Dendam Istri Yang Tak Dianggap

Waktu terus berjalan, dan tidak terasa kini sudah 1 bulan berlalu sejak makan malam Alya bersama David dicafe itu. Selama itu pula Alya memberikan kenyamanan serta perhatiannya pada suaminya, sebisanya Alya membuat suaminya terpesona dan jatuh cinta padanya. Namun, selama 1 bulan itu, Alya tidak membiarkan suaminya menyentuh dirinya walaupun mereka sudah tidur di atas 1 ranjang yang sama.

David sudah benar-benar jatuh cinta pada Istrinya, apapun yang Alya katakan pasti akan langsung ia turuti. Dan itu membuat Lestari benar-benar patah hati dan perlahan mundur dengan sendirinya, ia tidak berani berbuat lebih apalagi sampai menyentuh Alya karena David sudah mengancamnya jika berani menyakiti Istrinya.

Dan kini, saat nya giliran David yang Alya permainkan.

"Duh, istriku ini pagi-pagi sudah berdandan secantik ini mau kemana?'' tanya David dengan suara serak khas bangun tidur. Ia yang sebelumnya masih tidur, terjaga mendengar suara lemari pakaian yang dibuka oleh Istrinya, lalu iapun bangun dan langsung memeluk tubuh istrinya dari belakang.

"Kak David, lepas!'' Alya melepas kedua tangan suaminya yang melingkar di pinggangnya, dengan menyentakkan nya.

David pun terkejut dengan perlakuan Istrinya itu yang tiba-tiba kasar padanya, tidak seperti selama sebulan ini yang selalu perhatian padanya.

"Alya kau kenapa? dan sebenarnya kau mau kemana sepagi ini?" Tanyanya lagi, dengan mengekor di belakang Istrinya.

"Kurasa, sekarang Kak David tidak perlu mencampuri urusanku" kata Alya, dengan melangkah berpindah satu tempat ke tempat yang lain menyiapkan keperluannya sebelum ia pergi, sementara David terus mengekor dibelakangnya.

Ucapan yang Alya ucapkan itu adalah perkataan suaminya dahulu, dan sekarang ia membalikkannya pada suaminya itu.

"Apa maksudmu, Alya? Aku ini suamimu, kenapa aku tidak boleh mencampuri urusamu"

Alya mengentikan langkahnya, lalu berbalik menatap suaminya. "Apa Kak David lupa? Dulu Kak David pernah mengatakan itu padaku, bahkan Kak David juga bilang tidak pernah menganggap ku sebagai istri Kak David" ujar Alya, mengingatkan ucapan suaminya dahulu.

David pun terdiam, apa maksud Istrinya itu? David tercengang seakan tidak mengerti perkataan istrinya barusan.

"Itu dulu, Alya. Dan tidak dengan sekarang, sekarang aku mencintaimu Alya, sangat mencintaimu. Jadi aku mohon lupakan perlakuan ku dulu terhadapmu, aku minta maaf, dan sekarang kita buka lembaran baru ya" pintanya memohon, dengan berlutut dihadapan istrinya itu seraya menggenggam kedua tangan Istrinya.

"Lepas, Kak David" Alya menarik paksa tangannya yang digenggam oleh suaminya. "Tidak semudah itu untuk membuka lembaran baru, hatiku sudah terlanjur sakit karena perbuatan Kak David sendiri"

"Apa maksudmu, Alya? Dan apa artinya perhatianmu padaku selama sebulan ini? Percayalah Alya, sekarang aku sudah benar-benar mencintaimu'' David tidak menyerah, ia terus berusaha meyakinkan Istrinya itu.

Yah, Alya tahu. Ia bisa melihat ketulusan dimata suaminya saat mengatakan cinta kepadanya. Namun, sayangnya dendam sudah lebih bertahta dihati Alya saat ini. Ia akan membuat suaminya itu merasakan apa yang dulu ia rasakan, mencintai tapi tidak dicintai.

"Aku tidak perlu menjelaskan apapun, kurasa yang aku katakan tadi itu sudah sangat jelas dan bisa Kak David pahami. Dan sekarang menyingkirlah dari hadapanku, karena aku harus pergi ke perusahaan Kevin"

"Kau tidak boleh pergi sebelum menjelaskan semua padaku, katakan kalau kau juga mencintaiku sama seperti dulu" David mencoba menahan istrinya, namun ternyata jatuh cinta membuatnya menjadi lemah. Alya pun pergi, tanpa memperdulikan suaminya itu yang terus memohon padanya.

Kevin yang sudah beberapa saat lalu berada di ruang tamu menunggu Alya, bersama Herlina dan Tyson langsung berdiri melihat Alya yang berjalan kearahnya, Tyson dan Herlina pun menoleh mengikuti arah pandang Kevin. Mereka terpanah melihat penampilan Alya pagi ini, begitu menyejukkan mata.

Sebenarnya Alya sudah cantik tanpa harus dibaluti dengan make-up, namun harus Alya lakukan untuk menutupi bekas luka diwajahnya dan itu membuat Alya semakin cantik dengan memakai make-up.

"Pa, Ma aku berangkat duluan ya" ucapnya dengan mencium punggung tangan kedua mertuanya bergantian. "Papa dan Mama jangan lupa ya, nanti pokoknya harus datang" Sambungnya memperingati.

Yah, hari ini adalah launching produk yang diproduksi oleh perusahaan Kevin. Dan Alya yang sebagai Brand Ambassador ikut serta dalam acara itu.

Herlina dan Tyson serentak menggangguk.

****

Acara launching produk pun dimulai. Kevin dengan bangga memperkenalkan produk herbal penurun berat badan hasil produksi perusahaannya, dengan gambar yang menampilkan foto Alya yang dulunya masih gendut dengan sekarang yang sudah ramping berkat produk herbal penurun berat badan itu, dikemasan produk tersebut.

Dan dikursi yang sudah disediakan khusus untuk para tamu undangan, disana sudah ada Herlina, Tyson dan juga David. Pandangan David tak lepas dari menatap Istrinya yang begitu terlihat cantik, sedang duduk disisi panggung dengan beberapa karyawan disana.

David pun berniat, saat di penghujung acara nanti ia akan mengumumkan kepada semua orang serta media bahwa Alya yang menjadi Brand Ambassador di perusahaan Kevin itu adalah istrinya, David Richardo, CEO di perusahaan Richardo group. Ia sudah menyiapkan cincin disaku jas nya, untuk ia kenakan dijari manis istrinya nanti.

Kevin pun telah selesai memperkenalkan produknya, dan David sudah bersiap naik ke atas panggung untuk melancarkan niatnya memperkenalkan Alya adalah Istrinya.

Namun, David yang sudah berdiri dengan kesal kembali duduk di tempatnya saat Kevin memanggil istrinya untuk naik keatas panggung. Disana, Alya dan Kevin terlihat sangat akrab dan sesekali saling melempar senyum.

Melihat keakraban Istrinya dengan Lelaki lain, David begitu kesal. Hatinya merasa sakit melihat istrinya tersenyum pada Lelaki lain. Inikah yang dirasakan oleh Istrinya dulu?

Dengan segala rasa yang bercampur menjadi satu, David pun pergi dari tempat itu. Sungguh harinya begitu perih melihat senyum diwajah Istrinya namun itu kepada Lelaki lain dan bukan padanya, apalagi mengingat tadi pagi istrinya itu mendadak berubah kasar padanya.

Alya melihat David pergi, senyum penuh kemenangan pun terukir diwajahnya.

'Kenap kau pergi, Kak David? apa hatimu sudah sakit sekarang? tapi itu belum seberapa, masih ada sakit yang lainnya yang harus kau rasakan juga' ucapnya dalam hati, menatap langkah suaminya yang meninggal tempat itu.