Memuaskan Nafsu Kakak Ipar

Jika mama melihat ada yang mencurigakan, jangan langsung pulang ke rumah. Pergilah menghilang ke tempat lain sampai keadaannya aman. Nanti anak buah Niko akan menemani mama dari kejauhan," ucap Niko mewanti-wanti mamanya.

***

Saat Ibu Mita sedang di perjalanan mau pulang, dia tak sengaja bertemu dengan Boy dan juga Brian. Untung saja Ibu Mita pulang menggunakan kaca mata hitam dan juga masker, sehingga wajahnya tidak dikenali oleh Boy dan juga Brian.

Keesokan harinya, Cella yang sudah tidak sabar dengan wajah barunya, merasa deg-degan saat dokter Kim masuk kedalam ruangannya.

"Selamat pagi dokter Kim," sapa Niko berdiri menyambut kedatangan dokter bedah plastik tersebut.

"Selamat pagi bapak Niko. Hari ini, kita akan membuka perban wajahnya. Mari sama-sama kita saksikan sama-sama bagaimana bentuk wajah Ibu Cella setelah ini," jawab Dokter Kim sembari jalan menghampiri Cella.

"Ibu Cella, kita akan membuka perbannya sekarang. Apa anda siap?" tanya Dokter Kim kepada Cella.

"Siap Dokter. Saya siap sekali," jawab Cella mengangguk dengan wajah yang masih di tutupi perban.

"Baik, kalau gitu mari langsung saja," balas Dokter Kim mulai melakukan pekerjaannya.

Dokter Kim pun mulai menggunting ujung perban dan melepasnya secara perlahan di wajah Cella.

Pelan tapi pasti, perban-perban itu mulai terbuka sedikit demi sedikit.

Tak bisa di pungkiri, Cella, Niko, dan juga Ibu Mita sangat merasa deg-degan menunggu semua perban itu lepas, dan akhirnya...

"Cella kamu," ucap Niko tak percaya.

"Kenapa kak?" tanya Cella cemas.

"Lihat saja hasilnya," jawab Dokter Kim memberikan sebuah kaca berukuran sedang.

Cella kemudian mengambilnya dan mengarahkan kaca tersebut ke wajah barunya.

"Ini.. Ini wajah baru saya Dokter?" tanya Cella tak percaya mengusap wajahnya yang terlihat sangat jauh berbeda dengan wajahnya yang sebelumnya.

"Iya, ini wajah barumu. Apa kamu menyukainya." tanya Dokter Kim tersenyum.

"Su.. Suka sekali Dokter. Terima kasih," ucap Cella dengan mata berkaca-kaca.

"Cella, kamu cantik sekali," ucap Niko dan juga Ibu Mita senang.

"Cella, dengan begini, Brian dan juga Boy tak akan bisa lagi menemukanmu. Kamu sudah benar-benar terlepas dari mereka sekarang," ucap Ibu Mita mengusap punggung Cella.

"Iya Bu. Semua ini berkat kebaikan Ibu dan juga kak Niko. Aku sangat-sangat berterima kasih sekali," jawab Cella meneteskan air matanya.

Andai saya Ibu Mita tidak ada waktu itu, entah bagaimana nasibnya sekarang.

"Cella, dengan wajah barumu seperti ini, kamu bisa kembali dan hidup seperti biasanya di Indonesia. Aku sudah mengganti semua identitas mu. Dan aku memberimu nama barumu Selin. Selin Amanda Putri. Apa kamu suka?" tanya Niko membuat Cella merasa senang dengan nama barunya.

"Suka kak. Mulai hari ini, aku bukanlah Cella lagi. Melainkan Selin. Tak ada lagi yang namanya Cella di atas dunia ini," jawab Cella atau Selin.

"Bagus. Satu lagi. Jika ada orang yang bertanya, maka katakan saja jika kamu adalah istriku dan Cahaya adalah anak kita. Dengan begitu, tak ada lagi yang bisa mengusik mu dan juga anakmu," tambah Niko tersenyum.

"Baik kak. Terima kasih," jawab Cella membuat Niko sangat puas.

'Dasar, anak ini paling bisa sekali mencari-cari kesempatan,' batin Ibu Mita menatap Niko.

Sementara itu, Boy dan Brian hari ini tengah berada di atas pesawat yang akan membawanya kembali ke tanah air.

Mereka terpaksa dengan tangan kosong karena mendapatkan kabar jika Niko berada di Indonesia.

Keesokan harinya, setelah menempuh perjalanan jauh, Boy dan Brian akhirnya tiba di tanah air dengan selamat.

Boy sendiri memutuskan pulang ke apartemennya, sedangkan Brian kembali ke rumah utama untuk beristirahat sejenak.

"Boy, kamu pulang sayang," ucap Michel senang melihat kedatangan suaminya itu.

"Ya, aku pulang. Bagaimana kabarmu?" tanya Boy basa basi.

"Aku baik. Boy aku merindukan dirimu. Kita ke kamar yuk sayang," jawab Michel berusaha mendapatkan hati Boy. Sebab, semenjak mereka menikah, Boy sama sekali tidak pernah memberikan nafkah batinnya meskipun mereka tidur satu ranjang berdua.

"Aku lelah dan mau mandi. Kamu ke kamar saja duluan," jawab Boy singkat lalu meninggalkan Michel begitu saja.

"Boy," panggil Michel namun sama sekali tak di acuhkan oleh yang bersangkutan.

Dengan kesal, Michel mencoba menahan emosinya.

'Lihat saja Boy, kamu pasti akan mendapatkan pembalasannya. Setelah aku memiliki seluruh harta Dinata, maka akun akan membuatmu menjadi gelandangan dan merasakan sakitnya di sia-siakan,' batin Michel mengepalkan tangannya.

Sementara itu, Brian yang baru saja tiba di rumahnya, langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Ia kembali teringat hari-hari panas yang telah dirinya lewati bersama Cella di kamar ini.

Entah kenapa, Brian begitu menyukai adik iparnya itu semenjak pertama kali Boy membawanya ke rumah besar itu.

Cinta buta Brian terhadap Andin, seketika hilang di gantikan oleh Cella yang datang sebagai istri dari adik iparnya.

"Dimana kamu Cella? Aku merindukanmu," gumam Brian melamun kan sosok adik iparnya itu.

.

.

Hari telah berlalu dengan begitu cepat.

Tak terasa, satu bulan sudah Cella menjalani hidup dengan wajah barunya dan identitas barunya sebagai Selin.

Besok, Selin, Niko dan juga Ibu Mita akan pulang ke Indonesia.

Selin atau Cella benar-benar telah menantikan hari dimana ia akan hidup bahagia meskipun tanpa Boy di sisinya.

Sementara itu, Brian tengah mengintai rumah Niko dari kejauhan semenjak pagi. Anak buah Boy mengatakan jika Niko ada di rumah. Nim sudah hampir empat jam lebih ia mengamati rumah Niko, namun tak ada tanda-tanda jika pemilik rumah akan keluar.

"Apa anak buahnya Boy salah lihat ya," gumam Brian sambil terus mengamati rumah tersebut.

Brian kemudian mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo. Tolong gantikan aku untuk mengamati rumah Niko. Aku ada keperluan sebentar," ucap Brian kepada anak buahnya.

Di rumah apartemen Boy, Michel saat ini baru saja selesai mandi. Tiba-tiba saja wanita hamil itu terpeleset dan mengeluarkan banyak darah dari jalan lahirnya.

Ia berteriak memanggil Boy, namun sayang laki-laki itu ternyata tidak berada di rumah.

Dengan perutnya yang sakit, Michel meraih ponselnya di atas meja kamar, lalu menelpon suaminya Boy.

"Ada apa Michel. Aku sedang sibuk," ucap Boy dari dalam telepon.

"Boy tolong. Aku baru saja terpeleset dan mengeluarkan banyak darah dari jalan lahir ku. Tolong Boy, perutku sakit sekali," jawab Michel dengan suara lirih.

"Kamu jatuh? Sebentar, aku akan menyuruh supir untuk membawamu segera ke rumah sakit. Kita akan bertemu di sana," balas Boy dengan rasa cemas.

Tak lama kemudian, seorang supir di temani satpam apartemen tersebut tiba di unit apartemen Boy. Mereka bergegas membawa Michel turun ke lantai dasar dan melarikannya ke rumah sakit terdekat.

Sedangkan Boy langsung meninggalkan pekerjaannya dan segera menemui Michel ke rumah sakit.