NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Bab 22

...“Hadiah macam apa itu… bikin kepala aku pusing. Kamu memang selalu saja bersikap seenaknya.”-Revana-...

Mentari pagi menembus celah jendela besar, menghangatkan ruangan yang semalam terasa begitu dingin. Udara pegunungan segar, burung-burung berkicau riang, kontras dengan hati Revana yang masih diliputi rasa canggung setelah malam panjang yang mereka lalui.

Revana sudah lebih dulu bangun. Dengan langkah pelan, ia membereskan koper yang ternyata sudah disiapkan Adrian, merapikan baju yang semalam berserakan. Wajahnya tampak berusaha tenang, meski sesekali pipinya merona ketika mengingat kembali momen-momen yang tak mungkin ia sangkal.

Adrian keluar dari kamar mandi dengan kemeja santai, rambutnya masih agak basah. Dia terlihat segar, namun sorot matanya tetap tajam mengawasi gerak-gerik Revana.

“Kenapa buru-buru beresin koper?apa kamu Takut aku tahan kamu lebih lama di sini?” kata Adrian dengan nada menggoda.

Revana melirik sekilas, lalu berpura-pura sibuk kembali.

“Bukannya begitu. Saya… eh—aku pikir kita harus kembali. Besok Senin, banyak kerjaan yang menunggu di kantor.”

Adrian mendekat, mengambil bajunya yang tergantung, lalu berhenti tepat di samping Revana.

“Kerjaan itu bisa menunggu. Tapi aku nggak tahu, apakah hatimu bisa terus aku tunggu.”

Revana terdiam, tangannya yang melipat pakaian mendadak kaku. Ia menoleh perlahan, menatap wajah Adrian.

“Kenapa sih selalu bicara seperti itu? Kamu bikin semuanya jadi sulit.”

Adrian tersenyum tipis, lalu meraih koper Revana dengan tangannya.

“Kalau sulit, biar aku yang permudah. Tugasmu cuma satu… jangan tinggalkan aku.”

Revana menatap Adrian pias, kalimatnya seolah seperti hanya bualan, tapi Revana akan mencoba meyakinkan dirinya, bagaimanapun juga kejadian semalam membuat Revana seolah sudah terikat dengan Adrian.

Kesuciannya sudah direbut Adrian begitu saja.

Setelah sarapan singkat, mereka pun meninggalkan villa. Mobil Adrian melaju menuruni jalan berliku puncak dengan pemandangan hamparan hijau. Revana duduk di kursi penumpang, menatap keluar jendela, berusaha mengalihkan hatinya yang terus berdebar.

Sesekali Adrian melirik, lalu tersenyum puas. Baginya, akhir pekan ini adalah langkah besar. Ia yakin, Revana sudah semakin sulit untuk melepaskan dirinya.

Mobil Adrian melaju dengan stabil menembus jalanan kota yang mulai ramai menjelang siang. Sepanjang perjalanan, suasana sempat hening. Revana duduk di sampingnya, sesekali menatap keluar jendela, menyembunyikan wajahnya yang masih sedikit memerah setiap kali teringat kebersamaan mereka di villa.

Adrian, meski tampak tenang, beberapa kali melirik ke arahnya. Ia senang melihat Revana tak lagi sepenuhnya kaku seperti dulu, meskipun tatapan galaknya kadang masih muncul.

“Jangan terlalu banyak pikiran. Aku cuma ingin kamu tenang. Anggap saja akhir pekan kemarin… hadiah untukmu.” ucap Adrian santai, sambil fokus menyetir.

Revana meliriknya cepat, lalu mendengus pelan.

“Hadiah macam apa itu… bikin kepala aku pusing. Kamu memang selalu bersikap seenaknya.”

Adrian tersenyum kecil, tidak membalas dengan kata-kata, hanya menggeleng sambil menahan tawa. Bagi Adrian, setiap kalimat ketus Revana terdengar manis.

setelah menempuh perjalanan lumayan panjang, kini mobil berhenti di depan rumah sederhana milik Revana. Gadis itu segera melepas sabuk pengamannya.

“Terima kasih… sudah mengantar aku pulang.”

Adrian menoleh penuh arti, menahan tangannya di kemudi.

“Kamu yakin nggak butuh aku masuk sebentar? Siapa tahu kamu masih kangen aku.”

Revana berdecak, buru-buru membuka pintu.

“Sudah cukup, terimakasih. Lebih baik kamu pulang, anak-anak pasti udah nungguin.”

Adrian terkekeh, lalu menunduk sedikit.

“Baiklah, aku pergi. besok aku jemput kamu pagi-pagi ya...tolong masakin sarapan buat aku.”

Revana mendesah pasrah, ia hanya mengangguk singkat, lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Dari balik pintu, ia bisa merasakan jantungnya berdebar keras, mencoba menenangkan diri.

Setelah mengantar Revana, Adrian langsung melanjutkan perjalanan ke rumah orangtuanya. Mobilnya masuk ke halaman rumah besar itu, terlihat Alesya dan Andrew berlarian kecil di taman depan. Begitu mobil terparkir, Andrew langsung berlari menghampiri.

“Papiii! Akhirnya Papi pulang juga!” sambut Andrew riang.

Adrian tertawa kecil, mengangkat tubuh putranya dengan penuh kasih sayang.

Sementara Alesya hanya tersenyum manis, mendekat dengan wajah sedikit manja.

“Papi kemana saja, sih? kok tumben weekend ini Papi pergi ?” tanya Alesya keheranan.

Adrian mengusap kepala putrinya penuh sayang, rasa lelah di wajahnya seketika sirna melihat anak-anaknya begitu ceria.

“Maaf, sayang. Papi ada urusan. Tapi sekarang papi sudah di sini, untuk kalian.” jawab Adrian lembut.

⚘️

⚘️

Sore itu suasana rumah besar itu terasa hangat. Andrew masih riang bercerita pada Adrian tentang hobinya berenang, sementara Alesya menemaninya duduk di teras. Tiba-tiba suara klakson mobil terdengar dari depan gerbang. Adrian menoleh, wajahnya langsung berubah serius.

Sebuah mobil putih mewah berhenti, dari dalamnya keluar Nadya dengan wajah dingin dan langkah cepat. Anak-anak yang melihat ibunya spontan kaget, raut wajah mereka tidak menunjukkan kerinduan, melainkan canggung.

Nadya menatap tajam.

“Ayo, Alesya, Andrew. Kalian ikut mama pulang sekarang.” tanpa mengucapkan salam atau basa basi, Nadya langsung mengajak anak-anaknya pulang.

Alesya dan Andrew menatap Ibunya dengan wajah bingung.

“Mama? Tapi kami sudah nyaman di sini…” jawab Alesya lirih.

Andrew justru bersembunyi di belakang tubuh Adrian, memegang celana ayahnya erat-erat.

Nadya berjalan cepat ke arah Andrew, lalu dengan nada keras ia berkata.

“Andrew! Jangan manja begitu. Ayo ikut mama pulang! Jangan bikin repot orang lain!”

Suara bentakannya membuat Andrew langsung menangis keras, tubuh kecilnya gemetar.

“Nggak mau! Andrew mau sama papi! Nggak mau ikut mamaaa!”

Adrian yang sejak tadi menahan emosi akhirnya maju, berdiri menghadang Nadya.

Adrian menatap tajam istrinya.

“Nadya! Apa-apaan kamu bentak anak-anak seperti itu ? Lihat, Andrew sampai ketakutan begitu!”

Nadya membalas ketus.

“Aku hanya bawa anak-anak pulang ke rumah. Mereka sudah terlalu lama disini.!”

Rahang Adrian mengeras, menahan emosi.

“Aku nggak akan biarkan kamu menyeret mereka pulang kalau cuma mau diperlakukan kasar dan diabaikan. Mereka bukan boneka yang bisa kamu tarik-ulur seenaknya!”

Tangisan Andrew semakin keras, membuat Maria dan Gerald yang mendengar dari dalam rumah segera keluar. Maria langsung memeluk cucunya, mencoba menenangkan.

“Nadya, cukup! kamu bisa bawa pulang anak-anak dengan cara yang baik, bukan begini. Jangan kamu rusak dengan sikapmu yang egois.” ucap Maria tegas, menatap Nadya dengan sorot mata tajam.

Nadya terdiam sejenak, wajahnya memerah menahan malu sekaligus marah. Namun ia tahu, keberadaannya kali ini memang didorong oleh ibunya, bukan keinginan tulus dari hatinya.

“Kalau kamu benar-benar mau anak-anak ini pulang, buktikan dulu kamu bisa jadi ibu yang mereka butuhkan. Jangan datang hanya untuk bentak-bentak mereka, Nadya.” Adrian menurunkan suaranya, tapi penuh penegasan.

⚘️

⚘️

⚘️

Bersambung....

1
Ma Em
Sudahlah Revana terima saja Adrian dan menikahlah dgn Adrian .
Ma Em
Revana sdh terima saja pemberian Adrian karena kamu emang membutuhkan nya , lbh baik cepatlah halalkan segera hubungan Revana dgn Adrian .
Ma Em
Adrian kalau benar serius dgn Revana segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn ditunda lagi , semoga Revana bahagia bersama Adrian .
Ma Em
Adrian segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn cuma janji 2 doang buat Revana hdp nya bahagia cintai dan sayangi Revana dgn tulus .
Ma Em
Semangat Revana tunjukan pesonamu pada sang calon mertua agar mereka bisa melihat ketulusan dan kebaikan hatimu Revana 💪💪💪
Ma Em
Ya terima saja Revana lamaran Adrian lagian Revana tdk salah2 amat karena emang Adrian sdh tdk bahagia hdp bersama istrinya karena istrinya Adrian tdk mau mengurusi suami juga anak2 nya .
Ma Em
Bagaimana Adrian tdk terpesona sama Revana jika Adrian selalu diperhatikan dan dilayani setiap keperluannya sangat berbeda jauh dgn sikap istrinya Adrian yaitu Nadya yg tdk pernah diperhatikan dan dilayani dgn baik sama istrinya
Ma Em
Pantas Adrian cari perempuan lain yg membuatnya nyaman , dirumah nya selalu dicuekin sama Nadya istrinya dan tdk pernah diurus semua keperluan suami dan anak2 nya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!