Awalnya Erina Jasmin di tuduh mencuri dompet milik pelanggan di kafe di mana dia bekerja. Dia di laporkan oleh manajer kafe dan di pecat oleh atasannya. Erina kesal karena di tuduh mencuri dompet milik pelanggan yang ternyata Erika Gladys perempuan pemilik dompet itu.
Alih-alih tidak di laporkan pada polisi, Erina di tawari sebuah kesepakatan untuk menjadi istri pengganti seorang kaya. Dia awalnya menolak, tapi karena Erika Gladys menawarkan uang banyak untuk membantunya membiayai ibunya dalam pengobatan di rumah sakit.
Karena wajah Erina Jasmin dan Erika Gladys sangatlah mirip bagai di pinang di belah dua. Maka misi yang di tugaskan Erika pada Erina pun di jalankan, menjadi seorang istri dari Kenzio Pahlevi Abraham. Lalu, apa intrik masalah yang akan di hadapi oleh Erina setelah menjadi istri pengganti Erika yang hidupnya memang untuk bersenang-senang saja dengan beberapa selingkuhannya.
Dan apakah Erina dan Erika sebenarnya saudara kembar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Berondong Manis
Erina bangun kesiangan hari ini, Tita sudah siap untuk melayaninya. Dengan wajah berseri, Tita masuk ke dalam kamar Erina.
"Selamat pagi nyonya," sapa Tita.
"Ada apa Tita, pagi-pagi kamu sudah kesini?" tanya Erina, dia masih memakai baju tidurnya yang tipis.
"Nyonya, anda semalam tidur lebih cepat ya? Semalam saya lihat tuan Ken lari-lari di tangga," ucap Tita sedikit ragu.
Dahi Erina berkerut,
"Kenapa dia berlari?"
"Tapi beberapa saat kemudian saya lihat tuan Ken turun lagi dengan wajah kecewa," kata Tita lagi tanpa menjawab pertanyaan Erina.
"Maksud kamu apa? Kamu bicara yang jelas Tita." kata Erina.
"Emm, maksudnya itu..."
Tita bingung harus berkata apa, dia juga heran kenapa Erina tidak mengerti ucapannya. Kenapa jadi lain?
"Emm, nyonya itu. Sepertinya tua Ken tidak marah lagi sama nyonya, jadi tadi malam tuan Ken ingin masuk ke dalam kamar dan ..."
"Kamu mengikuti suamiku masuk ke dalam kamar?"
"Eh, tidak nyonya. Tapi ...., haish kenapa nyonya jadi lambat berpikir sih?"
Tita kesal karena Erina masih saja bertanya padanya, Erina diam saja. Meski dia tahu maksud dari gadis muda itu.
"Sudahlah, kamu jangan bicara yang tidak-tidak. Aku jadi bingung mendengarnya," kata Erina.
"Sudahlah, jangan di bahas lagi. Nyonya sekarang di tunggu di ruang makan, sarapan sudah siap," kata Tita akhirnya menyerah.
"Iya, nanti aku turun. Oh ya, Gio sudah bangun?" tanya Erina.
"Belum, kan biasanya nyonya yang bangunkan den Gio."
"Ya ya, nanti aku ke kamar Gio membangunkan anak itu dan bersiap ke sekolah."
Tita pun bergegas keluar dari kamar majikannya, Erina hanya menatap kepergian Tita lalu segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
_
Erina mengantar Gio ke sekolah dengan mobil sendiri, dia tidak bisa mengendarai mobil sendiri karena memang sebelumnya tidak pernah naik mobil pribadi. Tentu saja supir yang menemaninya setiap hari pergi ke sekolah Gio.
Para pembantu dan satpam serta supir rumah itu heran pada Erina, kenapa majikannya selalu di antar supir jika bepergian. Biasanya Erika akan pergi sendiri tanpa di tamani supir.
"Ini tas den Gio nyonya," kata mbok Lela menyerahkan tas Gio pada Erina.
"Terima kasih mbok, oh ya. Makan siang ini saya di luar saja mbok, tidak di rumah. Jadi kalau mau menyiapkan makan siang buat yang lain saja," kata Erina.
"Apa nyonya mau makan siang dengan tuan Ken?" tanya mbok Lela.
"Tidak. Aku ada perlu di luar sampai sore, setelah pulang sekolah Gio ," jawab Erina.
Mbok Lela pun mengangguk, dia memang tidak banyak ikut campur masalah rumah tangga majikannya. Tidak seperti Tita yang selalu melaporkan apa pun yang terjadi pada Ken, yang di lakukan laki-laki itu dan juga sepupunya Nadia.
Erina berpikir sejak dia ada di rumah setiap hari, Nadia jarang datang ke rumah. Ken juga selalu pulang malam dan Erina merasa senang akan hal itu, karena rahasianya sebagai pengganti Erika tidak di ketahui.
Mungkin lambat Laun pasti Erina akan di ketahui kalau dirinya itu pengganti Erika.
Setelah supir membukakan pintu mobil, Erina menggandeng tangan Gio untuk masuk ke dalam mobil. Lalu mobil hitam tersebut meluncur keluar dari halaman rumah besar itu melaju menuju sekolah internasional.
Sebenarnya Erina sedikit canggung berkumpul dengan para ibu-ibu atau suster pengasuh yang di ajak ke sekolah mengantar anak majikannya. Karena memang mereka semua adalah kalangan orang kaya dan sosialita.
Saat sampai di sekolah, Gio keluar di susul Erina. Mereka berjalan masuk ke area sekolah. Cukup lumayan banyak tingkatan sekolah di sekolah tersebut.
"Hai nona Erika, apa kabar?" sapa seorang perempuan cantik dengan setelan baju blazer warna pink.
Erina menoleh pada perempuan itu, sejenak dia diam memperhatikan perempuan tersebut. Perempuan itu mendekati Erina dan langsung memeluknya seakan sudah akrab dengannya. Tentu saja Erina kaget, tapi dia berusaha untuk tenang dan mencari tahu siapa perempuan itu.
"Oh hai juga," Erina menjawab sapaan perempuan itu.
"Sekarang baru mengantar Gio lagi ke sekolah?" tanyanya.
"Ya, tapi setiap hari saya mengantar sekolah kok," jawab Erina.
"Ah masa? Biasanya nona Erika langsung pergi setelah Gio masuk. Bahkan jarang mengantar ke sekolah, sekarang saya bertemu dengan nona Erika. Apa nona punya waktu untuk mengobrol?"
"Memang ada apa?" tanya Erina.
"Biasa nona, masa tidak tahu sih. Oh ya, katanya nona baru pulang dari liburan di luar negeri ya? Bagaimana, apakah di sana banyak berondong manis? Hahah!"
"Berondong manis?"
"Iya, cogan-cogan. Cowok ganteng, tapi kenapa nona bertanya? Bukankah nona yang selalu mengenalkan saya pada berondong manis itu?"
Astaga, Erina baru sadar kalau Erika adalah perempuan yang hidupnya untuk bersenang-senang. Jadi, tentu saja perempuan itu bertanya tentang berondong manis. Itu adalah remaja yang menginjak dewasa atau laki-laki dewasa di bawa usianya.
Erina memejamkan mata karena kaget dengan ucapan perempuan tersebut, tentu arah pembicaraannya itu untuk bersenang-senang di temani oleh laki-laki usia muda.
"Nona, bagaimana? Kalau produk lokal berondong manisnya juga tidak masalah, saya suka kok. Apa lagi dia perkasa. Hahah," ucapnya lagi dengan wajah senang.
"Maaf ya mbak, saya tidak mau seperti itu," kata Erina membuat heran perempuan berjauhan blazer warna pink.
"Nona Erika, kenapa tidak mau? Bukankah sangat menyenangkan? Tentu saja mereka itu akan memuaskan kita," bisik perempuan itu, matanya melihat sekeliling agar tidak ada yang mendengar ucapannya.
Erina kesal sekali, kalau dia tahu perempuan itu siapa. Dia akan menyuruh perempuan itu pergi dan menasehatinya, perempuan itu sepertinya istri dari pengusaha juga.
"Nona Erika, Natasya dan juga Merlin mau juga lho produk luar negeri. Aku bilang nanti tunggu nona Erika pulang dari liburan, jadi kebetulan nona mengantar sekolah Gio aku langsung menemui nona Erika dan membicarakan ini."
"Maaf mbak, saya sibuk. Jadi saya tidak bisa menemui anda apa lagi membawa berondong manis. Kalau mau berondong manis, mbak pergi saja ke tukang penjual berondong di bioskop. Di sana berondongnya lebih manis dari berondong manis yang lain," kata Erina.
Setelah itu dia berbalik dan melangkah pergi, perempuan berbaju blazer tersebut hanya melongo dengan ucapan Erina dan langsung pergi meninggalkannya. Dia heran kenapa Erika tidak mau membahas masalah berondong manis yang dia maksud.
"Dia aneh ya, kenapa tidak mau cari berondong manis? Bahkan dulu dia sangat senang dengan para berondong manis, ck ck ck."
_
_
******
"Ya, seka
bagaimana kl mereka jatuh hati...
sampai kapan bs menghindar dr hubungan suami istri?
ato Nadia?