawab salah seorang petugas yang sedang bertugas.
Mendengar hal ini Bagas semakin murka kepada Arga. Dia kira menantunya ini sedang sibuk di luar kota. Namun, dugaan dia ternyata salah. Bahkan setiap hari sang menantu pulang pagi.
"Memangnya dia tidur di mana setiap hari, sampai pulang pagi harinya?" tanya Bagas dengan muka memerah.
Bukan hanya Bagas saja yang emosi saat ini, Barata juga marah kepada putranya ini. Dia tidak menyangka akan kelakuan anak sulungnya itu. Selama ini mereka mengira kalau rumah tangga Marsha dengan Arga dalam keadaan baik-baik saja. Mengetahui hal seperti ini saja sudah membuat mereka murka. Entah apa yang akan mereka rasakan saat tahu kalau Arga merupakan seorang casanova dan lebih mementingkan kekasihnya dari pada Marsha.
***
Mariana masuk ke ruang kerja Arga, dia pun memberikan handphone milik laki-laki itu. Dia menemukan benda itu di kolong meja.
"Terima kasih. Kamu menemukan ini di mana?" tanya Arga sambil mengaktifkan handphone.
"Aku rasa itu disembunyikan oleh Kak Valerie. Dia itukan wanita licik dan tidak tahu diri," jawab Mariana.
Arga berdecih karena tidak suka. Justru di mata dia Mariana adalah wanita jahat dan licik. Dia yakin kalau handphone ini juga dia yang menyembunyikannya.
Mata Arga terbelalak saat melihat banyak panggilan dari mertua dan kedua orang tuanya. Lalu, panggilan dari Marsha. Dia pun membaca pesan yang masuk dari ayahnya.
Heh, berengsek! Kamu di mana? Istri melahirkan kamu tidak ada di sisinya.
Arga, kamu di mana? Marsha dalam keadaan kritis.
Pesan dari ibunya membuat tubuh Arga tiba-tiba lemas. Perasaan dia bercampur aduk saat ini. Dia marah, kesal, takut, dan ingin memaki dirinya sendiri.
***
Apa yang akan dirasakan oleh Arga saat tahu Marsha koma? Apakah Bagas dan Barata akan memberi hukuman kepada Arga? Ikuti terus kisah mereka, ya!