Chelsea bahagia saat orangtuanya menjodohkan dirinya dengan Reno, putra sahabat mereka.
Berbanding terbalik dengan Reno yang terpaksa menerima perjodohan itu karena ancaman papanya.
Segala usaha dilakukan Reno untuk membuat Chelsea membatalkan perjodohan mereka. Mulai dari memperkenalkan Sherly, teman SMA-nya sebagai kekasih sampai membuat Chelsea melihatnya tidur dengan Sherly di kamar hotel, namun semua itu tidak menggoyahkan Chelsea untuk meneruskan perjodohan mereka.
Chelsea akhirnya menyerah setelah Sherly datang dan menunjukkan bukti kalau wanita itu sedsng hamil dari benih Reno.
Chelsea pun pergi menjauh dan memutuskan kembali setelah 4 tahun berlalu dan tampil sebagai Chelsea yang berbeda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuatu yang Hilang
Dua bulan berlalu sejak masalah Sherly berakhir dengan jalan damai, beberapa orang yang terlibat diminta untuk membuat pernyataan di bawah kuasa hukum, hanya Neo saja yang dijerat dengan hukuman penjara karena banyak terlibat dalam kasus pembobolan dan pemalsuan data.
“Akhirnya kita lulus juga, Ren,”
Reno dan Dio saling berpelukan saat acara wisuda mereka berakhir. Tomi dan Edo masih harus menunggu karena urusan skripsi mereka belum tuntas.
“Udah siap-siap melamar anak orang, dong ?” ledek Reno sambil melirik Nia yang berdiri di samping Dio.
“Ih ogah kawin cepat-cepat, memangnya Kak Dio mau kasih makan apa ?” Nia mencibir.
“Makan cintalah, sayang,” Dio mencubit kedua pipi kekasihnya itu.
Reno menghela nafas saat melihat Dio berfoto dengan Nia dan keluarganya. Seharusnya kalau Reno tidak ceroboh melakukan aksi nekad itu, dia pasti akan sama bahagianya seperti Dio karena ada Chelsea yang menemaninya hari ini.
“Bukannya bahagia malah melamun,” Revan menepuk bahu adiknya dari belakang.
“Bahagia dan kayaknya nggak percaya kalau akhirnya bisa selesai kuliah tepat waktu,” sahut Reno sambil tertawa.
Setiap hari kerinduannya pada Chelsea tidak pernah berkurang, malah semakin bertambah. Rasanya ingin berangkat menemui Chelsea di saat waktu senggangnya, tapi papa Robert melarang Reno pergi ke Amerika.
“Belum saatnya,” begitu selalu ucapan papa Robert.
Reno menghela nafas dan berusaha menghapus kerinduannya pada Chelsea. Tidak ada kehadiran Om Agam dan Tante Nina di acara wisudanya ini, padahal selama Chelsea ada, keluarganya selalu ikut dalam acara-acara penting Revan dan Reno, sama seperti papa dan mama nya yang selalu hadir dalam momen penting Carmila dan Chelsea.
Reno pun berfoto bersama keluarganya dan teman-temannya. Sekalipun ada satu ruang yang kosong, ia harus bisa menghargai keluarganya yang selama ini selalu mendampinginya.
***
Jam 5 sore Reno memutuskan untuk mendatangi rumah keluarga Chelsea. Apalagi dilihatnya mobil Om Agam terparkir di halaman.
Reno mendadak gugup saat mengetuk pintu utama karena dia berhasil melewati gerbang. Larangan kunjungannya sudah dicabut sehingga Reno bisa melewati gerbang tanpa perlu berdebat.
“Ada apa ?” suara dingin Om Agam belum berubah saat menemui Reno di ruang tamu.
Kali ini Reno tidak berani langsung masuk ke ruang tengah rumah Chelsea seperti yang biasa dia lakukan. Suasananya sudah berbeda. Rumah ini dan rumah keluarganya benar-benar sepi tanpa kehadiran Chelsea.
“Saya mau minta maaf lagi atas perbuatan saya, Om. Maaf karena saya sudah membuat Om dan Tante kecewa dan sakit hati.”
“Kalau kamu cuma butuh kata maaf, kami sudah berikan, tapi selebihnya hubunganmu dengan kami terutama Chelsea hanya sebatas tetangga dan kamu anaknya Robert.”
“Saya mohon ijin untuk bisa menghubungi Sea, Om, bahkan kalau boleh saya ingin menemui Sea di Amerika.”
“Tidak boleh !” tegas om Agam dengan tatapan galak. “Belum juga ada 6 bulan Chelsea pergi, mana mungkin dia sudah melupakan peristiwa sandiwara kamu. Semua orang boleh percaya tidak terjadi apapun antara kamu dan perempuan itu dalam kamar hotel, tapi tanda merah di leher kamu tidak bisa membodohi saya.”
Reno terdiam dan ingat kalau Sherly sengaja menciumnya di leher atas seijin Reno. Sherly bilang biar lebih meyakinkan.
“Urusan saya dengan Sherly juga sudah selesai, Om. Saya bisa membuktikan kalau anak yang dikandung Sherly bukanlah benih saya.”
“Itu urusanmu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan Chelsea. Mau dia benih kamu atau bukan, mau kamu sudah tidur dengannya atau belum, satu fakta yang tidak bisa kamu sangkal kalau kamu sudah membiarkan Chelsea berpikir yang bukan-bukan dan langsung melukai hatinya. Memang ada yang bisa membuktikan kalau kalian tidak melakukan apapun ? Laki-laki dan perempuan dalam kamar hotel dan sempat tidur satu ranjang, siapa yang tahu apa yang terjadi ? Saya yakin kalau Chelsea sudah cukup lama menunggumu di lobby hari itu dan siapa yang bisa menjamin kamu tidak melakukannya ?”
Reno kembali menghela nafas dan tersenyum tipis. Mungkin dia akan melakukan hal yang sama seperti Om Agam kalau suatu saat putrinya akan disakiti oleh orang yang sangat dekat dengannya, orang yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.
“Kalau begitu saya pamit dulu, Om. Terima kasih waktunya. Salam untuk Tante Nina, Om.”
Reno pun mengangguk dan tersenyum meskipun Om Agam masih duduk di sofa dengan wajah jutek dan dingin, tidak membalas ucapan Reno.
Hati Reno kembali terasa hampa saat masuk ke dalam rumahnya. Teringat kalau Chelsea pernah memberinya kejutan saat kelulusan SMA.
Chelsea yang baru kelas 2 SMP menyiapkan conveti dan aneka balon yang langsung menyambut Reno saat ia masuk ke dalam rumah. Dan kali ini semuanya kosong, tidak ada kejutan dan keributan yang dibuat Chelsea di rumah ini.
Reno bergegas kembali ke kamarnya. Tubuhnya melorot di depan jendela yang menghadap ke kamar Chelsea. Lagi-lagi tirai itu sudah tertutup rapat padahal waktu baru jam 6 sore.
Reno menyentuh dadanya yang terasa sesak karena penuh dengan rasa penyesalan dan kerinduan. Baru saja 4 bulan berlalu, tapi rasanya seperti sudah seabad kehilangan Chelsea. Reno membiarkan air mata keluar dari sudut matanya. Hatinya benar-benar porak poranda kehilangan Chelsea yang selama ini selalu memenuhi hari-harinya.
***
“Reno sudah pulang, Mi ?” tanya Chelsea dengan nada sendu.
Mami Nina sempat video call dengan putrinya saat Reno datang ke rumah bertemu dengan papi Agam. Sengaja mengarahkan handphonenya ke arah ruang tamu biar Chelsea bisa memandangi Reno yang kebetulan duduk menghadap ke dalam.
Mami Nina tahu kalau tidak mudah untuk Chelsea melupakan Reno, bahkan putrinya itu tahu kalau hari ini Reno di wisuda.
Chelsea sempat menyusun kejutan untuk Reno saat dia di wisuda, namun semuanya itu harus dibuangnya saat menghadapi kenyataan kalau Reno benar-benar ingin menjauh dari Chelsea sampai nekad bersandiwara dengan Sherly.
“Sudah, tadi kamu lihat kan kalau Reno sudah pamit sama papi.”
“Reno kurusan ya Mi. Kelihatan kalau tulang pipinya lebih cekung sekarang.”
“Masalah Sherly adalah hal yang paling berat untuknya, Sea. Untung aja semuanya berakhir dengan baik.”
“Mami kapan main kemari ?”
“Mungkin bulan Desember, Sea, Kak Mila akan mengikuti lomba di sana. Ada toko pakaian di Sunset Boulevard yang tertarik dengan rancangna Kak Mila.”
“Wah asyik dong, Mi. Kalau sampai jadi berarti Kak Mila akan sering-sering main kemari.”
“Kamu sendiri kan mulai kuliah Sea, lagian kan udah ada Merlin dan Melvin di sana.”
“Iya tapi kan beda, apalagi udah lama nggak ketemu. Sama Merlin ada sempat berasa canggung, apalagi sama Melvin. Lagipula Melvin nggak kuliah di LA, tapi di Washington DC, Sea hanya ketemu 2 hari pas baru sampai di sini soalnya Melvin harus balik lagi ke sana.”
“Jaga diri baik-baik, Sea. Pergaulan di sana beda dengan di sini,” pesan mami Nina.
“Tenang, Mi, Sea tahu kok. Sea tetap akan jadi anak mami papi yang imut dan menggemaskan,” mata Chelsea mengerjap membuat mami Nina tertawa.
“Kamu udah lama nggak hubungi mama Siska ?”
“Nggak Mi, nggak berani kasih nomor ke mama atau papa, nanti ketahuan sama Reno. Kalau mama mau ngobrol biar di rumah mami aja.”
“Kamu itu nggak mau hubungan sama Reno, tapi tadi bisa melihat wajahnya dari jauh lewat vc pula kamu bahagia banget.”
“Iih mami lebay, deh.”
“Kamu bisa berbohong dan menyangkal, tapi mami lebih mengenal anak mami dari siapapun juga. Kapan-kapan kalau mami lagi ketemu Reno, mami sambungin lagi pakai vc.”
“Hais mami memang pengertian banget,” sahut Chelsea sambil tertawa.
“Ya udah, mami tutup dulu, ya, mau siapin makan malam buat papi.”
“Duh kangen nih masakan mami sama mama,” rengek Chelsea.
Mami Nina hanya geleng-geleng dan langsung menutup panggilannya.
“Habis laporan kalau Reno kemari ?” tanya papi Agam yang sudah berada di samping istrinya.
“Laporan darimana ? Memangnya aku wartawan ?”
Mami Nina berjalan menuju dapur untuk menyediakan makan malam.
“Jangan dikasih dulu berhubungan dengan Reno, nanti Sea tetap nggak bisa move on biar udah jauh lari ke Amerika.”
“Nggak, Mas, nggak,” wajah mami Nina terlihat kesal menatap suaminya. “Bahkan Siska dan Robert nggak punya nomor Sea. Kalau Siska lagi kangen, Sea suruh menggunakan handphone aku.”
“Bagus kalau Sea punya prinsip begitu.”
Mami Nina hanya mendengus kesal namun sebentar ia terkejut saat tangan papi Agam sudah melingkar di pinggangnya,
“Mas Agam mau ngapain ?”
“Mau ajak kamu bikin anak lagi, masih pantas punya satu lagi, anak cowok. Daripada menganggap anak Robert yang kurang ajar itu sebagai anak sendiri.”
“Tapi Mas…”
“Aku belum terlalu lapar, kok. Laparnya yang lain.”
Nina terkekeh kegelian saat Agam menciumi lehernya. Daripada nanti dilihat para pelayan di rumah, akhirnya Nina menurut dan mengikuti Agam masuk ke kamar dan menunda makan malam.
Reno yg menolak perjodohan sehingga dia membuat rekayasa pacaran sama Serly,
Revan yg hanya pura pura mencintai mu padahal dia sudah punya anak dari Dita
Bastian yg mencintai mu tapi dia punya masa lalu yang kelam sehingga dia punya anak dari perempuan lain 🤭🤭🤦♀️