Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemb*nuhan Berantai
Malam tak berbintang, itu sudah biasa di langit perkotaan. Tapi, malam tanpa kejadian yang mengerikan itu sungguh anugrah. Kota ini hampir tiap hari ada saja hal yang tidak enak untuk didengar. Pel*cehan!! Perampokan!! Hal berbau kriminal lainnya tentu sudah tak asing di kota ini. Terutama pembunuhan.
Paling sedikit, seminggu hanya ada satu korban pembunuhan. Pernah selama satu bulan penuh pembunuhan terjadi hampir setiap hari. Pembunuhan berantai? Atau ada sekelompok orang jahat? Semua asumsi dan tim penyelidik telah dikerahkan, namun hasilnya nihil.
Semua kasus pembunuhan yang terjadi di kota ini hanya beberapa persen saja yang bisa membekuk tersangka. Sisanya, masih menyisakan tanda tanya besar.
"Apa kalian sudah mendengarnya, semalam polisi menemukan mayat seorang wanita yang setengah tubuhnya terkubur di tanah dalam keadaan setengah tel*njang. Wajahnya di rusak sampai tidak bisa dikenali lagi, p*tingnya juga hilang dan bagian Miss-nya ditusuk dengan besi yang dipanaskan."
"Aku juga sudah mendengar dan melihat beritanya. Kenapa harus muncul kasus seperti ini lagi, bikin merinding saja."
"Benar-benar, apalagi shift kerjaku kadang siang kadang malam. Kalau kebagian Shift siang sih tidak masalah, tapi kalau malam hari, sepertinya aku harus berpikir dua kali."
"Sebaiknya kau keluar saja dan cari pekerjaan lain,"
"Ya, itu juga yang aku pikirkan."
Mendengar perbincangan dua wanita yang duduk tak jauh dari mejanya membuat Serra merinding sendiri. Ini memang bukan pertama kalinya ada kasus semacam itu, akan tetapi sudah lama tak terdengar polisi menemukan korban pembunuhan dengan cara mengenaskan seperti itu.
Mereka lebih dulu diperk*sa, lalu disiksa sebelum akhirnya dihabisi. Dan yang selalu menjadi korbannya adalah perempuan usia kisaran 17 sampai 35 tahun.
"Kak, ayo pulang saja. Sudah hampir senja, biasanya pembunuh itu kelayapan saat senja menjelang malam. Aku tidak mau mati konyol seperti perempuan-perempuan kurang beruntung itu."
"Lalu bagaimana dengan makanan yang sudah kita pesan?" Johan menunjuk semua makanan yang sudah mereka pesan.
"Tinggal bayar saja kok repot,"
"Lalu bagaimana jika Lucas datang dan kita tidak ada?"
"Aku akan menghubunginya dan memberitahunya jika kita sudah pulang. Ayo, Kak. Jangan buang waktu lagi, aku tidak mau sampai jadi korban pembunuh gila itu. Apalagi aku dengar dia itu mengincar wanita-wanita cantik sepertiku ini." Ujarnya.
"Iya, iya. Sebenar, aku bayar dulu dan minta mereka supaya membungkusnya saja. Sayang kan kalau terbuang percuma, jadi lebih baik dibungkus saja." Ujar Johan menimpali.
Serra menatap kakaknya itu dengan sinis. Kenapa Johan begitu pelit, padahal cuma beberapa makanan saja dan jumlah uang yang perlu dibayarkan juga tidak seberapa, dari pada dibungkus bawa pulang bukankah lebih baik dibungkus lalu berikan pada yang membutuhkan?!
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Johan merasa risih ditatap dengan sinis oleh Serra.
"Dasar pelit, kenapa kau perhitungan sekali sih. Bungkus dan berikan pada orang-orang yang kelaparan di jalanan dari pada harus dibawa pulang. Bikin malu saja!!" Ujar wanita itu setengah menggerutu.
Ting...
Lonceng diatas pintu cafe berbunyi, menandakan ada pelanggan yang datang. Seorang lelaki tampan terlihat melenggangkan kedua kakinya menghampiri salah satu meja dimana terdapat dua orang berbeda gender yang sedang berdebat, siapa lagi mereka jika bukan Serra dan Johan.
Pria itu mendengus geli, melihat bagaimana Johan yang hanya bisa terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa karena diomeli oleh Serra. Perempuan bar-bar itu membuat sang kakak tidak berkutik sama sekali.
"Apa yang kalian perdebatkan?" Tegur Lucas menengahi mereka berdua. Kemudian Lucas duduk di kursi kosong samping Serra.
"Kenapa kau malah datang, padahal kita berdua mau pulang," protes Nara pada suaminya.
Lucas memicingkan matanya. "Kenapa?" Dia menatap sang istri dengan heran.
"Dia ketakutan karena kasus pembunuhan semalam. Jangan bilang jika kau belum mendengarnya." Ucap Johan seraya menatap Lucas tak percaya.
"Kasus yang mana? Bukankah banyak kasus yang terjadi selama sepekan ini, atau tentang penemuan mayat wanita yang setengah tubuhnya terkubur itu?" Tebak Lucas 100% benar.
"Ya, yang itu." Johan membenarkan.
Kejadian semalam memang sangat menggemparkan. Para orang tua yang memiliki anak perempuan yang lebih banyak melakukan aktifitas di luar rumah seperti bekerja, les malam, tentu menjadi sangat khawatir. Apalagi sampai sekarang belum ditemukan titik terangnya.
Sepertinya Lucas harus turun tangan langsung untuk menindak masalah ini. Karena jika dibiarkan akan semakin banyak orang tidak bersalah menjadi korban.
Dan dengan menggunakan sedikit kekuasaannya, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Apalagi ada seseorang yang ingin sekali Lucas lindungi, dan dia tidak terima jika dia turut menjadi korban juga.
"Tidak perlu cemas, selama aku ada disini, semua akan baik-baik saja. Tidak ada yang bisa menyakiti apalagi melukaimu, kau akan aman selama berada di dekatku dan aku pasti akan selalu melindungimu." Ujar Lucas mencoba menenangkan ketakutan Serra.
"Nah, kau dengar sendiri bukan. Lucas pasti akan melindungimu, jadi jangan cemaskan apapun. Sebaiknya sekarang kita makan saja dengan tenang." Ucap Johan menambahkan.
Serra menghela napas panjang. Wanita itu kembali duduk dan mulai menikmati makanannya. Meskipun di dalam hatinya dia merasa risau dan tidak tenang. Akan tetapi dia mencoba bersikap biasa saja dan tidak menunjukkan ketakutannya di depan Lucas dan kakaknya.
Lagipula siapa juga yang tidak akan ketakutan saat mendengar berita mengerikan semacam itu?! Terutama orang yang normal.
-
-
Miku menghampiri pria yang selalu dia panggil Paman itu. Gadis kecil itu menatap si pria penuh tanya. Pasalnya dia pulang setelah tidak pulang dari kemarin malam. Ada noda darah di pakaiannya yang sudah mengering, juga ada luka bekas cakaran perempuan di-wajah dan lehernya.
Gadis kecil itu menghentikan langkah si Paman dan menatapnya penuh tanya."Paman, kau dari mana saja, kenapa baru pulang? Semalam Paman tidur dimana dan kenapa kau terluka?" Tanya Miku penasaran.
Si Paman menggeleng. "Paman tidak apa-apa, Miku. Cuma terjatuh saja dan terkena ranting, Paman bekerja makanya tidak pulang dari semalam. Oya, Paman sudah membayar uang sekolah Miku dan ini makanan, bagi dengan teman-temanmu ya." Si Paman menyerahkan makanan yang dia beli pada Miku. Gadis kecil itu mengangguk.
Selepas kepergian Miku. Seorang pemuda menghampirinya. "Apa itu perbuatanmu? Kenapa kau melakukannya lagi, bagaimana jika kau sampai tertangkap dan dip*njara? Bagaimana dengan Miku dan anak-anak yang lain?!" Tanya pemuda itu.
"Diamlah dan jangan ikut campur!! Aku membutuhkan uang, dan pria itu tidak mau membantuku jika aku tidak melakukan sesuatu untuknya. Jika bukan karena terpaksa, aku tidak sudi mengambil pekerjaan kotor seperti itu!!" Ujar pria itu dengan emosi.
"Siapa yang kau temui? Aku yakin bukan Tuan yang kau temui, tetapi Bos lamamu yang seperti iblis itu kan?!"
"Aku terlalu malu dan tidak memiliki muka lagi di depannya. Aku sudah mengkhianatinya, jadi mana mungkin dia mau membantuku. Sudahlah, aku lelah. Jangan menggangguku lagi!!" Ucapnya dan pergi begitu saja.
-
-
Bersambung.