Lima tahun menikah belum diberikan keturunan. Namun tak membuat kadar cinta Pria yang bernama Abian Rahardian itu berkurang pada istrinya.
Suatu hari Abi diminta oleh orangtuanya untuk datang, maka disela kesibukan ia menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan orangtuanya. Sedikit penasaran, ada hal penting apa yang ingin mereka bicarakan.
"Tidak, Ma! Aku tidak bisa menduakan Diana, tolong Ma, jangan membuat hubungan aku dan Diana hancur. Kami bahagia, anak itu hanya masalah waktu saja, aku yakin suatu saat nanti Diana pasti bisa Hamil," ujar Pria itu meyakinkan sang Mama.
Tak mempunyai pilihan lain selain mengikuti kemauan kedua orangtuanya yang menginginkan kehadiran seorang cucu. Apalagi kondisi Mama yang sedang sakit membuat Abi tak bisa menolak.
"Dengar! Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena Ibuku!" Abian Rahardian.
"Tenang saja, Tuan, Tujuan kita sama. Aku menerima tawaran ini juga karena Ibuku!" Sharena Husman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Abi berlalu mendahului mereka, setibanya diruangan Sha segera menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa ke ruang rapat.
Saat ingin keluar dari ruangan Abi menghalangi langkah wanita itu dengan cara menjadikan tangannya sebagai penahan pintu kaca itu. Sha sedikit terjingkat melihat perlakuan atasannya.
"Ada apa, Pak?" tanya Sha menatap heran.
"Aku minta kamu bisa menjaga sikap pada orang lain!" tegas Abi menatap tajam.
"Maksud Bapak?"
"Aku rasa kamu sudah tahu apa maksudku, walau bagaimanapun juga kamu itu adalah istriku, dan sekarang kamu sedang mengandung anakku. Jadi aku minta kamu jangan terlalu dekat dengan Pria manapun," tegas Pria itu dengan serius.
"Siapa yang Bapak curigai, apakah Pak Hazel? Hng! tenang saja, Pak, saya mengerti dengan batasan," balas Sha menatap malas.
"Apakah kamu menyukai Pria itu?" tanya Abi penuh selidik.
"Apa urusan Bapak menanyakan hal itu? Saya ingatkan kembali pada Bapak bahwa kita tidak memiliki ikatan perasaan apapun, jadi saya rasa Bapak tidak perlu repot-repot menanyakan hal pribadi saya," balas Sha sinis.
"Tapi aku berhak atas dirimu, karena kamu istriku."
"Iya, tapi istri diatas kertas," sambung wanita itu kesal.
Abi menatap wanita itu dengan dalam dan merapatkan tubuhnya hingga mengikis jarak. Jangan ditanya bagaimana jantung wanita itu bertalu-talu.
"Apakah kamu menginginkan istri lahir dan batin, layaknya posisi Diana saat ini?" tanya Abi begitu dekat di telinganya sehingga nafas hangatnya menyapu diwajah.
Seketika wajah Sha merona merah. Apa ini? Kenapa dia berkata seperti itu. Sha tak menanggapi ucapan Pria itu, ia segera mengelakkan tangannya dan segera berlalu begitu saja.
Abi menghela nafas dalam, kenapa wanita itu begitu keras kepala dan selalu saja membantah ucapannya, ada saja kata-kata untuk mematahkan.
Abi segera mengikuti langkah sekertarisnya itu. Ingin kesal takut membuatnya tak nyaman. apalagi wanita itu sedang mengandung anaknya. Ia harus bisa memasok rasa sabar agar komunikasi berjalan dengan baik.
Sore ini seperti yang di perintahkan Abi, Sha pulang dengan diantarkan oleh driver yang telah dipersiapkan. Diperjalanan pulang Sha meminta pak supir untuk berhenti di salah satu mini market, karena ada sesuatu yang ingin ia beli.
Perempuan itu turun segera membeli barang yang ia perlukan, tak sengaja netranya menatap seseorang yang dia kenal. Wanita itu turun dari mobil mewah dengan digandeng oleh seorang lelaki yang jauh lebih tua darinya.
"Diana!" gumam Sha sendiri segera menyembunyikan tubuhnya ditiang teras mini market. Netranya tetap mengamati kemana perginya wanita itu. Tetiba otaknya berjalan, ia segera mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa gambar Diana dengan Pria baya itu.
Sha kembali menyimpan benda pipih itu di dalam tasnya. Ia ingin melihat reaksi Diana saat bertemu dengannya, maka dari itu ia keluar dari persembunyian menampakkan diri kehadapan wanita itu.
"Nona Diana!" seru Sha menyapa istri dari atasannya dan tak lain adalah kakak madunya sendiri.
"Kamu!" Diana segera melepaskan pegangannya tangan Pria itu.
"Mau kemana, Nona? Nggak sama Pak Abi?" ucap Sha tersenyum menatap wanita itu.
"Ah, a-aku, se-sedang ada acara. Oya, i-ini perkenalkan, dia Oom aku," ujar Diana mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Oh, Oomnya. Akrabnya sekali ya, saya sangat salut," ucap Sha sembari tersenyum aneh.
"Ya, tentu saja. Kami memang sudah akrab dari dulu. Kamu tidak perlu tersenyum mengejek seperti itu. Jangan berpikir yang aneh-aneh, karena suamiku sudah tahu kedekatan aku dan Om Indra," ujar wanita itu memperingati.
Diana segera beranjak meninggalkan Sharena yang masih berdiri disana. Banyak pertanyaan dalam hati yang tak ia dapati jawabannya sendiri. Namun ia juga tak ingin seudzon.
"Masa sih itu Oom Diana? Ah, entahlah, aku tidak ingin tahu urusannya, dan juga tak mau berurusan dengan wanita itu," gumam Sha dalam hati.
Wanita hamil itu segera beranjak kembali masuk kedalam mobil yang mengantarkannya. Setibanya dirumah ia segera bersih-bersih dan tak lupa melaksanakan ibadah empat rakaat.
Selesai sholat, Sha berbaring untuk meluruskan kakinya yang terasa sangat pegal. Tetiba teringat tentang pemotretannya yang tadi. Ia membuka galeri ponselnya dan mengamati hasil pemotretannya tadi.
Berulang kali wanita itu memperhatikan dengan seksama, rasanya cukup senjang bila Oom dan ponakan terlalu intim seperti itu. Kembali hatinya bertanya.
Bersambung....
Happy reading 🥰
degil...?
pandai berbohong.
cuma belum menyadari...
memaafkan, terus sekarang di ulang lagi.
mana boleh pakek Wali Hakim?