NovelToon NovelToon
Dendam Putri Pengganti

Dendam Putri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Asa terkejut saat membuka matanya semua orang justru memanggilnya dengan nama Zia Anggelina, sosok tokoh jahat dalam sebuah novel best seller yang menjadi trending topik paling di benci seluruh pembaca novel.

Zia kehilangan kasih sayang orang tua serta kekasihnya, semua terjadi setelah adiknya lahir. Zia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat keluarga Leander.

Asa yang menempati raga Zia tidak ingin hal menyedihkan itu terjadi padanya. Dia bertekad untuk melawan alur cerita aslinya, agar bisa mendapat akhir yang bahagia.

Akankah Asa mampu memerankan karakter Zia dan menghindari kematian tragisnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

"Zia," panggilan suara berat itu membuat Zia menegang. Ia menoleh dan mendapati Arza sedang menatapnya intens. Pemuda itu mendekat lalu berbisik sangat pelan.

"Lo gak bisa ke mana-mana lagi," katanya tersenyum dingin.

Zia mengejap tidak mengerti. "Lo ngomong apaan sih?"

"Jangan gerak, lo bisa ketim–"

Perkataan Arza terhenti ketika melihat Zia menerobos dan keluar dari kurungan Arza sampai membuat pemuda itu melongo tak percaya, tangannya masih gemetaran saat menahan lemari buku yang hampir menindihnya.

Zia menepuk-nepuk tangannya, lalu menoleh ke arah Arza. "Makasih udah di tolongin, gue pergi dulu."

"Eh, Zia!" Panggil Arza.

Namun gadis itu seakan tuli dan mengabaikan Arza begitu saja, tanpa ada niat untuk menolongnya.

Sementara Gaby sedari tadi terdiam pucat memperhatikan gerak-gerik Arza dan Zia bergantian. Tanpa sadar kuku-kuku jarinya saling menusuk di kulit dalam telapak tangannya.

***

Hari Minggu pagi Zia sudah berada di sekolah. Seharusnya saat ini ia masih bergelung dengan selimut menikmati hari libur. Namun, pagi-pagi sekali Maddy datang ke rumahnya dan memaksanya untuk datang ke acara turnamen basket sekolahnya.

Sorak-sorai dari berbagai arah menyambut telinga Zia saat ia mendudukkan diri di salah satu bangku tribun. Namun bagi orang yang tidak terlalu suka keramaian seperti dirinya, Zia merasa lumayan terganggu dan tidak nyaman dengan suara bising di sekitarnya.

"Gila, Zia! Itu anak sekolah mana anjir, ganteng banget!" pekik Maddy heboh.

Zia mendesah lirih mendengar suara Maddy.

"Sial, itu juga yang pakai baju warna hitam. Auranya minta gue godain." Lagi-lagi Maddy berteriak sambil cengengesan ketika menemukan pemuda yang membuat jiwa jablainya meronta-ronta.

"Ini mata gue ada yang salah apa gimana, ya? Kok gue lihat ada cogan di mana-mana." Maddy menengok kanan-kiri dengan mata berbinar-binar.

Sekali lagi Zia membuang napas kasar. Ia menguncir asal rambutnya yang terurai berantakan akibat tertiup angin. Setelah itu, Zia mengambil kacamata hitam dari dalam tasnya dan memakainya untuk menghalau sinar matahari.

Aura bossy langsung terlihat jelas ketika orang lain melihat Zia dalam keadaan seperti ini, cantik dan angkuh.

Zia memandang ke arah lapangan menyaksikan para pemain basket sedang melakukan pemanasan. Kemudian Zia memutar pandangannya ke arah lain sambil memakan permen susu yang selalu dia bawa.

Pergerakan mulut Zia yang sedang mengisap permen tiba-tiba berhenti saat matanya menangkap seseorang yang sangat ia kenal berada di salah satu kerumunan pemain basket di tengah lapangan.

Zia menahan napas dengan jantung bergemuruh. Ia langsung duduk tegak dan membuka kacamata hitamnya untuk melihat lebih jelas ke arah sana.

Mengerjap dan mengucek-ucek matanya beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah, juga mencubit kulit lengannya untuk menyadarkan bahwa apa yang ia lihat nyata dan bukan sebuah khayalan.

Tangannya sakit ketika dicubit dan jantungnya semakin berdebar kencang ketika orang itu masih berada di sana. Dengan tergesa Zia berdiri dari duduknya hingga membuat Maddy yang duduk di sebelahnya menatap Zia kaget.

"Zia, lo kenapa?" Zia tidak menghiraukan pertanyaan Maddy.

Pandangannya masih fokus ke arah sana dan tanpa banyak berpikir lagi Zia langsung berlari turun melewati bangku tribun dengan buru-buru sampai-sampai beberapa kali menabrak penonton lainnya.

"ZIA!!" Maddy berteriak panik ketika Zia turun ke tengah lapangan.

Apa yang sedang dilakukan sahabatnya? Mengapa Zia malah berlari ke lapangan sedangkan pertandingan sebentar lagi akan dimulai.

Zia menjadi tuli dan matanya hanya menatap orang itu, takut jika sedetik saja ia mengalihkan pandangannya orang itu akan menghilang.

Sesampainya di tengah lapangan, Zia langsung menarik lengan orang itu dan membuat ia menoleh kaget. Setelah mereka bertatapan Zia tak kuasa menahan binar bahagia, lega, dan haru yang terpancar dari kedua matanya.

"Shaka." Gumam Zia langsung menubruk tubuh itu dan memeluknya erat.

Semua orang terkesiap kaget bahkan suara dari pemandu sorak pun langsung lenyap ketika mereka menyaksikan adegan pelukan di tengah-tengah lapangan itu. Sementara Maddy yang masih berdiri di atas tribun hampir menjatuhkan rahangnya, tidak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya.

Zia mendekap erat pemuda itu dengan wajah bahagia. Ia bahkan tidak mempedulikan bisik-bisik aneh dari orang-orang di sekelilingnya. Bahkan kalau bisa Zia ingin menangis keras untuk mengungkapkan betapa lega dan bahagianya dirinya saat itu.

"Astagaa! Gue bahagia banget lihat muka lo, Shak," bisik Zia sambil mengeratkan pelukannya.

Namun, setelah beberapa saat akhirnya Zia melepaskan pelukannya ketika merasakan tubuh Shaka menegang kaku dan tidak merespons ucapannya sama sekali.

"Gimana cara lo bisa sampai sini, Shak? Sumpah! Gue senang banget, akhirnya gue gak sendiri lagi di sini," ucapnya senang dan lega.

Shaka Alverdo, ia adalah adik kandung Ina yang juga satu universitas dengannya di kehidupannya dulu. Mereka mempunyai hubungan yang cukup dekat. Selain Papa dan Abang Kaisar, pemuda yang selalu ia andalkan adalah Shaka yang juga satu-satunya pemuda yang diizinkan bergaul dengannya oleh ayah dan kakaknya yang protektif.

Sudah ia katakan sebelumnya bukan, bahwa keluarganya dulu terkhusus laki-laki adalah tipe manusia posesif akut. Mereka tidak sembarang membiarkannya berteman dengan lawan jenis.

"Lo tahu Shak, gue hampir dibuat gila jalani kehidupan penuh masalah di sini. Semua ini ulah kakak stres lo yang udah bikin alur cerita gak manusiawi kayak gini," Zia menghela napas panjang kemudian kembali berkata. "Sekarang kasih tahu gue, gimana caranya lo bisa sampai sini? Lo juga kecelakaan kayak gue, Shak? Atau gara-gara jatuh ke selokan kayak di drama-drama Kore—"

"Sorry."

Zia menghentikan ucapannya ketika pemuda itu menye­la. Jarak mereka masih berdekatan dan dia bisa melihat jelas tatapan bingung pemuda itu.

"Lo siapa?" Tanya pemuda itu membuat Zia tertegun. "Gue gak paham sama semua ucapan lo. Shaka? Sedari lahir nama gue udah Gery, gue juga gak inget pernah ganti nama," ucap pemuda itu.

"Gery? Lo bercanda?!" Kening Zia mengerut.

Pemuda itu menggelengkan kepalanya. "Gue gak pernah mau berbicara sama orang yang gak gue kenal. Jadi, sebaiknya lo balik ke pinggir lapangan karena pertandingan sebentar lagi dimulai."

Setelah ucapan pemuda itu, Zia langsung mendengar bunyi peluit yang menandakan pertandingan akan segera dimulai. Binar mata Zia meredup, sekali lagi ia menatap pemuda itu yang mengaku bukan Shaka padahal wajahnya sangat mirip dengan Shaka.

"Lo beneran gak lagi ngejain gue kan, Shak?" Tanya Zia sekali lagi.

"Gery. Nama gue Gery, bukan Shaka atau yang lainnya," tukas pemuda itu tidak suka.

Zia ingin membantah tapi lirikan tajam pemuda itu yang memintanya untuk segera menyingkir membuat Zia terpaksa menelan lagi segala ucapannya. Semua pasang mata yang ada di lapangan termasuk penonton ikut memperhatikan setiap langkah Zia dengan penuh penasaran.

Namun, Zia sama sekali tidak mempedulikan itu. Ia menggigit bibirnya menahan kecewa karena harapan yang tadi sempat tumbuh subur pada akhirnya kembali mati tak berdaya.

"Tadi pacar lo, Ger?"

1
kriwil
jalang maruk🤣 semau laki mau di embat
Rossy Annabelle
no coment 🤧huhu
Heni Mulyani
lanjut author 💪
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: bsk² yak hehe
total 1 replies
Murni Dewita
👣👣
Wahyuningsih
kpn thor zia bahagia 🤔🤔kan kasihan q jdi males mau baca soalnya zia d tindas mulu haaaaaaaaaah
Zee✨: sabar belum jg pertengahan kak😄
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut
Dewiendahsetiowati
part yang bikin nyesek
Wahyuningsih
thor buat mereka yg menyakiti zia menyesal d buat segan matipun tk mau n buat gaby terpuruk n menderita oran g kok manipulatif gedek q sebel banget d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
Heni Mulyani
lanjut
Wahyuningsih
thor perasaan novel author yg lain blm pd tamat trus anda jga jrng up kk udah ada novel bru yg lma gimna d tamti dlu lah thor jgn d gantung syg klau gk d lanjutin 🤔🤔🤔🤔
Zee✨: itu udh tamat kak, sengaja di bikin gantung buat season 2 nanti hehe
total 3 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut up yg bnyak thor💪💪💪💪
Zee✨: Siappp, tungguin yakk
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Zee✨: okeee
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut 💪
Heni Mulyani
lanjut
Heni Mulyani
lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!