Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Duta sampai disana sudah akan adzan dhuhur. Dia bertemu dengan bupati Pati sebentar dan melaksanakan sholat dhuhur terlebih dahulu. Duta melakukan kaji banding dengan didampingi bupati Pati. Dia sangat senang dengan penjelasan yang diberikan. Mereka tidak menutupi ilmu yang mereka punya. Duta sangat puas dengan kaji bandingnya hari ini.
"Terima kasih ilmunya pak, semoga bisa saya praktekkan di tempat saya" ucap Duta berterima kasih kepada bupati Pati tersebut.
"Sama-sama pak Duta, saya hanya bisa membagi ilmu. Kan kalau sektor perekonomian kita meningkat menambah devisa negara. Kita juga yang dapat untungnya" jelas pak Didit bupati Pati.
"Betul itu pak, saya setuju. Hanya ini yang bisa kita berikan kepada negara kita"
"Oh ya pak, mari makan dulu. Sudah waktunya makan siang yang sudah sangat terlambat."
"Hahahah, judulnya makan siang menjelang sore ya pak"
Duta dan pak Didit berjalan menuju rumah makan yang sudah di booking oleh pak Didit. Sembari menunggu makanan siap mereka berbincang. Datang seorang perempuan mendekati mereka.
"Papaaaahh" ucap wanita itu sambil menyalami tangan papahnya. Anak dari pak Didit. Amira.
Pak Didit tersenyum dan menyuruh Mira untuk duduk di sebelahnya.
"Pak Duta perkenalkan ini anak nomor 3 saya. Namanya Amira. Seorang akuntan perbankan. Dia sedang mencari calon suami" jelas pak Didit.
"Saya Mira" ucap mira sambil menyodorkan tangan ke Duta.
"Maaf saya Duta, bupati Magelang" balas Duta dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Jadi pak Duta, anak saya ini sedang mencari calon suami"
"Maksudnya pak?" tanya Duta sambil menautkan alisnya.
"Hahaha, pak Duta kan belum menikah? Bagaimana jika menjadi menantu saya?" tanya pak Didit terus terang dengan maksud kedatangan anaknya.
Duta tersenyum dan menjawabnya. "Maaf pak Didit, saya sudah dijodohkan oleh mamah saya. Dan sekarang sedang pendekatan"
Ada raut kecewa dari pak Didit dan Amira.
"Ooohh, maaf saya tidak tahu pak Duta. Saya kira belum dijodohkan" jawab pak Didit cepat.
Duta hanya membalasnya dengan senyuman. "Tidak apa-apa pak. Santai saja. Mbak Amira kerja di bank apa?"
"Bank milik pemerintah pak" jawab Mira singkat.
Mereka melanjutkan makan sampai selesai. Duta segera berpamitan untuk pulang kepada pak Didit dan Amira.
"Terima kasih sekali lagi atas jamuannya. Jika nanti bapak berkunjung ke Magelang jangan lupa hubungi saya pak, nanti saya ajak bapak melihat kabupaten Magelang" ucap Duta.
"Sama-sama pak, Insyaallah jika nanti saya ada waktu saya akan berkunjung" jawab pak Didit.
"Ya sudah pak, saya langsung pamit saja. Nanti takut kemalaman sampai Magelang. Mari pak, mbak Mira. Assalamualaikum" ucap Duta sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Waalaikum salam warahmatullah" jawab mereka.
Duta kembali ke mobilnya dan meninggalkan Pati kembali ke Magelang. Dalam perjalanan dia bertanya ke Farid.
"Abang tadi kemana sih? Disuruh makan kok malah ilang" tanya Duta kepada Farid.
"Saya sudah makan sama pak Pri tadi pak"
"Ooo, yasudah kalau begitu. Kita pulang"
"Baik pak" jawab pak Pri.
"Pak, dapat balasan oleh-oleh dari pak Didit. Ada di bagasi" ucap Farid.
"Nanti dibagi saja bang, besok jadwal saya ke mana saja bang?"
Farid membukakan agenda nya. "Besok bapak seperti biasa apel, peninjauan proyek pembangunan talud, bla bla bla bla bla bla"
Duta menyimak sambil menganggukkan kepalanya.
.
Laras sudah akan pulang dari rumah sakit. Dia melihat dokter Arjun berjalan ke arahnya. Laras yang akan menghindar sudah tidak bisa.
"Adduuuuhh, kenapa bisa ketemu lagi sih?" gumam Laras.
"Hai Ras, mau pulang? Tumben" ucap Arjun berbasa-basi.
"Iya, umi minta suruh pulang. Ada yang penting"
"Ooowwwhhh"
"Boleh kita bicara sebentar?" tanya Arjun kembali.
"Laras sudah terburu-buru, lain kali saja ya?" ucap Laras halus.
"Apa kamu menghindari ku?"
"Ti....tidak... siapa bilang Arjun?"
"Lalu kenapa selalu pergi saat aku datang?"
"Hmmm? Itu hanya perasaanmu saja Arjun. Lagian memang tadi pagi aku harus ke bangsal. Pas kamu datang, bukan menghindari mu" jelas Laras tak ingin membuat Arjun kecewa.
"Duduk di sana yuk, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan"
"Hanya sebentar ya, aku ditunggu umi"
"Oke"
Laras akhirnya mau diajak bicara dengan Arjun. Dia menghindar karena tidak enak dengan Ais yang memendam rasa untuk Arjun. Laras melihat sekitar berharap Ais tak melihat nya. Jika tidak, habis lah dia. Pasti akan terjadi kesalahpahaman lagi antara dirinya dan Ais.
"Ada apa?" tanya Laras setelah mereka duduk.
"Aku ingin mengutarakan perasaanku padamu. Aku jatuh hati padamu Ras, aku ingin memperistri kamu" ucap Arjun.
Ais melihat Laras dan Arjun duduk berdua. Laras yang sedari celingukan melihat Ais dari kejauhan.
Tuh kan, pasti kak Ais salah faham lagi deh. Batin Laras dalam hati.
Ais langsung balik kanan dan meninggalkan mereka.
"Aku tidak bisa Arjun" ucap Laras sudah sangat khawatir melihat Ais pergi.
"Kenapa?" tanya Arjun.
"Karena aku tidak memiliki rasa untukmu" tandas Laras.
"Rasa bisa hadir kapan saja Ras, aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku"
"Maaf Arjun, aku tidak bisa. Aku tidak bisa bersama dengan orang yang tidak aku cintai. Prinsip ku adalah menikah dengan orang yang aku cintai" jelas Laras kepada Arjun.
"Tapi Ras...." ucapan Arjun terpotong.
"Stop, jangan memaksakan kehendak mu. Aku tidak suka itu. Ada orang yang tulus mencintai mu. Berikan saja rasa mu itu padanya. Aku hanya menganggapmu teman, tak lebih dari itu" Laras sudah mulai geram dengan Arjun.
"Ras dengarkan dulu...."
"Maaf Arjun, aku tidak bisa. Aku tidak bisa menerima cintamu. Aku hanya menganggap kamu sebatas teman. Maaf, aku harus pergi. Assalamualaikum" Laras berlari meninggalkan Arjun mencari keberadaan Ais.
Laras mencoba menghubungi nya tapi tak diangkat. Dia mencari ke ruangannya tapi kosong. Dia melihat ke parkiran masih ada mobilnya, itu artinya Ais masih disana. Dia mencari ke IGD dan menemukannya.
"Kak Ais" panggil Laras.
Ais menyibukkan diri dengan pasien di IGD, padahal itu bukan tugasnya. Dia hanya tak ingin mendengar cerita Laras tentang Arjun. Hatinya sakit saat melihat Arjun bersama Laras.
"Hmm?" jawab Ais sambil menjahit luka pada pasien kecelakaan.
"Kak, Laras bisa jelasin semua nya"
"Gak perlu, harusnya kakak yang sadar diri. Pulang sana. Kakak masih sibuk"
"Kak, jangan begini dong, dia yang minta untuk berbicara sebentar"
"Biasanya kamu menolaknya, atau mengajak orang lain. Kenapa sekarang mau menemui nya sendiri? Apa karena tidak ada aku? Makanya kamu mau berduaan dengannya?"
"Ya Allah, kakak. Mikirnya jangan sempit begitu dong"
Ais menyelesaikan jahitannya, dan mengumpulkan dokter internship disana tak menggubris omongan Laras.
"Kemana dokter jaga hari ini? Jadwal siapa hari ini?" tanya Ais sedikit emosi, karena dia tahu ini jadwal Arjun dan dia begitu saja meninggalkan ruangannya.
Arjun datang dan heran mengapa semua berkumpul.
"Dokter Arjun dok" jawab salah satu dokter internship itu sambil menunjuk Arjun.
Ais menoleh. "Dengarkan ucapan saya, kita ini adalah penyelamat nyawa. Tangan dan tenaga kita yang utama adalah untuk pasien. Jika kalian lalai dalam bertugas kalian akan menyia-nyiakan nyawa seseorang. Dengar? Jadi saya tidak mau lagi mendengar ada dokter jaga meninggalkan ruangannya begitu saja dan melalaikan tanggung jawabnya. Bubar" ucap Ais dengan jengkel.
Arjun semakin bingung dengan keadaan. "Ada apa ini?" tanya Arjun.
Ais berhenti di depannya dan berkacak pinggang.
"Selesaikan dulu shift mu baru bisa meninggalkan ruangan ini. Dimana kau saat dibutuhkan dokter Arjun yang terhormat? Kau tahu ada pasien kecelakaan masuk dan kau tidak mengangkat panggilan dari suster jaga? Kau malah asyik berdua-dua an dengan dokter Laras? Waaah, hebat sekali"
Ais menghentikan ucapannya dan pergi meninggalkan IGD. Arjun bagai mendapat tamparan keras. Laras mengejar kemana Ais pergi.
"Kakaaaaakk, tunggu!" ucap Laras menarik tangan Ais.
"Apa lagi? Kakak harus kunjungan bangsal. Pulanglah. Kakak tahu bukan kamu yang ingin menemuinya"
"Tapi dengarkan dulu penjelasan Laras, Laras sungguh tak memiliki rasa apapun untuk nya" ucap Laras.
Ais melihat mata Laras, sedikitpun tak ada kebohongan yang tersirat dimatanya. Tak ada alasan bagi Ais untuk tidak mempercayainya.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
😂😂😂