NovelToon NovelToon
MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Kultivasi Modern / Ketos / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Susilo Ginting

Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19. Kartu As di Meja Pajak dan Kejatuhan MTSA

Keheningan di dalam bunker ruko Rendra hanya dipecahkan oleh dengungan halus kipas pendingin server. Rendra duduk tegak, matanya terpaku pada dua layar sekaligus. Di layar kiri, grafik saham PT Mitra Sejahtera (MTSA) sedang membentuk pola terjun bebas yang mengerikan. Di layar kanan, kotak masuk email terenkripsinya berkedip, menampilkan pesan putus asa dari Elena Paramita.

Hari ini adalah hari kesepuluh. Hari penghakiman. Runtuhnya Menara MTSA, Sesuai dengan Visi nya Rendra, pagi ini pukul 08.30, berita utama di semua media bisnis meledak: "Skandal Konstruksi: Kontrak Tol Trans-Sumatra MTSA Dibatalkan Sepihak Akibat Masalah Kualitas". Berita ini, yang sebenarnya dipicu oleh lobi politik kotor tim Wirawan, menghantam pasar seperti tsunami.

Investor panik. Institusi membuang saham mereka, Harga saham MTSA, yang sepuluh hari lalu berada di angka Rp2.400 per lembar, pagi ini dibuka langsung di angka Rp1.800 dan terus merosot hingga menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB) di Rp1.250. Rendra, yang telah melakukan Short Selling (menjual kosong) di harga Rp2.350 senilai Rp200.000.000, menyaksikan kehancuran itu dengan kalkulator di tangan.

Saat harga menyentuh Rp1.250 dan volume penjualan mulai menipis karena tidak ada yang mau membeli, Rendra memutuskan untuk Cover Short (membeli kembali saham untuk dikembalikan ke broker). Ia tidak serakah. Ia tahu Wirawan mungkin akan segera masuk untuk mencaplok perusahaan ini dengan harga murah, yang akan membuat harga rebound.

Rendra mengeksekusi pembelian kembali. Hitungannya sederhana namun brutal: Ia menjual di harga rata-rata Rp2.350. Ia membeli kembali di harga Rp1.250. Selisih keuntungan per lembar saham hampir 47%. Setelah dikurangi biaya pinjaman saham dan komisi broker, keuntungan bersih Rendra dari operasi ini mencapai Rp92.000.000.

Dalam sepuluh hari, uang Rp200 jutanya telah beranak pinak. Total aset likuid Rendra (modal awal + keuntungan MTSA + sisa uang tunai Wirawan) kini menembus angka Rp740.000.000. Tiga perempat miliar. Rendra menyandarkan punggungnya ke kursi ergonomis mahal yang baru ia beli. Uang ini memberinya napas, tetapi pesan dari Elena di layar kanan memberinya kekuasaan.

Rendra beralih ke layar kanan. Email Elena datang sepuluh menit yang lalu.

Subjek: S.O.S

Isi: Kau benar. Otoritas pajak baru saja mengirim surat panggilan pemeriksaan untuk tahun fiskal 2018. Ayahku panik. Lawan politiknya mengklaim ada aliran dana Rp5 Miliar yang tidak dilaporkan. Jika ini terbukti, Ayah tamat, dan proyek Wirawan akan kehilangan dukungan politik. Aku sudah memeriksa semua buku, semuanya bersih. Aku tidak tahu dari mana mereka mendapatkan data itu. Apa yang kau lihat?

Rendra tahu ini adalah ujian sesungguhnya. Wirawan membutuhkan Ayah Clara (Pak Seno) tetap bersih agar bisa disetir. Jika Pak Seno jatuh karena pajak, Wirawan akan membuangnya dan mencari boneka baru. Jika Rendra menyelamatkan Pak Seno, ia menyelamatkan posisi Clara di kota ini, sekaligus membuat Elena berutang nyawa padanya.

Rendra memejamkan mata, memicu Visi nya. Ia memfokuskan pandangannya pada pertemuan pemeriksaan pajak yang akan terjadi besok pagi pukul 10.00 di kantor pajak pusat.

Deg!

Visi itu membawanya ke sebuah ruangan interogasi yang dingin. Ia melihat pemeriksa pajak, seorang pria berkacamata tebal bernama Budiarto, menyodorkan sebuah bukti transfer bank. Rendra menajamkan fokusnya pada dokumen itu. Itu adalah bukti transfer dari sebuah perusahaan cangkang di Singapura ke rekening pribadi Pak Seno pada tanggal 12 Mei 2018.

Namun, Rendra melihat sesuatu yang ganjil. Dalam Visi itu, ketika Budiarto membalik halaman bukti rekening koran pembanding, Rendra melihat saldo tanggal tersebut sebenarnya nol. Uang Rp5 Miliar itu memang pernah masuk, tetapi di-reversal (dibatalkan) oleh bank pengirim lima menit kemudian karena kesalahan sistem. Lawan politik Pak Seno hanya mencetak bukti masuk, tetapi sengaja menghilangkan bukti pembatalan yang ada di halaman berikutnya.

Ini adalah jebakan administrasi klasik. Rendra membuka matanya. Ia tahu persis apa yang harus dilakukan Elena. Ia mengetik balasan dengan cepat, menggunakan gaya bahasa yang dingin dan otoritatif.

Subjek: Re: S.O.S - Anomali Transaksi 2018

Isi: Jangan fokus pada pembelaan. Serang balik datanya. Bukti yang mereka pegang adalah Transfer Masuk tanggal 12 Mei 2018. Itu adalah jebakan parsial.

Instruksi: Segera hubungi Bank X cabang Singapura. Minta cetak ulang Rekening Koran Harian (Daily Statement) khusus tanggal 12 Mei 2018.

Anda akan menemukan kode transaksi 'REV' (Reversal) lima menit setelah dana masuk. Dana itu tidak pernah mengendap.

Bawa bukti Reversal itu besok. Lemparkan di depan Budiarto. Katakan padanya, menyembunyikan bukti reversal adalah tindak pidana manipulasi data negara. Kasus akan ditutup di tempat, Rendra menekan Send.

Ia tidak hanya memberi solusi. Ia memberikan senjata untuk mematahkan serangan lawan.

Keesokan malamnya, Rendra bertemu Clara di sebuah kafe kecil dekat sekolah. Ia ingin melihat dampak dari intervensinya secara langsung. Wajah Clara terlihat jauh lebih cerah daripada seminggu terakhir. Beban berat seolah terangkat dari bahunya.

"Rendra! Kau tidak akan percaya," ucap Clara antusias, bahkan sebelum pesanan minuman mereka datang. "Ayahku... masalahnya selesai. Tiba-tiba saja."

"Oh ya? Syukurlah," jawab Rendra, berpura-pura terkejut sambil mengaduk kopi hitamnya.

"Kak Elena melakukan sesuatu yang luar biasa. Ayah bilang, Elena masuk ke ruang pemeriksaan seperti seorang jenderal perang. Dia membawa satu lembar dokumen yang membuat para pemeriksa itu pucat pasi dan meminta maaf. Ayah bilang Elena menyelamatkan kariernya, bahkan menyelamatkan hidup kami."

Clara menatap Rendra dengan mata berbinar. "Dan yang terbaik... kami tidak jadi pindah. Ayah bilang posisinya sekarang lebih kuat dari sebelumnya karena lawan politiknya malu besar akibat tuduhan palsu itu."

Rendra tersenyum tipis. "Itu berita bagus, Clara. Aku senang kau tetap di sini."

"Tapi ada yang aneh," tambah Clara, suaranya merendah. "Kak Elena tidak mau mengambil kredit. Dia terus bergumam tentang 'Analyst' atau seseorang yang memberinya 'mata'. Dia terlihat... takut, tapi juga sangat kagum pada orang itu. Rendra, kau tahu sesuatu tentang dunia analisis data?"

Pertanyaan itu tajam. Rendra menatap mata Clara.

"Aku hanya penjaga warnet yang suka membaca berita saham, Clara. Dunia kakakmu terlalu tinggi untukku," jawab Rendra tenang. Kebohongan itu meluncur mulus, namun menyakitkan.

Saat Rendra pulang malam itu, ponsel khususnya bergetar. Pesan masuk dari Elena. Isi pesan itu singkat, tapi maknanya sangat dalam:

"Siapa pun kau, kau baru saja menyelamatkan keluargaku. Ayahku aman. Wirawan senang. Dan aku... aku berutang padamu. Katakan harganya." Rendra tidak membalas, Ia membiarkan Elena dalam ketidakpastian. Memiliki utang budi dari Elena Paramita adalah aset yang jauh lebih berharga daripada uang tunai.

Rendra kembali ke bunker-nya, duduk di tengah kegelapan yang diterangi cahaya monitor. Di papan catur raksasa ini, Rendra baru saja mengamankan Ratu (Elena) dan Benteng (Pak Seno) agar tetap berada di posisinya, sembari memperkaya dirinya sendiri. Tuan Wirawan mungkin mengira Rendra adalah pionnya, tetapi malam ini, Rendra membuktikan bahwa dialah yang memegang kendali permainan, bahkan tanpa ada yang menyadarinya.

Namun, Rendra tahu, kemenangan ini akan menarik perhatian musuh lain. Lawan politik yang gagal menjatuhkan Pak Seno pasti akan mencari tahu siapa yang memberikan "Kartu As" itu kepada Elena. Dan jejak digital, sekecil apa pun, bisa menjadi ancaman baru.

1
BungaSamudra
tulisanmu mengalir kek air. ritmenya pas banget pas dibaca 😍
Fairuz
semangat kak jangan lupa mampir
knovitriana
update
Ken
Tanda bacanya kurang dikit.
Semangat Thor
D. Xebec
lanjut next chapter bang, jadi penasaran gw, btw semangat 👍
D. Xebec
cerita nya menarik, tapi ada beberapa kata yang kurang huruf
D. Xebec
tulisannya masih banyak yang kurang huruf bang, perbaiki lagi, btw cerita nya menarik
Zan Apexion
menarik, Semangat ya👍
Monkey D. Luffy
kurang huruf N nya ini bang🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!