Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Poppy akhirnya melepaskan ciumannya… lalu tanpa peringatan ia menggigit telinga Leon.
“Ah!” Leon meringis kesakitan dan langsung mendorong bahu gadis itu hingga gigitannya terlepas. “Apa yang kau lakukan?!”
“Aku mau minum dan main kartu…” gumam Poppy sambil menarik tangan Leon.
Sepanjang perjalanan, Leon tidak diberi satu detik pun ketenangan. Poppy terus mengganggunya dalam keadaan mabuk.
“Aku mau main…” rengeknya sambil memeluk lengan Leon erat-erat.
“Kau sudah mabuk. Jangan main lagi. Seorang gadis remaja kenapa bisa suka main kartu dan minum seperti itu,” kata Leon dengan nada dingin, namun jelas kesabarannya mulai terkikis.
“Kakak tampan… kau membuatku ingat cinta pertamaku…” ucap Poppy sambil tersenyum sendiri.
Leon meliriknya tajam. “Andy Huo? Bukankah kau tidak menyukainya?”
Poppy menggeleng pelan. “Bocah bajingan itu tidak pantas jadi cinta pertamaku. Cinta pertamaku di Hong Kong. Dia sangat baik dan sangat tampan…” Ia mendongak menatap Leon. “…tapi, dia masih kalah tampan darimu.”
Sambil berkata begitu, Poppy berpindah duduk… tepat di pangkuan Leon.
Tubuh Leon langsung menegang.
“Turun,” perintahnya tegas.
Namun Poppy hanya tersenyum, tidak bergeming.
“Kau menganggap aku dia? Lihat baik-baik siapa aku,” lanjut Leon dengan suara rendah yang mengandung peringatan.
“Aku tidak mengenalmu…” gumam Poppy di dekat wajahnya, jarak mereka begitu dekat. “Tapi kau orang baik…”
Lalu—lagi-lagi ia menggigit telinga kiri Leon.
“Khhh…!” Leon menarik kepalanya ke belakang, kesal bukan main. “Berhenti menggigitku! Apa kau shio anjing?!”
Di kursi depan, Vic hanya bisa menggeleng kepala, menahan tawa yang nyaris pecah.
Poppy memeluk Leon semakin erat, membuat pria itu kesulitan mendorongnya menjauh.
“Kakak… temani aku minum… aku ingin minum…” rengek Poppy lirih.
Tidak lama kemudian, mobil berhenti di depan rumah Leon.
Leon menghela napas panjang, lalu menggendong gadis itu masuk ke dalam dan membawanya ke kamar tamu.
“Aku tidak mau tidur di sini,” protes Poppy sambil tetap melingkarkan lengannya di leher Leon.
Leon menariknya sedikit menjauh. “Kau mabuk. Di mana pun sama saja.”
Namun saat ia menurunkannya di atas kasur, Poppy kembali bangkit dan merangkak ke arah pintu.
“Tidak nyaman…” gumamnya.
Tanpa banyak bicara, Leon mengangkatnya lagi dan berpindah ke kamar lain.
“Kau bisa tidur di sini,” ucapnya singkat.
Poppy mengernyit sebentar, lalu menggeleng. “Tidak mau…”
Kesabaran Leon menipis. Ia kembali menggendong gadis itu ke kamar berikutnya—kamar terakhir di ujung lorong.
“Ini kamar terakhir. Malam ini, kau tidur di sini saja,” katanya dengan nada terpaksa.
Begitu diturunkan ke atas kasur, Poppy kembali memeluk pinggang Leon dengan erat.
“Aku tidak mau,” gumamnya.
Leon menatapnya cukup lama. Untuk pertama kalinya, suaranya terdengar lebih lembut, meski masih dingin di permukaan.
“Lalu kau ingin tidur di mana?”
Poppy turun dari ranjang dengan langkah terhuyung. Leon langsung mengikutinya hingga ke ruang lantai dua.
“Aku ingin di sana…” gumam Poppy, berjalan ke arah sofa. Ia duduk, menyandarkan tubuhnya, lalu memejamkan mata sejenak.
Leon tersenyum tipis melihat tingkahnya.
“Benar-benar seperti anak kecil…” gumamnya sambil duduk di sebelah Poppy, tetap menjaga jarak beberapa senti.
Namun begitu ia duduk, Poppy langsung memeluk lengannya erat.
“Temani aku… aku ingin tidur di dekatmu,” ujarnya pelan.
Leon menoleh, nada suaranya lebih rendah, lebih lembut, tapi tetap tegas.
“Poppy, apa kau selalu sedekat ini dengan pria yang baru kau kenal?”
“Tidak…” jawabnya sambil menggeleng lemah. “Yang baru kukenal… hanya Paman Leon.”
“Apa kau tahu siapa aku?” tanya Leon.
Poppy mengangkat kepalanya, menatapnya dari jarak dekat. Dengan gerakan malas, ia mendorong tubuh Leon hingga pria itu bersandar di sandaran sofa.
“Aku tidak mengenalmu…” gumamnya. “Tapi aku tahu kau bukan Paman Leon.”
“Kenapa?” tanya Leon singkat.
“Karena… Paman Leon tidak suka aku dekat dengannya," jawabnya polos, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Leon. Lagi-lagi Ia mengigit leher pria itu.
Leon langsung menangkap bahunya.
“Poppy…” panggilnya."Kenapa kau selalu suka mengigit?"
Gadis itu menoleh lagi, menatap wajah Leon dengan mata setengah terbuka.
“Kenapa?” bisiknya. “Aku merasa… nyaman bersamamu…”
Jantung Leon berdetak lebih pelan, tapi lebih berat. Tangannya terangkat, menyentuh rambut gadis itu singkat ... bukan membalas, bukan menarik lebih dekat, hanya sentuhan yang menenangkan.
Poppy lalu mencium bibir Leon, kali ini Leon tidak menolak dan membalas ciuman gadis itu. Ia memeluknya degan erat dan menahan bagian belakang kepala Poppy. Ciumannya semakin dalam dan semakin bernafsu.