*Important*
novel ini ekslusif ada hanya di NovelToon,bila ada di platform lain, bearti plagiat
tolong bantu report
"Ketika dunia mengandalkan pedang dan sihir, aku membawa napalm dan artileri. Oh, dan saldoku? Error Tak Terbatas." Rian, seorang buruh pabrik yang mati karena kelelahan, mengira hidupnya berakhir. Namun, dia membuka mata sebagai Zephyrion IV, Kaisar boneka di dunia Terra Vasta—sebuah planet yang 1.000 kali lebih luas dari Bumi. Nasibnya buruk: Negaranya di ambang kebangkrutan, dikelilingi musuh, dan nyawanya diincar oleh menterinya sendiri. Tapi, Rian tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa "Omni-Store System"—sebuah toko antardimensi yang mengalami ERROR fatal. Saldo Poin: UNLIMITED (∞).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32: LANGIT YANG RUNTUH
Drakonheim, Ibu Kota Kekaisaran Naga.
Istana Kekaisaran Naga dibangun di dalam kawah gunung berapi mati. Dindingnya terbuat dari obsidian hitam, dan singgasananya dihiasi dengan tengkorak naga purba. Di sini, kekuatan adalah satu-satunya hukum.
Kaisar Ignis duduk di singgasana batu bara panasnya, menyesap anggur merah dari piala emas. Di hadapannya, para jenderal dan bangsawan sedang tertawa riang.
"Hari ini seharusnya Jenderal Drako sudah meratakan benteng tikus-tikus Aethelgard itu," ujar Ignis dengan suara berat seperti parutan besi. "Aku ingin melihat kepala Komandan Valen ditancapkan di gerbang kota besok pagi."
"Tentu saja, Yang Mulia," sahut seorang penasihat berjubah merah. "Aethelgard hanyalah negara petani. Kaisar mereka yang baru, bocah bernama Zephyrion itu, hanyalah boneka yang kebetulan punya mainan aneh."
Tiba-tiba, pintu aula besar didobrak terbuka.
BRAKK!
Musik berhenti. Tawa mati.
Seorang prajurit masuk. Atau lebih tepatnya, menyeret tubuhnya masuk.
Armor sisik merah kebanggaan Kekaisaran Naga itu hangus, meleleh menyatu dengan kulitnya. Satu lengannya hilang. Wajahnya hitam legam oleh jelaga, dan matanya... matanya kosong, menatap sesuatu yang tidak ada di ruangan itu.
Bau daging terbakar yang menyengat langsung memenuhi ruangan yang tadinya harum parfum dan anggur.
"Kapten Vor?" Jenderal Besar terkejut melihat bawahannya dalam kondisi hancur lebur. "Apa yang terjadi? Di mana Jenderal Drako? Di mana 5.000 pasukannya?"
Prajurit itu jatuh berlutut di tengah aula. Dia gemetar hebat, giginya bergemerutuk.
"Langit..." bisiknya parau. "Langitnya runtuh..."
Kaisar Ignis berdiri, aura panas memancar dari tubuhnya karena marah. "Bicara yang jelas! Apakah kalian disergap? Berapa banyak musuh? Seratus ribu? Dua ratus ribu?"
Prajurit itu mendongak, menatap Kaisar dengan tatapan orang gila.
"Tidak ada musuh, Yang Mulia..."
Hening.
"Apa maksudmu tidak ada musuh?"
"Kami sedang sarapan..." prajurit itu mulai menangis, air mata membuat jalur bersih di pipinya yang hitam. "Lalu terdengar suara siulan. Seperti jeritan hantu. Lalu... matahari meledak di tanah."
Dia merentangkan tangannya yang tersisa, gemetar menunjuk ke atas.
"Tanah terbalik. Tenda, kuda, wyvern... semuanya hancur menjadi kabut darah dalam sekejap. Jenderal Drako... hamba melihatnya menguap. Tubuhnya hilang begitu saja ditelan api."
Para bangsawan menutup mulut mereka ngeri. Jenderal Drako adalah ksatria tingkat Master. Dia memiliki kulit baja yang bisa menahan tebasan pedang. Menguap?
"Penyihir..." gumam Penasihat Agung. "Aethelgard pasti menyewa seorang Grandmaster Mage. Hanya mantra Tingkat 8, Meteor Swarm, yang bisa melakukan kerusakan seperti itu tanpa terlihat pasukannya."
"Tapi mana ada penyihir di Aethelgard?!" bentak Ignis. "Negara itu miskin! Mereka bahkan tidak punya akademi sihir!"
"Hamba tidak tahu..." isak prajurit itu. "Tapi suaranya... DUM... DUM... DUM... Suara itu tidak berhenti. Terdengar dari balik bukit, sepuluh kilometer jauhnya. Mereka membunuh kami tanpa melihat wajah kami."
Prajurit itu tiba-tiba menjerit histeris, menutup telinganya seolah mendengar ledakan itu lagi.
"HENTIKAN SUARANYA! HENTIKAN!"
Ignis memberi isyarat tangan. Pengawal istana maju dan menyeret kapten yang sudah gila itu keluar ruangan. Jeritannya masih menggema di lorong istana.
Suasana aula kini mencekam. Kepercayaan diri mereka hancur lebur hanya dalam lima menit.
Kaisar Ignis kembali duduk, tapi tangannya mencengkeram lengan singgasana hingga retak. Musuh yang bisa membunuh 5.000 orang dari jarak 10 kilometer tanpa terlihat? Itu bukan perang. Itu pembantaian sepihak.
"Panggil Duta Besar Kerajaan Besi," perintah Ignis, suaranya kini tidak lagi sombong, tapi penuh perhitungan waspada.
"Kerajaan Besi adalah tetangga Aethelgard. Mereka pasti tahu sesuatu. Jika Aethelgard memiliki senjata sihir baru... atau sekutu baru... kita harus tahu sebelum naga kita dibantai seperti lalat."
Ignis menatap peta besar di meja strateginya. Wilayah Aethelgard yang tadinya terlihat seperti mangsa empuk, kini di matanya terlihat seperti mulut monster yang menganga, siap menelan kekaisarannya.
"Dan siapkan pertahanan udara," tambah Ignis pelan. "Mulai hari ini, jangan ada Wyvern yang terbang rendah tanpa izin. Sesuatu di sana... sedang mengincar langit kita."
Sementara itu, di Perbatasan (Malam Hari).
Zephyr duduk di atas kap truk M35-nya, menatap bintang-bintang sambil memakan sarden kalengan. Di sekelilingnya, para prajurit sedang berpesta merayakan kemenangan tanpa korban jiwa itu.
Kuro muncul dari bayangan di samping truk.
"Laporan dari mata-mata di Drakonheim," bisik Kuro. "Mereka panik. Mereka mengira Anda menyewa Grandmaster Mage. Kaisar Naga berencana menghubungi Kerajaan Besi untuk mencari informasi."
Zephyr tertawa kecil, hampir tersedak sardennya.
"Kerajaan Besi?" Zephyr menggeleng-gelengkan kepala. "Raja Besi itu sekarang adalah 'dompet'ku. Jika Kaisar Naga bertanya padanya, Raja Besi hanya akan berkata: 'Jangan cari masalah dengan orang gila itu, atau kotamu akan hilang.'"
Zephyr melompat turun dari truk.
"Biarkan mereka ketakutan. Ketakutan membuat mereka lambat. Saat mereka sibuk menebak-nebak sihir apa yang kupakai, kita akan membangun jalan aspal sampai ke depan pintu rumah mereka."
Zephyr menepuk sisi truknya.
"Sihir? Hah. Ini Fisika, bodoh."
Jadinya seperti pertarungan Fantasy sihir dengan teknologi modern/militer keren banget
Semoga semakin ramai pembacanya ya kakak author tetap semangat berkarya
Tetap semangat thor 💪
tetap semangat thor 💪
sudah di riview
Keren thor lanjutkan 💪💪