Namanya Rahayu yasmina tapi dia lebih suka dipanggil Raya. usianya baru 17 tahun. dia gadis yang baik, periang lucu dan imut. matanya bulat hidungnya tak seberapa mancung tapi tidak juga pesek yah lumayan masih bisa dicubit. mimpinya untuk pulang ketanah air akhirnya terwujud setelah menanti kurang lebih selama 5 tahun. dia rindu tanah kelahirannya dan diapun rindu sosok manusia yang selalu membuatnya menangis. dan hari ini dia kembali, dia akan membuat kisah yang sudah terlewatkan selama 5 tahun ini, tentunya bersama orang yang selalu dia rindukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13_Kepo
" Makin hari kantin makin pengap. Apa perlu kita usulan buat bikin kantin di area terbuka?" Ciko mengibaskan tangannya dengan dua kancing teratas terbuka. Hanya Sebotol air mineral yang dia sempat beli di kantin tadi. Mengingat kantin yang sangat penuh dan mengantri, di tambah geng cabe cabean yang ngaku fansnya Hito membuat kantin itu seperti pasar. Di penuhi orang dan berdesak desakkan.
Hito dan Rian, kedua temannya itu tak mengindahkan ucapan Ciko yang semakin ngaur. Kini ketiganya tengah duduk selonjoran dibawah pohon rindang, bersembunyi dari adek adek gemes yang selalu ngintilin Hito.
" Laper gue," Ucap Ciko.
" Nih ada rumput, mau?" Tawar Rian. Ciko ingin menempeleng kepala temannya yang satu itu, membuat Rian terbahak karena aksi Ciko gagal sebelum tangannya menyentuh kepalanya.
" Setahun lagi. Kuat kuat kita disini. Tar kita semua bisa bebas dari adek gemes. Iya nggak To?"
" To?" Rian menjentikkan tangannya tepat di depan Hito membuat pria yang tadi mengabaikannya kini menoleh kearahnya.
" Lo kenapa To?" Tanya Ciko. Dia menggeleng namun matanya kembali fokus lurus kedepan ke arah yang dia lihat sebelumnya, Ciko dan Rian pun ikut melihat kearah yang Hito tuju.
" Anjir Si Dirga tuh?" Pekik Ciko. Rian yang duduk tepat di sampingnya langsung membekap mulut comel temannya yang satu itu, lalu melirik Hito dengan hati hati.
Pria itu masih terdiam. Memperhatikan dengan seksama kedekatan antara Raya dan Dirga yang dapat dia lihat langsung dari jendela. Raya tersenyum bahkan tertawa renyah, membiarkan pria yang bernama Dirga itu melihat senyum manisnya.
" Mata si Hito tajam amat, ya? Bisa tau kalau tuh si Dirga lagi deketin Raya." Bisik Ciko.
" Tau sendiri kan Hito itu orangnya kaya gimana. Jangankan Raya sama Dirga nenek moyang lo yang udah meninggal pun Hito tau keberadaannya."
" Serius? Emang Hito indigo, apa punya indra keenam kaya di YouTube YouTube gitu? Kok dia sampe tau keberadaan nenek moyang gue?"
" Jangankan Hito gue juga tau nenek moyang lo ada dimana Ko."
" Serius?" Takjub Ciko " kenapa lo pada nggak pernah ngasih tau gue kalo kalian punya ilmu kaya gini?"
" Lo penasaran nenek moyang lo ada dimana?" Ciko mengangguk " Sini," Ujar Rian menyuruh Ciko mendekat kearahnya " Di kuburan." Ciko mendengus melihat Rian yang berhasil menjahilinya. Kini Rian tengah terbahak dengan salah satu tangan yang memegangi perutnya.
" Wkwkwk. Muka Lo Ko asem bener dah. Hahahaha!" Rian terus tertawa memukul mukul tanah karena tidak kuasa melihat wajah Ciko.
" Kampret. Gue pikir beneran. Bangke lo!" Maki Ciko marah.
" Lagian lo kaya Bocil, Mau aja ditipu." Rian masih saja terbahak. Bahkan matanya sampai mengeluarkan cairan bening seperti keristal.
" Diem lo!" Sentak Ciko semakin marah " Eh To mau kemana Lo?" Tanya Ciko. Pria itu tidak mengindahkan pertanyaan Ciko, kakinya terus melangkah meninggalkan temannya yang menatapnya bingung.
" Udah bangke jangan ketawa aja. Noh si Hito kenapa? Gue panggil diem aja, kesambet tuh anak?"
" Mana gue tau. Yaudah ayo kita susul " Ciko dan Rian pun menyusul Hito yang lebih dulu pergi, Mengikutinya dari belakang seperti penguntit.
Raya membenamkan wajahnya diantara buku bukunya. Senyumnya tak pernah pudar. Entah apa yang terjadi padanya, hatinya tiba tiba menghangat mendapatkan perhatikan dan perlakuan manis yang Dirga berikan padanya.
" Ya Tuhan. Please jangan bikin jantung Raya maraton." Doanya. Bibirnya kembali tersenyum mengingat perlakuan manis Dirga tadi.
Raya mengangkat kepalanya saat mendengar seseorang mengetuk kaca jendela yang tepat di sampingnya. Matanya nyaris melotot sempurna dengan bibir yang terbuka karena terkejut, tapi akhirnya Raya bersikap sebiasa mungkin.
" Ngapain lo kesini?" Raya kesal karena Hito tak mau menjawabnya justru pria itu semakin kencang mengetuk kaca jendelanya membuat Raya mau tak mau harus membuka jendela.
" Apa?" Tanya nya ketus.
" Dia ngomong apa saja sama Lo?" Tanya Hito to the point.
" Dia? Maksud lo Dirga?" Hito mengalihkan pandangannya sesaat lalu kembali menatap Raya " Iya Cowok itu."
" Dirga. Namanya Dirga!"
" Bodo!" Raya mendesis mendengar jawaban dari pria yang tepat berada di depan nya. Diapun memilih untuk kembali membaca buku pelajarannya sembari menunggu Gita yang tak kunjung datang.
" Gue tanya sekali lagi. Lo ngomongin apa aja sama dia?" Raya menghembuskan nafasnya kasar lalu tersenyum terpaksa padanya " Hito yang baik, yang soleh yang pinter lebih baik lo balik kekelas gih. Bentar lagi bel masuk. Huss huss!" Usir Raya mengibaskan tanganya.
Bukannya pergi Hito justru menyandarkan tubuhnya pada jendela itu. Matanya masih memperhatikan Raya yang tengah asik membaca.
" Lo serius lagi baca?"
" Menurut Lo?"
" Bukunya kebalik!" Skak mat. Sontak Raya pun segera membalikkan buku pelajarannya itu. Malu bersatu dengan gengsi, Raya merutuki dirinya sendiri. Langkah pertamanya untuk mengabaikan Hito gatot alias gagal total.
" Jangan ketawa Lo!" Raya mengesah kasar. Matanya terpejam sesaat lalu terbuka dengan bibir yang mengerucut.
" Siapa yang ketawa?" Sangkal Hito memasang wajah dingin. Hembusan angin dari taman menerpa wajah mereka membuat rambut Raya tersapu dan mengayun indah.
" ngapain liat liat?" Tanya Raya dengan galak. Kali ini dia harus bisa lebih tegas. Jangan biarkan Hito kembali merusak pikirannya.
" Gue punya mata."
" Gue juga tau."
" Terus ngapain Lo nanya?" Tanya Hito balik.
" Ya... Ya ini kan mulut gue. Jadi bebas dong mau nanya apa enggak," Balas Raya tak mau kalah.
" Ini juga mata gue. Jadi bebas dong gue mau liat apa aja juga!" Ucap Hito membalikkan ucapan Raya.
Raya geregetan dengan perkataan Hito, hatinya sudah mulai panas ingin memaki pria yang tepat berada di depannya ini. Tapi dia harus bisa mengontrol dirinya " Udah udah. Lo, balik aja sono ke kelas lo. jangan gangguin gue." Usir Raya kembali.
" Gue nggak bakalan pergi sebelum Lo ngasih tau apa yang baru saja lo obrolin sama dia."
" Cieee kepo, anda penasaran?" Ucap Raya menggoda " nggak bakal gue kasih tau!" Lanjutnya sedetik kemudian dengan garang.
" Awas!" Raya ingin menutup jendela itu namun Tangan Hito mencegahnya.
" Jawab dulu,"
" Nggak!"
" jawab!"
" Nggak. Nggak. Nggak. Sampe lebaran monyet pun gue nggak bakal kasih tau Lo!" Balas Raya bersikeras.
" Nduut." Panggil Hito dingin.
" Nggak takut gue. Awasin tangan lo!" Raya kembali berusaha melepaskan tangan Hito dari jendela meskipun hanya dengan tangan kirinya " mumpung lo ada disini Pulang sekolah jangan nungguin gue. Gue balik bareng Dirga. Bye!" Dengan sekali hentakan tangan Hito berhasil terlepas dari jendela. Jika saja dia telat sedikit menarik tangan dari kusen jendela mungkin jemarinya sudah terjepit dan menjadi pengganjal jendela.
" Dasar Gendut!" Maki Hito. Dia mengusap dadanya beberapa kali bersyukur tangannya dan jemarinya masih sehat wal afiat. Jika saja dia tidak cepat, mang Kabir akan kembali bertamu ke rumahnya.
Raya memeletkan lidah, tersenyum mengejek " SUKURIN!" ucapnya mencibir. Hito mendengus lalu mengangkat tangannya yang terkepal, memberitahukan pada Raya bahwa urusannya belum selesai.
Seneng gue liat muka keselnya. Sorak gembira hati Raya.