Terlahir dari keturunan Kakek Darmo bukanlah pilihan dari Belacia. Apapun alasannya Ia sudah masuk dalam rantai perbudakan setan dalam perjanjian yang di lakukan Sang Kakek.
Karena keyakinannya kepada Tuhan. Akhirnya Bela selamat dari kutukan iblis. Tapi naas itu hanya berlaku untuk belacia. Seakan tidak mau terputus rantai keturunannya, Iblis keparat banyak memakan janin dari Kakak Ibunya yang tertua. Dan menjadi teman sepupunya yang lain.
Bagaimana perjuangan Belacia? Ikuti terus yaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivia Frolika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musibah Lagi
Deby sedang di kantor, Tiba-tiba ponselnya berdering. Mama Iren memanggil, tertulis di layar ponsel yang menyala.
Sekitar pukul 10.00 waktu setempat, saat Bela telah berangkat ke kampus. Deby mengangkat panggilan yang masuk tersebut.
"Halo Ma, selamat pagi." Sapa Deby.
"Selamat pagi Nak. Apa kabar mu dan Bela?" Tanya Mama Iren.
"Baik Ma, Bela juga baik. Di sedang ke kampus." Kata Deby.
"Oh iya By, apa kamu masuk kantor sampai sore hari?" Tanya Mama Iren.
"Enggak Ma, memangnya kenapa Ma?" Tanya Deby penasaran.
Biasanya Mama Iren tidak terlalu detail menanyakan keadaan pekerjaannya. Apalagi menanyakan pukul berapa ia pulang.
"Nak, kamu ingat Mak Tua Lia? Ibu nya Mita? Dia sekarang sedang di rumah sakit habis melahirkan. Sedangkan bayi yang lahir tidak selamat. Nanti sore akan di makamkan, karena sekarang masih di urus pihak rumah sakit." Kata Mama Iren.
"Iya Ma, Saya dan Bela akan pulang nanti tengah hari." Kata Deby.
"Kalau kalian tidak ada kegiatan penting saja Nak. Soalnya juga yang meninggal masih bayi." Kata Mama Iren.
"Kalau Deby memang pulang jam 11.00 Ma, soalnya hari jumat. Nanti Deby coba telepon Bela dulu. Bela mungkin sudah kangen juga sama Mama dan Ayah." Kata Deby.
"Baik lah Nak. Mama matikan dulu teleponnya, selamat pagi Deby." Kata Mama Iren.
Setelah sambungan telepon terputus Deby melanjutkan pekerjaannya. Ia akan menelepon Bela sebentar lagi, soalnya Bela kemungkinan lagi masuk mata kuliah sekarang.
**********
Di dalam ruangan Bela, Tari dan Delon sedang membahas sesuatu yang sepertinya serius. Tari menceritakan kejadiannya di perkemahan yang membuat dirinya pingsan. Setelah ingi menyelamatkan sosok yang dianggapnya Nathan. Tari bercerita dengan air mata yang hampir keluar.
"Sayang, sebenarnya ada apa sih sampai kalian tidak di temukan oleh teman-teman?" Tanya Delon.
Delon adalah seorang yang tertarik dengan hal-hal baru. Baik nyata maupun yang berbau mistis, ia bergabung ke dalam berbagai organisasi kampus. Hal itulah yang mendorong keingintahuan dirinya tentang apa yang di alami sang pacar.
Berbeda dengan Bela, ia merasa takut bila ada orang lain yang ingin menggali informasi tentang dirinya. Ia takut kalau saja orang tersebut terseret dalam masalahnya, dan menjadi umpan untuk para Iblis memancing dirinya datang. Dan memancing amarah dari dalam diri Bela.
"Saya hanya mengingat, pada waktu kami berjalan bersama teman-teman yang lain. Saya dan Bela mendengar orang memanggil minta tolong. Setelah di pastikan suara itu seperti suara Nathan, mahasiswa baru yang duduk di samping Bela di dalam bus.
Saya mengenal suara karena pernah bertemu pertama kali saat bersama Bela. Kami mencari suara tersebut, dan saya lihat benar Nathan yang terikat di pohon.
Bela telah melarang saya membantu melepas ikatan Nathan. Tapi rasa kasihan membuat saya melawan perkataan Bela.
Ketika saya memegang tali pengikat tubuh yang mirip Nathan tersebut. Tiba-tiba makhluk yang mirip Nathan berubah mengerikan. Dan tangan saya merasa terbakar, selanjutnya saya tidak tau apa yang terjadi." Jelas Tari kepada pacarnya, Delon.
"Kalau seperti itu berarti Bela sudah tau itu bukan Nathan ya Bel?" Tanya Delon seolah dia detektif handal.
"Hem, saya nggak tau. Saya juga tidak melihat seseorang di sana, makanya saya ajak Tari pergi." Kata Bela.
Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan bercerita kepada Delon. Di tengah obrolan mereka yang seakan Delon penasaran dengan Bela. Apakah dia anak indigo atau bukan, Nathan datang menghampiri mereka. Ada sedikit kelegaan di di hati Bela.
"Hai, maaf mengganggu. Apakah boleh sya bergabung?" Tanya Nathan.
"Iya, silahkan duduk." Kata Tari.
"Kalian sedang mengobrol apa sih? Kok kelihatannya serius sekali?" Tanya Nathan.
"Iya nih, saya bersama teman-teman sedang ada penelitian tentang anak indigo. Nah, saya curiga kalau Bela ini termasuk anak indigo." Kata Delon.
"Mungkin Kakak salah. Kan mereka berdua yang dengar suara meminta tolong tersebut. Tari melihat sosok saya yang terikat, sedangkan Bela tidak melihat. Kalau begitu mungkin saja Tari yang indigo Kak." Kata Nathan menyelamatkan Bela.
Bela menghela nafas dalam. Ia tidak ingin kejadian ini berbuntut panjang. Ia juga tidak mungkin menjelaskan kepada orang-orang tentang masalahnya yang di hadapinya saat ini.
"Iya Kak Delon. Saya tidak punya kelebihan apapun yang berbeda dari kalian." Kata Bela.
"Oh gitu ya Bel. Saya meminta maaf kalau begitu." Kata Delon.
Kemudian Delon menggandeng Tari untuk pergi ke kantin, sedang Bela masih duduk bengong di bangku semen depan kelas. Nathan memperhatikan Bela yang sangat cemas akan menjawab pertanyaan kedua kekasih tadi.
"Bel, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Nathan.
"Iya Than, terimakasih telah menyelamatkan saya saat di interogasi Kak Delon tadi." Kata Bela.
"Iya biasa saja Bel. Kita ke kantin juga yuk." Ajak Nathan.
"Boleh Than, saya juga lagi lapar nih." Jawab Bela.
Bela dan Nathan berjalan menuju kantin kampus. Namun belum sempat memasuki ruang kantin, ponsel Bela berdering. Ia pamit kepada Nathan untuk mengangkat telepon.
Deby yang menelepon Bela mengabarkan bahwa Mak Tua Lia sudah melahirkan seorang anak. Namun bayi nya telah tiada, diakhir sambungan telepon Deby mengajak Bela segera pulang kalau sudah tidak ada kegiatan kampus.
Bela mengiyakan permintaan Kak Deby. Ia akan pulang dalam beberapa menit lagi.
"Ada apa Bel?" Tanya Nathan.
"Maaf Kak, saya harus pulang sekarang juga Kak. Tadi Kak Deby menelepon mengabarkan kalau anak Mak Tua Lia telah meninggal. Dan Mak tua Lia masih di rumah sakit." Kata Bela.
"Jadi kamu mau pulang sekarang dek?" Tanya Nathan.
"Iya Kak, tapi saya akan meminta izin terlebih dahulu kepada pak Bani." Jawab Bela.
Bela pergi ke arah ruang kelas, ia akan mengambil buku-buku yang tertinggal. Sedang Nathan masih mengikuti dari belakang. Ia juga menemani Bela meminta izin kepada Pak Bani selaku pembantu Rektor tiga.
"Bel, kamu pulang sama siapa?" Tanya Nathan ragu-ragu.
"Saya pulang naik taksi saja Kak. Karena Kak Deby belum keluar dari kantornya." Kata Bela.
"Bagaimana kalau saya yang antar kamu sampai ke apartemen Kak Deby?" Tanya Nathan.
"Terimakasih Kak, Saya tidak mau merepotkan Kakak." Kata Bela.
"Tidak juga. Saya senang asal bersama kamu." Kata Nathan.
Ia menarik tangan Bela ke arah parkir. Nathan menghidupkan mesin mobilnya dan mempersilahkan Bela masuk. Kemudian melajukan mobilnya tanpa mau mendengarkan protes dari Bela.
"Bel, Saya akan menemani mu selamanya." Bisik Nathan.
"Saya tidak pantas Kak. Masih banyak hal yang harus saya selesaikan. Besok atau lusa tidak tau kapan saya tiada." Kata Bela sendu.