NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:601
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Kampus Universitas Hanseong terasa sunyi dan dingin bagi Lee Yujin, meskipun matahari bersinar cerah. Seminggu telah berlalu sejak insiden di halaman belakang rumahnya, dan Yujin hidup dalam keputusasaan. Ia mencoba menghubungi Han Jiya berkali-kali—pesan teks panjang, panggilan telepon, bahkan surat—tetapi semua ditolak oleh Jiya.

Pintu persahabatan mereka kini tertutup rapat.

Pagi itu, Yujin sedang berjalan di koridor Fakultas Hukum untuk mengurus dokumen yang ia butuhkan untuk mata kuliah lintas jurusan. Ia melihat Jiya berdiri di depan loker dan dikelilingi oleh sekelompok teman-temannya.

Jantung Yujin berdebar kencang. Ini adalah kesempatan pertamanya untuk berbicara langsung dengan Jiya, di tempat umum, di mana Jiya tidak akan bisa lari darinya.

Yujin menarik napas dalam-dalam, menguatkan diri. Kemudian ia berjalan mendekat.

"Jiya, kita harus bicara," kata Yujin dengan suara pelan dan memohon.

Jiya, yang sedang tertawa dengan teman-temannya, tiba-tiba berhenti. Wajahnya seketika berubah menjadi dingin, bahkan Jiya tidak menatap Yujin. Jiya hanya menoleh ke salah satu temannya. "Oh, aku lupa. Aku harus ke perpustakaan sekarang. Ayo, aku harus mencari buku sebelum terlambat."

"Tapi Jiya, kelas kita baru akan mulai satu jam lagi," protes temannya.

"Tidak, aku harus cepat. Ayolah," Jiya mendesak, meraih lengan temannya dan berbalik.

Yujin berdiri membeku. Ia melihat punggung Jiya yang menjauh tanpa satu pun kata sapaan dan tanpa satu pun pandangan untuknya. Jiya memperlakukannya seolah-olah ia tidak ada disana. Yujin merasakan tusukan yang tajam di hatinya. Ini jauh lebih menyakitkan daripada pertengkaran sengit.

Air mata Yujin mulai menggenang, tetapi ia menahannya dengan sekuat tenaga. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahan di koridor kampus.

Dan saat itulah, suara yang familiar terdengar di sampingnya.

"Aku sudah bilang padamu, bukan. Kau tidak perlu berjuang sia-sia."

Lino berdiri di sana, mengamatinya dengan ekspresi yang bercampur aduk antara simpati palsu dan kepuasan yang tersembunyi. Lino mengenakan setelan yang elegan, dan penampilannya yang sempurna menciptakan kontras ironis dengan kekacauan emosional Yujin.

"Kau tidak perlu bicara padaku, Oppa," desis Yujin, berusaha menjauh.

Lino meraih siku Yujin dengan cepat.

"Kau harus bicara padaku. Siapa lagi yang akan mendengarmu sekarang? Jiya tidak akan mau berbicara denganmu, dia sudah terluka. Dan Christopher berada ribuan kilometer di luar kota. Kau hanya memiliki aku."

"Aku tidak membutuhkanmu!" Yujin mencoba melepaskan tangannya, tetapi cengkeraman Lino terlalu kuat.

Lino mencondongkan tubuhnya ke Yujin, berbisik dengan suara rendah. "Aku tahu kau tidak membutuhkanku, Yujin. Tapi aku membutuhkanmu. Dan kau harus ingat: Aku adalah satu-satunya orang yang tahu kebenaran insiden di halaman belakang itu."

"Ayo," Lino menarik Yujin, tidak lagi meminta, tetapi memerintah. "Aku akan mengantarmu ke Fakultas Desain. Kau terlihat pucat, dan aku tidak mau kau pingsan di koridor ini."

Yujin tahu ia tidak bisa melawan Lino di sini. Lino adalah pria yang dihormati, dan Yujin tidak ingin dianggap gila atau histeris. Ia terpaksa berjalan di samping Lino, merasakan setiap mata yang melihat mereka.

Disepanjang perjalanan di koridor, Lino sengaja berjalan sangat dekat dengan Yujin, sesekali menyentuh punggungnya, menciptakan ilusi bahwa mereka adalah pasangan, atau setidaknya, sangat akrab. Lino ingin semua orang melihat Yujin sebagai miliknya.

Mereka tiba di gerbang Fakultas Desain. Lino akhirnya melepaskan Yujin, tetapi ia bersandar di dinding dan tidak berniat pergi.

"Dengarkan aku. Jiya pasti akan menyebarkan gosip. Dia akan memberitahu semua orang bahwa kau berselingkuh denganku. Kau tahu itu." kata Lino.

Yujin menatapnya dengan putus asa. "Itu tidak benar! Itu kesalahpahaman!"

"Tentu saja itu kesalahpahaman, tapi orang-orang tidak peduli dengan kebenarannya," Lino menyeringai sinis. "Mereka hanya peduli dengan dramanya. Jika kau ingin reputasimu dipertahankan, kau harus menjadi sahabat yang dikhianati."

Yujin mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

"Jiya sudah mengakhiri hubungan kami, karena dia berpikir kita bersama," Lino berbohong lagi. Ia yang membatalkan kencan, tetapi kini ia mengklaim Jiya yang mengakhiri hubungan karena Yujin. "Kau harus membiarkan dia berpikir begitu. Jika kau mencoba membela diri, kau akan terlihat semakin bersalah. Kau harus membuat dirimu terlihat sebagai korban dari kesalahpahaman itu."

Lino mendekat, tangannya menyentuh lembut bahu Yujin. "Dan aku akan membantumu. Aku akan datang ke Butik Vanté, aku akan menanyakan tentang tugasmu. Aku akan menjadi bayangan di hidupmu yang membuat orang lain bingung. Apakah kita musuh? Apakah kita pasangan?"

"Kenapa kau melakukan ini?" Yujin bertanya, suaranya hampir tidak terdengar.

"Karena aku mencintaimu," Lino berbisik, nadanya terdengar meyakinkan dan menakutkan. "Dan karena aku akan melindungimu dari semua rasa sakit yang disebabkan oleh Jiya. Aku akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan Christopher."

Yujin merasa mual. Ia tahu, yang Lino inginkan bukanlah cinta, tetapi kepemilikan. Dengan Jiya yang membencinya, dan Christopher yang pergi, Yujin benar-benar tidak punya tempat untuk berlari.

Ia menyadari bahwa penarikan diri Jiya adalah kemenangan terbesar Lino. Itu adalah senyapnya sebuah perpisahan yang membuka jalan bagi invasi obsesi Lino.

Yujin hanya bisa mengangguk, menerima takdir pahit ini untuk sementara waktu. Ia tidak punya pilihan selain bermain dalam skenario Lino, sambil diam-diam mencari jalan keluar.

"Aku akan kembali ke kelasku," kata Yujin, nadanya datar.

"Tentu. Aku akan menjemputmu setelah kelasmu selesai," Lino berkata, nadanya kembali memerintah.

Lino menatap punggung Yujin yang berjalan menjauh. Ia bersandar di dinding dengan senyum kemenangan. Sekarang, semua orang akan melihat Yujin sebagai gadis yang ia taklukkan di belakang Jiya. Dan itu adalah hal yang paling penting bagi Lino.

.

.

.

.

.

.

.

— Bersambung —

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!