NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 24

Sore itu, Livia dan Kevin melaju di atas motor sportnya menuju sebuah tempat yang tidak dikenal sebelumnya. 

Sesampainya di atas gunung, suasananya begitu sunyi. Dari kejauhan, bisa melihat gemerlap lampu kota yang menyala perlahan seiring datangnya senja. Angin berembus kencang, membawa aroma segar dari hamparan lapangan hijau yang luas membentang di depan mereka. 

 “Wow ... aku belum pernah ke sini!” Livia sedikit berteriak, suaranya hampir tersapu oleh desiran angin. Ia benar-benar menikmati ketenangan tempat ini.

Kevin tersenyum kecil, tapi raut wajahnya tetap terlihat sendu. “Cuman kamu yang pernah aku bawa ke sini,” katanya pelan, suaranya sedikit bergetar. “Biasanya aku ke sini sendirian, Livia. Buat menyendiri, meratapi nasibku. Kamu tahu ... aku ingin berhenti jadi pembalap liar. Aku capek hidup begini. Aku pengin fokus lanjutin usaha orang tuaku.” Namun, sesaat kemudian ia mengembuskan napas panjang, terlihat berat. “Tapi Zyan tidak pernah setuju. Dia melarangku berhenti.” 

Livia mengerutkan kening, menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Apa hak Zyan buat ngelarang kamu, Kevin? Dia tidak punya alasan apa pun, kan? Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan peduli sama pendapatnya.” 

Livia berhenti sejenak, mencoba memahami apa yang mungkin dirasakan Kevin. Ada kekacauan di sorot matanya yang jelas tak bisa disembunyikan. “Menurutku, jauh lebih baik kamu fokus urus usaha orang tua kamu. Balapan liar itu ...” Ia ragu-ragu sebelum melanjutkan, memilih kata-kata yang tepat. “Itu bahaya, Kevin. Tidak selamanya kamu bisa terus-menerus beruntung dan lolos dari bahaya. Aku takut ... takut kalau sesuatu yang buruk bisa terjadi sama kamu nanti.” Suaranya lirih, tapi penuh kekhawatiran. 

Livia menatap wajah Kevin, berharap Kevin memahami maksudnya.Kevin terdiam sejenak, seolah menimbang apa yang baru saja Livia katakan. Dalam diam, angin gunung terus berembus, membawa keheningan di antara mereka.

"Kamukan tahu, yang bisa mengalahkan geng motor cuman aku, Sarah, Lerry, dan Mega. Kalau Zyan jarang melakukan balap liar," ujar Kevin, suaranya terdengar getir meski berusaha terlihat santai. Ia mengusap rambutnya dengan kasar, seperti menumpahkan rasa frustrasi yang tak bisa ia ungkapkan sepenuhnya. "Mereka mendukungku untuk berhenti, bahkan ngajakin mereka semua ke jalan yang lebih baik. Tapi masalahnya, Zyan pasti marah." 

Livia mendengarkannya dengan saksama, tapi pikiran tiba-tiba tersentak saat Kevin melanjutkan, "Benar apa yang kamu bilang tadi, tidak semua orang beruntung dan selamat. Wulan, kekasih Zyan dulu, meninggal dunia karena kecelakaan." 

Deg. 

Rasanya jantung Livia berdegup lebih kencang. "Apa kematian Wulan ada kaitannya dengan Kevin dan yang lain?" pikirnya, remasan di jemari semakin mengeras. "Pernah sekali mendengar bisikan anggota klub motor lainnya, sebuah rumor yang sulit dicerna. Kematian Wulan dikabarkan bukan kebetulan—katanya disengaja." Ia mengumpulkan keberanian untuk bertanya, meski kalimatnya terdengar seperti gemuruh yang penuh keraguan. "Apa kamu tahu soal itu?"

Wajah Kevin tampak berubah sekilas, tapi ia dengan cepat menyembunyikan perasaannya di balik senyuman kecil yang nyaris terlihat dipaksakan. "Aku tidak tahu. Tapi banyak orang bilang begitu, dan kami sempat curiga kalau mereka sengaja melakukan itu buat menghancurkan klub kami. Sayangnya, kami tidak punya bukti." 

Livia tersenyum kecil, tapi bukan senyuman yang berarti  percaya. "Senyumanmu itu, Kevin," pikirnya dalam hati, "mungkin bisa menipu orang lain. Tapi tidak aku." Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang tidak Kevin ungkapkan di hadapannya. Sorot matanya mengalihkan kebenaran, tapi ia menangkap jejak gelap yang coba Kevin sembunyikan..

"Kamu yakin? Aku dengar-dengar dari orang, kalian sengaja melakukannya dan Zyan selingkuh dengan Zira di belakang Wulan. Apa kamu berbohong kepadaku?" Livia menatap wajah Kevin, ada ketegangan di sana.

"Husstt .... sebenarnya Wulan wanita yang baik, selalu menang lomba dan Zyan memuji kekasihnya. Wulan kalau menang, uangnya diberikan ke panti dan selalu menasehati kami. Katanya gunakan uang sebaik mungkin, jelas kami muak dengan ucapannya itu. Aku mengakuinya, Wulan teman yang baik dan setia kawan. Pada suatu hari, aku, Lerry dan Mega. Tidak sengaja mendengar percakapan Zira, Zyan dan lainnya mau mencelakai Wulan. Tapi aku tidak kuasa menghentikan ini," kata Kevin berhenti sejenak. "Pada akhirnya Wulan mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya."

Livia sangat marah mendengar itu, tapi masih berusaha untuk tenang dan tidak mau gegabah kali ini. "Awas kalian!" batinnya. 

Setelah menikmati suasana berduaan di sini, Livia memutuskan ikut dengan Kevin bergabung dengan klub motornya yang lain. 

Namun, pikiran Livia terganggu sejak tadi. Ada yang terasa ganjil, meskipun ia tak ingin menunjukkannya pada Kevin. Perasaan ini semakin kuat ketika kulihat Zyan dan Zira pergi meninggalkan mereka dan berbisik-bisik di kejauhan. Siapa yang tidak penasaran ketika melihat sesuatu seperti itu? 

"Aku dengar sendiri tadi. Kalau Kevin, Lerry, dan Mega mau berhenti. Lalu siapa yang kita manfaatkan?" Suara Zira terdengar lirih namun cukup jelas. 

Hati ini seketika bergemuruh. Mereka bicara tentang Kevin! Tangan Livia mengepal tanpa disadari. 

"Mumpung ada Livia, kita bisa bodohi dia seperti Wulan dulu," lanjut Zira. 

Deg!

Nama Livia disebut. Napasnya tercekik. "Apa maksud mereka?" Jelas aku mengetahui sejak awal." 

Zyan lalu tertawa kecil sambil membisikkan sesuatu yang membuat darah terasa membeku. "Aku punya ide. Kita buat usaha orang tuanya Kevin rusak namanya. Kita sebar fitnah, bilang roti mereka mengandung bahan berbahaya. Dengan begitu, Kevin akan tetap berada di klub motor kita." Suaranya penuh keyakinan, seolah kejahatan yang direncanakan itu adalah hal biasa. 

"Sayang, ide kamu benar-benar brilian," jawab Zira sambil menatap wajah kekasihnya dengan senyum licik. "Tapi, siapa yang akan melakukannya?" 

Livia diam-diam mengamati mereka dan menguping pembicaraan itu. Napasnya pendek-pendek, dadanya penuh sesak. "Jadi, selama ini... mereka hanya memanfaatkanku? Sama seperti Wulan? Pikirannya penuh dengan kekacauan. "Haruskah aku memberi tahu Kevin sekarang juga? Tapi bagaimana jika mereka tahu aku telah mendengarkan semuanya?" Ia merasa terjebak di antara ketakutan dan rasa keadilan yang mendidih di dalam dada.

"Aku mempunyai ide cemerlang," gumam Livia menyunggingkan senyumnya.

"Aku bisa meminjam uang kepada Livia sementara waktu, untuk membayar para preman melakukan ini. Pasti Livia bantu aku," jawab Zyan punya ide untuk membohongi Livia kali ini.

Zira selalu setuju dengan pendapat kekasihnya, sebab tidak mau kehilangannya karena cinta.

Mereka berdua kembali bergabung dengan teman-teman lainnya, berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Aku sudah mendaftarkan kalian balap liar resmi minggu depan," kata Zyan mengeluarkan berkas di tangannya.

Kevin langsung mengambil dan melihat daftar namanya. "Kamu kenapa tidak ikut, Zyan? Kalau orang kita banyak ikut, ada harapan menang nanti."

Zyan selalu menghindar balap liar akhir-akhir ini, sebenarnya masih takut dengan kecelakan Wulan dulu. "Ak-aku ada urusan penting hari itu, makanya tidak bisa ikut."

"Entah kenapa kamu jarang ikut balap liar, Zyan. Apa ada masalah?" sahut Larry menyipitkan bola matanya.

.

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!