NovelToon NovelToon
THE ETERNAL QUEEN

THE ETERNAL QUEEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Menjadi NPC
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yuuuki

Aku mengingat semua kehidupanku, tapi yang pasti aku tidak ingat kehidupan pertamaku, dan firasatku aku buka mahkluk bumi ini, siapa aku?
Lagi lagi aku menjadi seperti ini, terjebak di putaran dunia. kehidupan ku yang ke 1002
Besok ngapain ya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuuuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29: Tugas dan kewajiban

Hari ini, setelah pelajaran Sihir dan rapat kemanan Utama selesai aku memutuskan pulang ke kamar lebih cepat

"Akhir akhir ini kau tak terlihat? Kemana?" Leo menatapku tajam bertanya dengan serius

"Wakil Dewan Siswa.." Ucapku dan merebahkan tubuhku dikasur

"Heii.. kau tampak sangat kelelahan? Apa kau tak apa?" Vian melihatku yang merebahkan badan dengan lelah

"Hmm..."

"Mau kita bantu kah?" Mereka mendekatiku dan melihat berkas berkas yang ku bawa

"Sudah selesai semua.. Jadi tidak apa"

"Hmm.. oh iya? Kamu sudah mulai ikut ujian di materi Strategi & taktik ya?" Leo mengalihkan pembicaraan

"Ya... Aku akan menyelesaikan beberapa pelajaran yang bisa ku selesaikan" Aku menatap mereka bersamaan sambil tengkurap

"Heran.. Beberapa pelajaran yang bisa diselesaikan.."

"Hmm? Mau aku bantu? Aku punya banyak catatan yang bisa membantu kalian.. Setidaknya aku dan kalian setara dalam academy" Ucapku

"Hoo? Cepat bagi catatan! Enak aja mau pintar sendiri" Leo mengguncang tubuhku

"Bawah ranjang ada lemari kan? Ambillah aja.. tapi nanti balikin lho!" Aku menujuk kolong kasur

"Hmmm" Revian membuka kolong kasur dan melihat banyak tumpukan buku yang terlihat sangat rapi.

"Terimakasih, aku akan menggunakannya dengan benar!!" Leo berbinar dan mengambil beberapa buku untuk belajar

"Kok kamu bisa jadi wakil ketua?" Vian menatapku aneh

"Dipilih langsung sama Ketuanya" Ucapku dan beranjak berdiri

"Jadi rumor itu benar?"

"Rumor apa?"

"Ketua Dewan Siswa memilihmu untuk menjadi wakilnya sekaligus pengganti dirinya?"

"Ada rumor juga bahwa ketua mau menghambat mu yang akan meluluskan mata pelajaran Strategi & taktik? "

"Ada rumor juga bahkan ia mau keluar jadi ketua"

"Hadehh... Aku ga tau rumor itu, setidaknya.. Aku akan terus maju.."

"Tetep jaga kesehatan... tadi siang makan gak?"

...

"Makan kok, aman aja .. Fokuslah pada pelajaran kalian, besok hari apa sih?"

"Mavros (Selasa)"

"Owhh.."

"Besok ada kelas strategi & milter bab berapa sih?"

"bab 8?"

"Kalian masih bab 10 kebawah??" Tanyaku dengan sedikit sombong

"Gilak anak ini.. " Leo memelukku dengan tujuan mencekik dengan bercanda

"Kita normal ya! Kamu aja yang gak normal gilak!!'

"HAHAHAH... "

Kelas Strategi & Taktik

Pukul 05.30 Pagi

Kelas masih gelap sebagian, hanya cahaya oranye dari jendela besar yang mulai menyelinap perlahan. Aku duduk di bangku dekat jendela, membuka kembali buku 'Perang, Diplomasi, dan Taktik Tingkat Lanjut'

Halaman demi halaman ku baca ulang. Aku sudah menyelesaikan bab 15 sampai 25 minggu lalu, tapi aku tak ingin hanya 'ingat' aku ingin paham, utuh, menyeluruh.

CEKLEK.

Pintu terbuka. Pukul 5.50. Tepat waktu seperti biasanya.

Siluet guru tinggi dengan jubah militer biru tua melangkah masuk. Profesor Angel, salah satu instruktur strategi paling disegani di akademi dan juga profesor paling menyebalkan yang pernah ada.

Tatapannya tajam, tetapi tak tampak terkejut melihatku.

"Pagi," sapaku pelan, tanpa menoleh terlalu jauh dari buku.

“Pagi, Stuard,” jawabnya singkat sambil berjalan ke meja depan dan mulai menyiapkan beberapa buku dan peta lipat.

Suara lembaran dibuka, kursi ditarik, lalu keheningan kembali mengisi ruangan.

Beberapa menit kemudian, ia berjalan mendekat ke mejaku.

“Bab berapa yang sedang kau pelajari?”

“Bab 21. Tapi aku sudah selesaikan hingga 25. Aku mengulang untuk konsolidasi strategi pengepungan dan blokade wilayah dataran rendah.”

Ia mengangguk kecil. “Ingin diuji sekarang?”

Aku menutup bukuku. “Ya, jika diizinkan.”

Ia membuka map kulit, mengambil beberapa lembar soal dan menyodorkannya ke mejaku.

“Lima pertanyaan. Kau punya waktu 25 menit.”

Aku membaca cepat. Soalnya mencakup:

Taktik pengepungan tiga front.

Strategi pergerakan armada saat kabut sihir.

Analisis perang wilayah utara 120 tahun lalu.

Simulasi blokade makanan terhadap kota pelindung.

Dan bagaimana menyusun kompromi taktis tanpa membuat pihak musuh curiga.

Tanganku menari di atas kertas. Jawaban demi jawaban ku tulis dengan cepat, padat, dan logis.

Pandangan guru tersebut tak lepas dariku, suara pena terus bertautan dalam ruangan itu

Pukul 6.25, ku jilid semua dan serahkan padanya.

Ia membacanya pelan.

Lalu menatapku dalam-dalam.

“Lulus. Bab 15 sampai 25. Skor sempurna. Kau bisa mengajukan ujian praktik pekan ini, jika siap.”

Aku berdiri, menunduk hormat.

“Terima kasih, Profesor.”

TEK TEK TEK—

Langkah-langkah para siswa mulai terdengar di lorong. Suara gaduh samar muncul.

Pukul 6.30.

Aku melangkah pergi, tepat ketika pintu terbuka dan para siswa mulai masuk dengan wajah mengantuk, sebagian heran melihatku keluar lebih dulu.

Aku hanya tersenyum kecil, lalu berjalan menyusuri lorong dengan tenang.

Sementara di dalam kelas, Profesor Angel masih memandang lembar jawabanku.

"Dia baru mengikuti pelajaran ku 1x dan sudah lulus. Selama ini yang salah dalam pengajaran ku tu yang mana? Aku paham jawaban ini tapi aku tak bisa menirunya"

"Guru… Stuard kemana? Tadi dia keluar? Mau saya panggilkan?"

Seorang murid perempuan yang duduk di bangku tengah mengangkat tangan setengah panik. Suaranya terdengar gugup, seperti masih belum sepenuhnya sadar kalau dia baru saja melihat seseorang keluar sebelum kelas dimulai.

Profesor Angel tak mengangkat wajahnya, hanya menjawab datar namun tegas

"Mulai hari ini dan seterusnya… dia tak masuk lagi di kelas saya."

Seketika, suara gumam dan bisik-bisik langsung memenuhi ruangan.

"Hah?!"

"Maksudnya apa? Dikeluarkan?!"

"Eh… Jangan-jangan…"

"Dia sudah lulus." Angel melanjutkan sambil berdiri dan menatap tajam ke seluruh kelas.

"Ujian tertulis. Bab 15 sampai 25. Skor sempurna. Dia boleh langsung lanjut ke ujian praktik. Sekarang..."

Ia menepuk keras meja.

"Buka buku kalian. Bab 16. Kita mulai dari nol."

Para siswa pun terdiam, perlahan membuka buku mereka, tapi wajah-wajah mereka penuh dengan ekspresi syok dan saling pandang.

"Gila… Gila… baru masuk 1x , kan?" bisik salah satu murid di pojok belakang.

"Dia bahkan nggak ikut kelas sebelumnya... tapi bisa..."

"Skor sempurna? Gila... dia apaan sih sebenernya?!"

Di pojok kanan depan, seorang siswa lelaki dengan rambut emas keperakan dan sorot mata tenang tampak berhenti membuka bukunya.

Putra Mahkota Alexander Ken Vlaan.

Matanya menyipit, mengingat wajah pemuda pendiam yang duduk di pojok jendela pagi-pagi tadi.

"Stuard… Kau benar-benar menarik. Bahkan dengan tugas sebagai wakil ketua. Hebat!" gumamnya pelan.

Tangannya mengepal kecil di bawah meja, bukan karena marah, melainkan karena rasa penasaran yang makin tak terbendung.

Beberapa hari kemudian.. Dimana aku ikut Ujian Praktek

Akademi Kekaisaran

Arena Taktik & Simulasi

Ketika anak anak lain memper siapkan Pelajaran etika mereka, aku mempersiapkan Ujian simulasi ku.

Pagi itu, kabut belum sepenuhnya terangkat dari lapangan luas berbentuk melingkar. Di tengah arena yang biasa dipakai untuk latihan duel, sekarang terpasang meja panjang, beberapa artefak sihir, dan papan taktik besar berbentuk peta kerajaan lengkap dengan bendera-bendera kecil.

Suara langkah sepatu Stuard terdengar ringan saat dia memasuki arena. Jubah akademinya berkibar ringan, dan rambut panjangnya yang di kuncir rapi memberi kesan serius, nyaris seperti seorang perwira muda.

Di hadapannya, tiga penguji berdiri. Salah satunya adalah Profesor Angel, guru strategi dan taktik. Dua lainnya adalah jenderal aktif dari kekaisaran.

“Stuard Vine Nala. Ujian praktik strategi dan taktik. Are you ready?”

Suaranya lantang, terdengar ke seluruh penjuru arena yang masih sepi.

Lilac mengangguk tenang.

“Saya siap, Profesor.”

...----------------...

Simulasi Pertama: “Perang di Lembah Harnest”

Seorang penguji meletakkan peta besar di atas meja.

“Kamu memimpin pasukan 3.000 infanteri, 400 kavaleri, dan 200 penyihir. Musuh memiliki kekuatan 2.500 infanteri dan 1.000 pasukan binatang sihir dari utara. Waktu: musim dingin. Arah angin: barat daya. Apa rencanamu?”

Lilac menatap peta itu sebentar, lalu mulai memindahkan bendera-bendera kecil.

“Saya akan mengirim 200 infanteri sebagai umpan ke lembah depan, menarik musuh ke medan salju licin. Di saat yang sama, penyihir saya akan memanipulasi medan untuk membuat kabut tebal.”

Tangannya cepat dan presisi.

“Kavaleri akan memutar dari sisi barat dengan bantuan angin dan suhu rendah untuk membekukan permukaan dan mempercepat manuver.”

“Bagaimana dengan binatang sihir mereka?”

Lilac menatap tajam penguji itu.

“Saya akan menggunakan gelombang sihir pemutus ikatan mental dari para penyihir. Jika tidak bisa dikalahkan, cukup kacau kan formasi mereka.”

Ketiga penguji saling berpandangan.

...----------------...

Simulasi Kedua: “Pertahanan Kastil Selatan”

Simulasi berubah, kini menggunakan artefak ilusi untuk memperlihatkan kastil dan jalur masuk.

“Kamu hanya punya 100 orang dan 2 hari waktu sebelum bantuan datang. Musuh: 1.000 pasukan bayaran.”

Lilac hanya tersenyum tipis.

“Saya akan membakar gudang bahan makanan di dalam kastil.”

Para penguji menatapnya kaget.

“Dengan begitu, musuh yang berhasil masuk tidak bisa bertahan lama. Saya juga akan mengatur jebakan sihir di lorong masuk utama dan menutup akses air.”

Ia menggambar jalur jebakan dengan cepat.

“Dalam dua hari, mereka akan kelaparan, dehidrasi, dan mentalnya runtuh. Pertahanan bukan soal menang langsung, tapi bertahan sampai bantuan tiba.”

...----------------...

Satu Jam Kemudian…

Ketika ujian selesai, Lilac berdiri tegak di tengah arena. Keringat sedikit membasahi pelipisnya, tapi sorot matanya masih setenang semula.

Salah satu penguji menatapnya dalam-dalam.

“Nama samaran siapa yang kau pakai, anak muda?” tanyanya pelan.

Lilac tersenyum tipis.

“Saya hanya seorang murid bisa."

Profesor Angel berdiri.

“Dengan ini, Stuard Vine Nala dinyatakan lulus dari kelas strategi & taktik teori dan praktik dengan nilai tertinggi tahun ini.”

Ia menghampiriku dan mengedahkan sertifikat yang dibuat oleh sihir

...🔹 SERTIFIKAT KELULUSAN 🔹...

Diberikan kepada:

Stuard Vine Nala

Sebagai bentuk pengakuan resmi atas pencapaian luar biasa dalam:

▶ Ujian Tertulis Strategi & Taktik (Bab 15–25)

▶ Ujian Praktik Strategi Lapangan & Simulasi Perang

Dengan ini dinyatakan bahwa yang bersangkutan:

TELAH LULUS

dari seluruh kurikulum Strategi & Taktik Tingkat Lanjut,

dengan REKOR TERCEPAT dalam sejarah Akademi Kekaisaran.

🕮 Dicatat oleh:

Profesor Angel Lendhart

Kepala Departemen Strategi & Taktik

🕮 Disahkan oleh:

Dewan Tertinggi Akademi Kekaisaran

Hari: Venera ( jumat) , Pukul 06.30

Tahun Akademik: ΔR-1XXX

📍Cap & Segel Resmi Akademi Kekaisaran

Stuard menunduk singkat, penuh hormat.

"Saya tidak akan melupakan pelajaran Anda. Saat perang datang… saya akan pastikan ilmu Anda tidak hanya berakhir di atas kertas.”

Ia tersenyum kecil, lalu berjalan pergi, meninggalkan aula ujian dengan kepala tegak dan langkah mantap.

Depan ruang kelas etika pukul 6.40, kelas dimulai pukul 07.00

"Lah? Kok kamu didepan ruang etika? Masuk kelas lagi?" Leo menghampiri ku yang baru saja muncul

"Iya.. Tumben ada apa? Penting kah?" Revian serius menatapku

Aku menatap mereka dan memamerkan Sertifikat ku

"Ekhem.. maaf ya teman, next class ya" Ucapku dan berjalan pergi membiarkan mereka terdiam seperti patung didepan kelasnya,

"VIAAN... LIHAT LIHAT TINGKAH SONGONGNYA ITU.. AKU GA TERIMA VIANNN" leo mengguncangkan tubuh Revian dengan keras

"MEMANGNYA KAMU DOANG YANG TERIMAA??" Ia ikut mengguncangkan tubuh leo tanpa memikirkan siapa dia sebenarnya

Stuard menyimpan sertifikatnya dan datang ke ruangan Dewan Siswa, ia melihat ruang tersebut sangatlah kosong dan hanya ada ketua Dewan Siswa

"Anda tidak ikut kelas etika?" Ucap Stuar Pada ketua sambil berjalan ketempat duduknya

"Sudah Lulus" Ucapnya sambil mengecek beberapa Berkas

"Baiklah.. Hari ini anda harus mengikuti rapat Evaluasi Tahunan yang akan dihadiri oleh seluruh Guru dan Profesor yang ada di academy. Hari ini saya tidak bisa ikut karena harus mendisiplinkan beberapa anak yang ketahuan mabuk mabukan disekitar sekolah dan mengunakan seragam sekolah" Ucapku dan fokus membuka beberapa dokumen

"Hmm, kau bisa masuk ketengah rapat, aku ada urusan lain" Ucapnya yang menandakan bahwa aku harus tetap ikut Bagaimana pun kondisinya.

"Bagaiman bisa? Ini kan lebih penting"

"ada hal lain, nanti aku menyusul ditengah rapat" ketua dewan a.k.a Putra Mahkota membalikkan beberapa dokumen nya

"Hahhh..." Aku menghela nafas dan menyibukkan diriku dengan tugas sebagai wakil ketua Dewan Siswa

Aku melirik ke arahnya. "Kau tidak keberatan aku ambil alih?"

Ia akhirnya menatapku, senyumnya tipis. “Kalau aku peduli siapa yang lebih bersinar, aku tak akan pilih kau jadi wakil.”

Aku terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Dan kalau aku peduli jadi nomor satu, aku tak akan setia di sini."

Hening. Tapi hening yang nyaman.

"Ayo bereskan laporan minggu ini. Kita punya rapat Dewan Guru minggu depan."

Ia mengambil jasnya dan berjalan pergi. Sebelum pintu tertutup, ia menambahkan,

“Teruslah seperti itu, Stuard. Dunia akademi ini butuh dua kutub yang seimbang.”

Beberapa jam kemudian

Halaman belakang akademi

Tiga siswa berdiri di hadapanku, kaku, dengan wajah lelah dan basah keringat. Aku melemparkan tongkat kayu ke tanah, tepat di depan mereka.

"Kita ulang lagi. Lima putaran. Kalau bisa bertahan sampai akhir, aku anggap hukuman selesai."

“A-apa ini tidak terlalu berlebihan?” gumam salah satunya, masih terengah.

Aku menatap mereka dingin. “Kau mengotori lambang akademi dengan kelakuan memalukan. Dan sekarang kau mengeluh karena cuma diminta sparing?”

Tak ada jawaban.

Aku menarik pedang kayu cadangan. “Baiklah. Anggap ini pelajaran. Kalian tiga, lawan aku.”

Dan dalam beberapa menit, suara hantaman, serangan, dan teriakan kesakitan memenuhi halaman. Tidak membahayakan, tapi cukup untuk membuat mereka ingat bahwa jadi siswa Akademi Kekaisaran bukan sekadar status, tapi juga tanggung jawab.

Rapat Evaluasi Tahunan

Aula Pertemuan Akademi Kekaisaran – Pukul 12.45

45 menit setelah kelas etika selesai

Ruangan besar itu dipenuhi oleh suara kecil-kecil, para profesor tengah duduk rapi, sebagian melihat jam saku mereka. Beberapa murid dari perwakilan kelas juga sudah hadir. Di meja utama, kursi ketua Dewan Siswa masih kosong.

Hingga akhirnya…

Langkah sepatu kulit terdengar. Tegas.

Stuard Vine Nala masuk dengan mengenakan jas panjang hitam kebesaran dewan siswa, lambang akademi tergantung di dada kirinya. Wajahnya dingin, rambutnya terikat rapi. Beberapa guru sempat saling melirik—terkejut.

"Maaf atas keterlambatannya. Ketua Dewan tidak dapat hadir hari ini," ucapnya sambil berdiri tegak di podium. "Saya, Stuard Vine Nala, Wakil Ketua, akan memimpin rapat Evaluasi Tahunan hari ini."

Beberapa suara terdengar berbisik.

"Itu anak baru, bukan?"

"Anak yang menyelesaikan kelas etika dalam 2 minggu?"

"Dia yang katanya lulus ujian strategi dalam satu bulan itu..."

Tapi Stuard tak terganggu. Ia membuka map, membacakan laporan tahunan, lalu secara sistematis:

Menjawab pertanyaan para guru dengan tenang dan logis,

Menganalisis program kerja yang gagal dan menyarankan perubahan,

Bahkan membenahi satu laporan keuangan klub olahraga yang ada kesalahan angka.

Suaranya rendah tapi tegas. Semua tertuju padanya.

“Untuk pelanggaran kedisiplinan, kami sudah menindak langsung, dan saya pribadi telah menangani latihan disipliner untuk siswa yang bersangkutan. Detailnya bisa Anda lihat di lembar terakhir.”

Seorang profesor tua, yang awalnya ragu, kini angkat bicara.

“Ketua kalian boleh tidak hadir. Tapi kalau begini caranya, aku tidak khawatir.”

Ada yang tersenyum. Bahkan Kepala Akademi hanya mengangguk sambil mengetuk mejanya pelan, tanda apresiasi.

Alexsander Lystuad Rajeev. Kepala Akademi

Rapat selesai. Tanpa celah.

Saat semua berdiri dan bubar, seorang guru wanita muda membisik pada rekannya,

"Ketua Dewan berikutnya... bisa saja dia."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!