Namaku Inaya, aku baru lulus di sekolah menengah atas. Keseharianku membersihkan rumah, memasak, dan memberi makan ayam. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang nenek yang kebingungan mencari kendaraan. Dia meminta bantuanku. Awalnya aku menolak, namun karena kasihan, akupun membantunya. Setelah itu, dia memberiku sebuah gelang. Aku sudah menolak, namun dia kekeh memaksaku menerimanya. Semenjak memakai gelang, kejadian aneh mulai bermunculan.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Hari ini ialah hari idul fitri. Aku dan keluargaku biasanya ziarah kemakam sang kakek dan nenek. Setelah itu kami pergi berkunjung kerumah nenek atau ibu dari ayahku. Diperjalanan, kecelakaan tak terelakkan terjadi. Aku terbang melayang dan jatuh keaspal. Tubuhku terguling-guling hingga memasuki sebuah empang atau biasa disebut kolam ikan. Aku sempat menatap gelang pemberian nenek tak kukenal, hingga kesadaranku pun hilang. Lalu setelah aku membuka mata kembali, aku berada ditempat asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zakina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 LOMBA KEDUA DIMULAI
Perlombaan kedua dimulai, semua orang berdiri di depan meja masing-masing. Di meja tersebut, semua bahan untuk membuat kue sudah tersedia.
Kami semua menunggu aba-aba untuk memulai membuat kue. Aku berada dimeja paling akhir, Putri Irha disebelahku, Putri Andini disebelah Putri Irha.
"Kau mau buat apa?" Tanya Putri Irha padaku.
"Entahlah, di liat dari bahan, hanya ada tepung terigu, susu, coklat batang, minyak, telur. Bahan pokoknya, pisang, bakara, lame, parutan kelapa juga ada," Ucapku menyebut beberapa bahan.
"Aku nggak bisa masak. Sekarang aku harus apa dong," Ucap Putri Irha.
"Aku juga gak bisa masak. Goreng ikan saja, aku harus pakai helm dan jas hujan," Ucap Putri Andini.
"Kau buat pisang goreng aja," Saranku menatap ke arah Putri Irha.
"Aku?" Tanya Putri Andini.
"Kau....emmm, gimana kalau kau goreng bakara. Sangat simpel, tinggal potong, kupas, dan goreng. Tapi harus ada cobeknya, biar tambah enak," Ucapku.
"Kalau pisang goreng?" Tanya Putri Irha.
"Tinggal kupas, lalu belah dua, campur terigu yang sudah ditambah air sebelumnya, lalu goreng," Ucapku.
"Cara potong bakara, bagaimana?" Tanya Putri Andini.
"Belah dua," Ucapku.
"Perlombaan dimulai!" Ucap Panglima Syah memberikan aba-aba dengan meniup terompet.
"Khina, ini gimana?" Tanya Putri Andini.
"Kayak gini potongnya?" Tanya Putri Irha.
"Kalian kayak gak pernah nonton youtube aja. Dan biasanya disekolah ada kelas memasak, apa kalian gak pernah ikutan?" Tanyaku.
"Aku sibuk main ponsel waktu itu. Yang masak, teman-teman lain," Ucap Putri Irha.
"Aku suka bolos waktu sekolah dulu, hehe," Ucap Putri Andini.
"Pantes," Ucapku.
"Khina, ini sudah benar cara potongnya?" Tanya Putri Irha lagi.
"Kau potongnya gak seimbang. Yang satu tipis dan satunya tebal. Harusnya kau bagi rata, biar ukuran pisang sama besar," Ucapku.
"Kalau ini?" Tanya Putri Andini.
"Ya, kau tinggal kupas," Ucapku.
Semua putri sibuk dengan membuat sesuatu masing-masing.
Aku memilih membuat coklat moleng, donat, burger. Satu persatu, bahan mulai ku campur.
Karena tidak ada oven, jadi aku menggunakan dandang berisi air panas untung membuat Burger. Coklat molen dan donat, aku goreng diwajan.
Hingga beberapa jam telah berlalu, waktu perlombaan berakhir.
"Waduh, kok gosong gini sih," Ucap Putri Andini.
"Ini kenapa semua tepungnya malah terkelupas. Jadi kayak gak pakai campuran tepung saja," Ucap Putri Irha.
"Astaga, kok bisa gini pisang gorengnya?" Tanyaku kaget saat melihat pisang goreng tak terbentuk milik Putri Irha.
"Gak tau. Tadi saat aku mau angkat dan tiriskan, eeee tuh pisang gak mau lepas dari wajan. Keras dan susah benget, jadinya seperti ini deh," Ucap Putri Irha.
"Astaga, kalau keras, harusnya kau tambahkan sedikit pissing sebelum kau goreng pisang ini, biar nggak lengket di wajan," Ucapku. "Dan kau, kenapa bisa gosong?" Tanyaku menatap ke arah Putri Andini.
"Ku kira tadi kalau di goreng bakal terpercik-percik minyaknya, kayak goreng ikan gitu. Jadinya aku sedikit menjauh waktu menggoreng," Ucap Putri Andini.
"Oh astaga.....itu bukan ikan. Itu bakara, jadi gak bakal minyaknya terpercik gitu," Ucapku geleng-geleng kepala.
"Hehe, sorry, nggak tau," Ucap Putri Andini cengingiran.
"Aku kira gak ada tambahan apapun, jadinya aku langsung lepas paksa pisang goreng yang lengket di wajan. Sampai tanganku sakit gara-gara gak sengaja pegan wajan itu," Ucap Putri Irha.
"Makanya, sebelum melakukan sesuatu, bertanya dulu, biar tau," Ucapku.
"Iya-iya, lain kali kami bakal bertanya," Ucap Putri Irha dan Andini bersamaan. Mereka menatap ke arah burger dan donat buatanku.
"Wah, kau buat pisang moleng, burger dan donat. Uh, delicious," Ucap Putri Irha hendak menyentuh burger buatanku.
"Perutku jadi bunyi, jadi pengen makan burger buatanmu. Udah lama aku tak makan, semenjak terlempar ke zaman ini," Ucap Putri Andini.
"Plak....kau kalau mau, nanti. Ini bukan buat kalian," Ucapku memukul pelan tangan mereka berdua.
"Pelit amat, padahal aku hanya pengen ambil satu," Ucap Putri Irha.
"Bagilah, satu aja. Sebagai penjanggal perut, aku udah lapar banget, please," Ucap Putri Andini dengan raut memelas.
"Ini satu bagi dua," Ucapku menyerahkan satu burger.
"Mana cukup kalau di bagi dua, yang ada ini burger hanya nyangkut di gigi," Ucap Putri Andini.
"Burgermu kan ada banyak, bagi satu untukku dan untuk Andini. Jadi bestie jangan pelit-pelit amatlah," Ucap Putri Irha.
"Bukannya aku pelit, cuman ini kan untuk perlombaan, bukan untuk kita makan bersama. Kalau kalian mau, nanti kita buat bareng, lalu kita makan hasilnya bersama di halaman belakang. Bagaimana, apa kalian setuju?" Tanyaku.
"Setuju," Ucap Putri Irha dan Putri Andini bersamaan.
Raja, Putra Mahkota Ilyas, Pangeran Arjuna, dan Para putra Mahkota serta para petinggi lainnya. Mereka mulai mencicipi menu-menu yang di buat oleh para Putri.
Sampai di meja Putri Andini dan Putri Irha, Raja Dayat mulai bertanya-tanya.
"Ini apa?" Tanya Raja Dayat.
"Pisang goreng, Yang Mulia," Ucap Putri Irha.
"Gorengan, Yang Mulia," Ucap Putri Andini
Raja dan Putra Mahkota Ilyas mengangguk dan mulai mencicipi gorengan Putri Andini dan Irha.
'Ekspresi Raja dan Putra Mahkota kok gitu sih? Apa rasanya kagak enak,' Batin Putri Irha.
'Pasrah aja lah. Gorenganku gosong gini, mana ada enak-enaknya. Yang ada pasti pahit,' Batin Putri Andini.
Raja Dayat dan Putra Mahkota menatap ke arah burger buatanku.
"Ini roti apa?" Tanya Raja Dayat.
"Ini namanya Burger, Yang Mulia," Ucapku.
"Nama yang unik," Gumam Putra Mahkota.
"Kalau ini dan ini?" Tanya Raja Dayat menunjuk.
"Donat dan coklat moleng, Yang Mulia, Putra Mahkota," Ucapku tersenyum.
Raja Dayat dan Putra Mahkota mulai mencicipi burger, moleng, dan donat.
"Enak. Kau berbakat dalam membuat kue," Ucap Raja Dayat.
"Terima kasih atas pujiannya, Yang Mulia," Ucapku.
'Sejak kapan dia pintar buat kue?' Batin Putra Mahkota Ilyas.
Pangeran Arjuna langsung menuju ke arah mejaku, tanpa mampir ke meja para putri lain. Begitupula Pangeran Nakula, dia ikut turut bergegas ke arah mejaku.
"Wow, ini roti apa? Isinya berbeda dari roti pada umumnya?" Tanya Pangeran Nakula.
"Burger," Ucapku.
"Kalau ini?" Tunjuk Pangeran Arjuna.
"Itu donat dan yang itu moleng," Ucapku.
"Kapan kau bisa buat kue seperti ini? Kau tidak bisa masak sebelumnya," Tanya Pangeran Arjuna.
"Aku belajar dari.....buku, iya dari buku," Ucapku tergagap. 'Masa iya, aku bilang dari youtube dan dari Mama Nurmin, kan gak lucu. Mereka pasti bakal anggap aku berhayal jika mengatakan yang sebenarnya,' Batinku.
"Ummm, enak sekali," Ucap Pangeran Arjuna mengunyak donat buatanku.
"Kau jago sekali buat ini. Ini tidak ada duanya. Kue buatanmu ialah kue terenak di dunia" Ucap Pangeran Nakula.
"Makasih atas pujiannya yang berlebih," Ucapku.
"Aku tidak berlebih, ini sungguh lezat," Ucap Pangeran Nakula.
Semua orang menatap ke arahku. Mereka penasaran dengan kue yang kubuat. Mereka berbondong-bondong berjalan ke arah mejaku.
Mereka mulai bertanya-tanya dengan kue buatanku dan ku jawab dengan hal yang sama seperti saat aku menjawab pertanyaan Raja dan Pangeran Nakula.
Mereka mulai mencicipi kue buatanku. Setelah mencoba, pujian demi pujian mulai kudapat. Bahkan ada pula para pengeran yang berebut kue dan roti buatanku.
"BUBAR! KEMBALI KE TEMPAT KALIAN MASING-MASING!" Perintah Raja Dayat yang pusing melihat perebutan kue buatanku.
Mereka menurut dan kembali ke kursi masing-masing. Penjurian pun di mulai. Panglima Syah mulai menyebutkan nama-nama pemenang dari juara 3 hingga juara 1 untuk pemenang lomba menyanyi dan membuat kue. Lomba menjahit desain di lap tangan, hadiahnya berbeda.
"JUARA 3, PUTRI TIA. JUARA 2, PUTRI AMALIA. DAN JUARA 1.....," Ucapan panglima menggantung.
'Aku gak boleh terlalu berharap lagi. Aku gak mau sakit hati. Dulu aku begitu mengharapkan lolos sbmptn, namun hasilnya hanya kegagalan. Aku juga ikut cpns, namun lagi-lagi aku gagal. Dan terakhir, aku juga berharap bisa gajian di Noveltoon dari hasil nulisku, tapi hasilnya nihil. Aku tak dapat apa-apa. Ya sudahlah, mungkin belum rezeki. Sekarang aku nggak boleh berharap lebih lagi, untuk hari ini dan seterusnya,' Batinku.
"JUARA 1, PUTRI MAHKOTA KHINA," Ucap Panglima.
'Hah! Aku nggak salah dengar kan?' Batinku mulai menepuk-nepuk pipiku dengan pelan.
"Selamat ya, Khina. Kau dapat juara satu," Ucap Putri Irha.
"Selamat atas kemenangannya, Bestie. Ku tunggu traktirannya," Ucap Putri Andini.
'Tak ku sangka, aku mendapat juara satu. Ku pikir aku gak bakal dapat juara. Senang banget rasanya,' Batinku bahagia.
"Putri Mahkota Khina, kemari dan ambillah hadiahmu," Ucap Raja Dayat.
Aku mengangguk dan berjalan ke arah singgasana Raja. Raja mulai memberiku hadiah berupa sepasang batu kristal.
"Terima kasih atas hadiahnya, Yang Mulia Raja," Ucapku membungkuk hormat.
"Kau pantas menerima hadiah itu. Kue buatanmu sungguh enak. Lagu yang kau bawakan begitu merdu dan menenangkan," Ucap Raja Dayat.
"Terima kasih sekali lagi atas pujiannya, Yang Mulia Raja," Ucapku. 'Terima kasih, Tuhan. Engkau telah memberikan kenikmatan kepada hamba. Terima kasih, Engkau telah memberi hamba kesempatan kedua dengan hidup di jaman kerajaan. Dan hamba sangat bersyukur hidup di jaman kerajaan ini. Dimana semua kerja kerasku di hargai dan di sukai oleh banyak orang,' Batinku penuh rasa syukur.
...¤BERSAMBUNG¤...