"Sulit adalah kita, tapi kisah cinta ini hanya ada kita, aku dan kamu tanpa ada mereka."
-----------
Ketika melanjutkan jenjang pendidikan ke sebuah Universitas, Cheryl terpaksa mengikuti keinginan orang tuanya untuk tinggal di rumah Tantenya Diandra dan Gavin, suaminya. Awalnya Cheryl menolak karena sejak dulu dia sudah tertarik dengan Gavin yang di matanya terlihat sebagai sosok yang dewasa. Namun, karena paksaan dari keluarga, akhirnya Cheryl setuju untuk tinggal di rumah Diandra.
Gavin yang sejak dulu selalu menganggap Cheryl sebagai gadis kecil yang lucu, kini harus mengubah pola pikirnya saat melihat Cheryl yang kini tinggal bersamanya sebagai sosok yang dewasa. Kesibukan Diandra sebagai seorang model yang sering meninggalkan Gavin dan Cheryl dalam satu rumah semakin membuat keduanya semakin dekat, hingga suatu malam saat Diandra sedang menghadiri gelaran Paris Fashion Week, hubungan satu malam pun terjadi diantara Gavin dan Cheryl yang menjadi awal dari hubungan gelap me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Weny Hida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Secepat Itu?
Gavin kemudian membalik tubuh Cheryl, lalu menghapus air mata yang membasahi wajahnya, dan mengangkat dagunya.
"Tidak ada kebahagiaan yang terlahir tanpa adanya luka, jika saat ini kau sedang terluka mungkin saja lukamu adalah pintu kebahagiaan bagimu. Apa kau sudah lupa pada janjiku? Meskipun aku tahu, ini berat dan tak mudah, karena hubungan ini dianggap tabu. Tapi aku yakin, pasti ada tujuan dari setiap pertemuan, dan pertemuan kita bukanlah kebetulan semata. Tuhan mempertemukan dan menumbuhkan rasa di hati kita, merupakan bagian alur kehidupan yang harus kita lalui. Aku sudah berjanji akan memperjuangkanmu, kau mau kan berjuang bersamaku melalui alur yang rumit ini?"
Cheryl pun menganggukkan kepalanya. "Iya Om, sekarang Om masuk saja. Aku tidak apa-apa, aku tidak ingin ada yang curiga."
"Tapi.., "
"Om, tolong masuklah. Aku tidak ingin ada yang curiga, aku baik-baik saja. Tolong Om..."
"Baiklah, tapi satu pesanku tolong ingat kata-kataku, aku akan selalu mempertahankan dan memperjuangkanmu."
Cheryl lalu menganggukkan kepalanya sambil mengulas senyum tipis di bibirnya, berharap agar Gavin tidak khawatir padanya. Melihat senyuman di wajah Cheryl, Gavin pun ikut tersenyum.
"Aku masuk ke dalam dulu, Sayang."
"Iya Om."
Gavin kemudian masuk ke dalam rumah, sedangkan Cheryl hanya menatap kepergiannya. "Memang, tidak semua skenario kehidupan berjalan seperti yang kita inginkan, dan sejak awal ini memang salahku yang sudah mencintai hati yang semestinya tak layak kumiliki. Dan saat ini posisiku sebagai seorang antagonis yang sudah tega merampas kebahagiaan dua insan manusia yang tak berdosa. Tuhan sehina inikah diriku?" ucap Cheryl. Dia kemudian menjatuhkan tubuhnya ke atas tanah sambil terisak.
***
Gavin masuk ke dalam rumahnya, lalu mendekat ke arah Diandra dan berbisik padanya. "Diandra, aku ingin bicara denganmu!"
"Gavin, apa belum cukup permainan kalian dari tadi malem sampe pagi? Pelit banget sih, pinjem Diandra sebentar aja ga boleh," sahut Lina.
"Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengan Diandra, Ma," jawab Gavin. Dia kemudian menarik tangan Diandra masuk ke dalam kamarnya, sementara orang-orang yang ada di ruangan itu tampak meledek mereka berdua, bertepatan dengan kedatangan Cheryl di ruangan itu yang membuat Cheryl semakin terluka mendengar celotehan mereka.
Ceklek
Gavin masuk ke dalam kamar diikuti Diandra di belakangnya. "Ada apa, Mas? Apa kau merindukan aku?" rayu Diandra sambil mendekat ke arahnya dan memperlihatkan gerakan sensual. Gavin pun hanya tersenyum kecut, lalu memundurkan langkahnya.
"Kau sebenarnya kenapa, Mas? Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini padaku? Kenapa kau jadi mengabaikanku seperti ini?"
"Aku mengabaikanmu? Apa kau tidak sadar kau juga sudah melakukan ini padaku selama dua tahun? Apa kau tidak pernah menyadari itu?"
"Mas..."
"Apa? Kau mau membela diri? Alasan apa yang mau kau berikan padaku? Sekarang kutanyakan padamu, apa kau pernah melakukan kewajiban sebagai seorang istri? Apa kau pernah ada saat aku dan Frizz membutuhkanmu? Aku sudah sangat lelah dan muak dengan semua sikapku, Diandra! Aku seorang lelaki yang punya batas kesabaran!"
"Tapi Mas, aku punya alasan melakukan itu semua. Bukannya mas tau kalau aku ingin mengejar karirku? Karir yang aku inginkan dan sempat tertunda karena menikah denganmu."
"Karir, karir, karir? Apa hanya itu yang ada di pikiranmu, sehingga kau mengabaikan kewajibanmu sebagai seorang istri?"
"Kenapa kamu nggak bisa mengerti aku, Mas?"
"Hai jangan pernah lupa! Aku selalu mengalah dan mengerti keadaanmu, Diandra! Tapi tidak denganmu! Aku hanya minta sedikit pengertian darimu, hanya sedikit! Tapi kau tidak pernah melakukan semua itu!"
"Aku selalu mencoba mengerti keadaanmu, dan selalu berusaha menjadi istri yang baik bagimu, Mas!"
"Cih! Apa kau tidak malu berkata seperti itu, Diandra! Sekarang sebutkan bentuk kepedulianmu padaku?"
Diandra pun hanya terdiam. "Coba jawab, bukankah itu pertanyaan mudah kalau saja kau pernah melakukannya? Sekarang coba kau ingat kembali, bahkan sudah dua tahun lamanya, hanya sekedar menemaniku makan malam ataupun sarapan pun kau tidak pernah melakukannya kan? Bentuk perhatian kecil yang paling mudah pun tidak pernah kau lakukan. Dan kau masih menganggap dirimu istri yang baik? Kau benar-benar tidak tahu diri, Diandra!"
"Massss, tolong jangan berkata seperti itu, tolong mengertilah..."
"Cukup Diandra! Hiduplah dengan keegoisanmu itu karena aku sudah tidak tahan hidup denganmu! Aku sudah mengambil keputusan untuk menceraikanmu Diandra! Aku akan menceraikanmu!" teriak Gavin dengan begitu menggelegar.
Mendengar teriakan Gavin, sontak Diandra pun hanya bisa terdiam, tatapan matanya kosong, tubuhnya bergetar seakan dialiri listrik. Tiba-tiba matanya terpejam dan tubuhnya terkulai lemas di atas lantai.
"Diandra!" teriak Gavin.
***
Sontak teriakan Gavin membuat semua orang yang di lantai bawah terkejut. Semua orang saling berpandangan, kecuali Cheryl yang memejamkan matanya.
'Oh tidak,' batin Cheryl.
"Cheryl apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Hana.
"Apa hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja?" tambah Riana.
"Cheryl, apa mereka sedang ada masalah?" tanya Lina. Cheryl yang diberondong berbagai pertanyaan kini terlihat begitu salah tingkah. Apalagi, dia juga sebenarnya telah menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Diandra dan Gavin.
"Cheryl, tolong jawab pertanyaan kami. Sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga Diandra dan Gavin?" Kali ini, Adam kakeknya yang bertanya.
"Emh..., e-itu..." Saat baru saja akan membuka suaranya, tiba-tiba sebuah suara mengagetkan mereka semua.
"Ini semua salah Mama! Mama nggak pernah ada waktu buat Papa sama Frizz! Mama juga jarang pulang ke rumah! Bahkan waktu Frizz sakit, mama juga nggak mau pulang, malah pergi ke luar negeri! Selama ini yang nemenin Frizz cuma Kak Cheryl sama Papa! Bahkan... "
"Frizz..." tegur Cheryl sambil menggelengkan kepalanya dan menempelkan telunjuknya.
"Cheryl, tolong katakan pada kami apa yang dikatakan oleh Frizz itu benar? Apa Diandra tidak pernah pulang ke rumah? Apa dia juga tidak pernah memperhatikan putraku dan cucuku?" sahut Lina.
"Sebaiknya, nanti biar Om Gavin Dan Tante Diandra yang memberikan penjelasan, memang hubungan mereka sedikit merenggang, itu saja yang aku tahu," jawab Cheryl, mencoba untuk bersikap netral. Meskipun tak dapat dipungkiri jika rasa bersalah kini menyelimuti hatinya. Dia tidak mau seolah memberi kesan negatif pada Diandra. Ya, untuk saat ini memang belum ada yang tahu tentang hubungannya dengan Gavin, tapi saat semua orang sudah tahu, mungkin pola pikir mereka akan berbeda pada Cheryl, jadi lebih baik dia memilih bersikap netral dan tidak membentuk asumsi negatif pada Diandra dihadapan semua orang.
Saat masih diselimuti suasana yang begitu kacau tiba-tiba suara bel pun terdengar. Bi Asih kemudian bergegas membuka pintu, dan tak berapa lama Dokter Sam pun masuk ke dalam rumah itu.
"Selamat siang," sapa Dokter Sam pada semua orang yang ada di ruangan tersebut.
Kedatangan Dokter Sam membuat semua orang bertanya-tanya. Namun, belum sempat mereka menanyakan kedatangan Dokter Sam, dokter itu sudah berlalu masuk ke dalam kamar Gavin.
"Selamat siang, Tuan Gavin."
"Selamat siang Dokter, tiba-tiba saja istri saya pingsan. Tolong periksa keadaannya."
"Baik Tuan Gavin."
Dokter Sam lalu memeriksa keadaan Diandra, setelah selesai senyum pun tersungging di bibir dokter paruh baya tersebut.
"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?"
"Istri anda tidak apa-apa. Tuan Gavin, kemungkinan saat ini dia sedang hamil, tapi untuk lebih jelasnya lebih baik anda memeriksakan keadaannya pada Dokter Spesialis Kandungan."
"Apa? Diandra hamil, Dok?"
"Kemungkinan seperti itu, Tuan Gavin. Kemungkinan istri anda sedang hamil."
'Hamil? Bagaimana mungkin? Bahkan aku tidak pernah menyentuhnya, memang dua minggu yang lalu kami pernah berhubungan badan. Tapi apakah bisa secepat itu?' batin Gavin.