Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APEL 5 RIBU PERAK
Macam maling Dal3man yang lagi diinterogasi, mungkin begitu gambaran di otak Eirene.
Seorang prajurit yang bertugas bagian administratif kantor, Wanita manis dengan lesung pipi itu duduk berhadapan sejak 1,5 jam yang lalu.
Sebenarnya semua tes kenegaraan sudah selesai hanya saja ia penasaran dengan calon istri prajurit di depannya ini, yang merupakan calon dari mantan kekasihnya, si prajurit flamboyan.
Ia menumpukan dagunya diantara kepalan tangan yang bertumpu di meja. Dilihat dari sudut manapun, Eirene memang terlihat cantik, dari tes yang berhasil di jalaninya sih ia bisa dikategorikan sebagai calon prajurit yang begitu percaya diri, jawaban yang ia berikan pun hampir seluruhnya benar, padahal selama ini ia tinggal di Paris. Tak tau saja Eirene memiliki contekan di bawah mejanya.
"Diana Handayani," gumam Eirene melengkungkan bibirnya.
Tiba-tiba saja wanita itu mengulurkan tangannya, "selamat ya,"
"Buat?" gadis itu tak langsung menyambarnya.
"Untuk hubungannya dengan abang, kamu hebat sudah sampai di tahapan dipinang abang Ray, ah! Maksud saya kapten Rayyan,"
"Oh, oke. Makasih!" jawabnya.
"Kalau boleh tau, sejak kapan kamu kenal abang?" tanya nya mulai penasaran, terang saja ia kepo selama ini ia selalu memantau penugasan Rayyan, tak pernah ia sampai ke Prancis atau Paris, dunia yang mereka jalani pun bagai bumi dan Jupiter beda jauhhh, so--- moment semprul apa yang mempertemukan sepasang sejoli ini?
Eirene memutar bola matanya, tak mungkin ia menjawab sejak kejadian memalukan itu, bisa-bisa akun gosip kembali menyerbunya.
"Sejak---" gadis itu terlihat berpikir, sejak tanah air merdeka kah, sejak bulan tercipta hanya untuk bumi, atau sejak avatar udara jadi tukang balon?
"Sejak---Tuhan mempertemukan aku sama Rayyan!" jawabnya sekenanya, Diana tertawa kecil.
"Oke--oke kayanya itu cuma rahasia kamu sama abang, pasti kamu ngga nahan sama gombalannya kan? Makanya masuk perangkap pesonanya bang Ray?"
Oh tidak-tidak! Seorang Eirene lovely ngga pernah yang namanya masuk perangkap, mau itu pukat harimau, jaring laba-laba apalagi perangkap tikus sekalipun. Bahkan sampai sekarang saja ia tak tau kenapa main iya-iya saja saat Rayyan mengajaknya menikah.
"Apa ini termasuk pertanyaan dari kesatuan?" tanya Eirene.
Diana tersenyum, "bukan lovely. Jujur saja kami, khususnya saya penasaran, kok bisa-bisanya model terkenal macam kamu mau dengan prajurit seperti abang--saya yakin kamu tidak paham dengan kehidupan prajurit, kalau kamu tau sudah pasti kamu tidak akan mau," balas Diana.
"Kami?" Eirene mengerutkan dahinya.
Diana mengangguk, "itu cuma masa lalu!" Diana bangkit dari duduknya, "segera hasil tes ini nanti kami proses, hingga saatnya nanti kamu pembinaan lalu menghadap ke pejabat kesatuan."
Tak lama setelah itu Eirene kembali untuk melakukan pembinaan mental dan menghadap ke pejabat kesatuan.
Sekitar 2 sampai 3 jam ia disana untuk menghadap pejabat kesatuan, bahkan wajahnya kini sudah memerah bak kepiting rebus.
Ia berjalan menghentak dari dalam, setelah ini ia ingin mandi susu! Kepingin liburan ke Malibu, Macau, Maladewa!!!
Ia menghantamkan clutchnya pada punggung Rayyan, membuatnya tersentak kaget. Rayyan menunggu Eirene tak jauh dari gedung kantor sambil menyesap rokok dan mengobrol bersama beberapa rekan prajurit.
"Astagfirullah! Dek, kenapa?" pantas saja dari tadi Rayyan mencium bau-bau masam, rupanya wajah cantik ini manyun saat keluar dari gedung.
"Kalo udah ini masih ada hadap-hadapan pejabat lagi Eyi ngga mau!" kesalnya.
"Ada apa cerita sama abang, apa ada yang jahatin kamu?" kedua rekan Rayyan pamit undur diri demi menjaga privasi kapten marinirnya.
"Serem banget sih pertanyaannya! Masa mereka bilang siap ngga kalo ditinggal bertugas terus kamunya gugur! Kalo gitu mereka do'ain aku jadi janda gitu?! Udah gitu pake bilang harus bersedia ditempatkan dimana saja termasuk daerah pelosok, yang bener aja! Maksudnya Eyi disuruh jadi tarzan apa gimana?" omelnya.
Rayyan menarik lengkungan bibirnya, "kan memang begitu tugasnya tentara."
"What? Maksudnya gimana, bentar! Telinga aku kayanya belum dikorek, ngga tau otak aku yang mendadak crazy!" ujarnya mengetuk-ngetuk kepala bagian samping, lucu sekali gadis ini Rayyan tertawa sampai matanya menyipit.
"Udah yu ah! Kayanya di dalem kamu terlalu banyak dicekokin yang engga-engga, pokoknya jangan khawatir, dimana pun kamu berada selama ada abang semua baik-baik aja!" ajaknya menarik tangan Eirene, jangan sampai gadis ini gila sebelum merasakan amazingnya jadi istri prajurit.
"Kamu ngga akan jadi tarzan dek, tapi jadi ikan pari--" gumamnya.
"Ha? Kamu bilang apa? Jangan bisik-bisik ngomongnya?!" tanya Eyi.
"Engga, itu muka kamu merah gitu kaya baru keluar dari kukusan!" kilah Rayyan.
Mereka berjalan berdua menuju parkiran, "tuh! Nanti bukan lagi gaun malam seksi yang jadi seragam kebanggaan kamu, tapi itu! Sama kaya istri-istri prajurit disana," tunjuk Rayyan ke arah istri prajurit dengan si biru kebangaannya.
"Ngga ada model lain gitu? Kok sama semua gitu?" tanya Eirene menatap frustasi, alisnya mengernyit memandang jauh menatap para ibu itu.
Rayyan tertawa usil, "nanti kamu minta sama bapak komandan atau ibu kesatuan bilang sama mereka khusus istri kapten Rayyan bajunya pake gaun malam!"
"Emang bisa?" wajahnya teramat serius, Rayyan sepertinya akan senang sekali ia mengusili gadis ini, reaksi dan responnya itu loh! Mirip Zahra.
"Udah yuk pulang! Abang jajanin es krim depan markas--" ajaknya low budget.
"Es krim?" matanya langsung berbinar.
Keduanya kini duduk di atas motor, tepatnya Eirene yang duduk di atas motor sementara Rayyan menghentikkan gerobak es krim cincau yang selalu melintas di depan markas setiap sorenya. Yang kalo manggilin pembeli pake gong kecil.
Eirene mengernyit melihatnya, ia tertawa kecil melihat gong itu.
"Bang 2 ya," ujar Rayyan, nih jarang-jarang kan model Internasional jajannya es cincau 5 ribu perak.
"Tadi gimana di dalem?" tanya Rayyan sambil menunggu pesanannya siap, ia berdiri di depan Eirene.
Eirene menghirup nafas dalam dan membuangnya kasar, "orangnya mirip suzana lagi cosplay beranak dalam kubur, galak--nyeremin ih! Bikin nyali ciut," jawabnya enteng, ia tersenyum dan menggelengkan kepala tak habis pikir dengan ucapan Eirene, mungkin Tuhan membuat skenario malam itu memang untuk mempertemukan dirinya dan Eirene, yang sepertinya akan satu frekuensi.
Rayyan menyerahkan gelas cup plastik berisi potongan cincau dan es krim juga gula aren pada Eyi.
Gadis itu mengerutkan dahinya, "ini es krim modelan apa? Bukan gelato deh kayanya---" Eirene membauinya mirip an jink pelacak, Rayyan kembali menertawakan tingkah lucu Eirene.
"Itu gelato rasa cintaku padamu," jawabnya, bukan hanya ia sendiri yang tertawa tapi pun si akang tukang es krim cincau. Pikirnya kasian sekali Eirene, cantik-cantik tapi hidupnya miris, pasti dari kecil sampai besar tak pernah dibelikan es krim.
"Ayo dicoba!" pinta Rayyan, "gini nih!" Rayyan menyendokkan potongan cincau dicampur dengan es krim yang terbuat dari santan bersama siraman air gula lalu menyuapkannya ke mulut Eirene.
"Gimana enak?"
Gadis itu mengunyah dan mencecap, "enak--enak. Ada sedikit rasa paitnya tapi overall enak," jawabnya.
"Kamu kasih dia 10 ribu, emangnya satu porsi harganya berapa?" tanya Eirene.
"5 ribu," jawabnya menyendok es untuk dirinya sendiri.
"Ha?! Murah banget!" seru Eirene tak percaya, Rayyan mengangguk sesuatu yang enak dan menyenangkan tidak harus selalu mahal.
"Ngga nyangka!" ujar Eirene.
"Iya, enak kan?!" anggukan Rayyan kesekian kalinya.
"Iya nggak nyangka---kamu ngapelin aku cuma ngeluarin budget 5 ribu!" cibir Eirene. Padahal biasanya para pebisnis yang ingin bertemu apalagi mengajaknya makan, sampai merogoh kocek dalam-dalam, sedalam lautan tak berdasar demi membelikan sesuatu yang mahal untuk Eirene atau menyewa restoran mahal hanya untuk satu kali makan saja bersama Eyi.
Sang playboy flamboyan mati gaya.
.
.
.
.