Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Kepingan-kepingan video yang terkuak dari USB drive Dekan Anwar terasa seperti ribuan pecahan kaca yang menusuk hati Arion, Bukan hanya karena ia melihat kebusukan para petinggi, tapi karena ia melihat dirinya sendiri di antara tumpukan kotoran itu, Rekaman-rekaman itu adalah cermin yang menelanjangi masa lalunya, menyingkap setiap janji palsu, setiap sentuhan hampa, dan di atas segalanya, rasa sakit yang ia torehkan pada Luna.
Malam itu bukan lagi hanya tentang keadilan bagi Adam atau kebebasan bagi para mahasiswi korban, Malam itu adalah tentang Arion tentang penebusan yang ia butuhkan dan tentang membuktikan diri pada wanita yang kini memegang kepingan hatinya yang hancur.
Profesor Hadi, Kenzie, Adrian, Arion, dan Luna berkumpul di apartemen Arion. Suasana terasa dingin dipenuhi ketegangan dan rasa jijik yang mendalam setelah melihat isi USB drive.
"Ini bukan hanya korupsi dan eksploitasi, ini adalah penghinaan terhadap kemanusiaan" Profesor Hadi berkata, suaranya bergetar menahan amarah.
"Kita punya cukup bukti untuk membuat mereka semua jatuh, Tapi kita harus strategis" Arion menatap Luna. Luna duduk di sofa, tatapannya kosong, namun jemarinya mengepal erat.
"Bagaimana cara kita menjatuhkan mereka Profesor? Kita butuh rencana yang tidak bisa mereka antisipasi."
"Kita harus mempublikasikan semua ini," Kenzie menyarankan.
"Ledakkan saja ke media."
"Tidak semudah itu," Adrian menyela.
"Mereka punya kontrol atas media massa besar, Kita butuh cara yang lebih gerilya, Sesuatu yang akan menjangkau orang banyak tanpa bisa mereka sensor."
Luna tiba-tiba bangkit, Ia berjalan ke arah papan tulis kosong yang biasa Arion gunakan untuk strategi geng, Ia mengambil spidol dan mulai menulis, mencoret-coret ide-idenya.
"Profesor Hadi, Anda punya koneksi di kalangan jurnalis independen dan LSM, kan?" Luna bertanya tanpa menoleh.
"Kita butuh mereka untuk menyebarkan ini secara simultan, Membanjiri internet, media sosial, dan bahkan kampus-kampus lain." Profesor Hadi mengangguk.
"Aku bisa menghubungi mereka, Tapi kita butka sesuatu yang bisa memicu reaksi massa, Sesuatu yang tidak bisa diabaikan."
"Seni"
Arion bersuara, menatap Luna. Luna menoleh, tatapannya tajam.
"Seni Kita adakan pameran, Bukan pameran biasa, Pameran yang berteriak, Pameran yang menunjukkan semua kebusukan mereka, semua video itu, semua puisi Adam Dan semua cerita dari para korban."
Arion merasakan darahnya berdesir, Ide Luna brilian, Sebuah pameran seni yang provokatif, diisi dengan bukti-bukti yang tak terbantahkan, disebarkan secara digital dan fisik.
"Aku akan membantu Luna dengan pameran ini," Arion berkata.
"Aku akan menggunakan semua koneksiku, Aku akan memastikan setiap orang di kampus, setiap orang di kota ini melihatnya."
Luna menatap Arion, Matanya yang gelap memancarkan campuran antara rasa sakit, harapan, dan sebuah pertanyaan yang tak terucap.
"Apa yang akan kau berikan untuk itu, Arion?" Arion melangkah mendekat, menggenggam tangan Luna.
"Aku akan memberikan seluruh diriku Luna, Aku bersumpah Aku akan menghapus setiap kesalahan masa laluku, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku bukan lagi pria itu."
Ia mencium punggung tangan Luna lalu beralih ke bibirnya, Ciuman itu adalah sebuah ikrar, sebuah janji yang mengikat jiwa Arion.
Arion dan Luna mulai bekerja keras, Mereka menggali lebih dalam isi USB drive, menyusun narasi untuk pameran, Luna menciptakan karya-karya seni yang menggugah, merangkai puisi-puisi Adam, dan bahkan mengabadikan kesaksian para korban dalam bentuk instalasi seni yang kuat.
Arion di sisi lain mulai menggunakan koneksinya yang lain, Ia menghubungi beberapa mahasiswa seni lain yang dikenal idealis dan pemberani, Ia menghubungi media-media kampus yang independen, dan bahkan beberapa blogger berpengaruh. Ia juga mengumpulkan data tentang Alditama Group mencari kelemahan mereka.
Di sela-sela pekerjaan mereka, momen-momen intim Arion dan Luna semakin intens, Arion yang dulu selalu mencari kesenangan fisik, kini mencari koneksi emosional, Ia menghabiskan malam-malamnya di studio seni bersama Luna, bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk bekerja, untuk berbicara, untuk mencoba memahami Luna lebih dalam. Sentuhan-sentuhan mereka menjadi lebih tulus, ciuman-ciuman mereka lebih bermakna. Luna, meskipun masih menyimpan keraguan dan rasa sakit, mulai sedikit demi sedikit membuka hatinya untuk Arion yang baru.
Kenzie dan Adrian terus bekerja keras, Mereka menemukan bahwa Mr. Alditama memiliki jaringan yang jauh lebih besar dari yang mereka duga, Bukan hanya kampus-kampus di kota itu, melainkan juga beberapa politisi dan pengusaha di tingkat nasional.
"Ini akan menjadi gempa besar Dion," Kenzie memperingatkan.
"Mereka tidak akan tinggal diam." Arion mengangguk.
"Aku tahu."
Tiba-tiba ponsel Arion berdering, Sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Ia mengangkatnya.
"Arion" sebuah suara berat berkata.
"Aku tahu apa yang kau lakukan, Dan aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan semuanya."
"Siapa ini?" Arion bertanya, suaranya dingin.
"Kau akan segera tahu," suara itu membalas.
"Kau pikir kau bisa bermain-main dengan kami? Kau hanya seorang anak kecil Arion, Dan aku akan mengajarimu pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan". Telepon itu terputus, Arion menatap Kenzie dan Adrian.
"Mereka tahu, Mereka tahu kita akan bergerak"
Arion melirik ke arah Luna, yang sedang tertidur pulas di sofa studio dikelilingi oleh sketsa-sketsa dan lukisan-lukisan, Ia mendekat, menyelimuti Luna dengan selimut tipis, Ia mencium kening Luna, merasakan kehangatan dari bibir gadis itu.
"Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu Luna" Arion berbisik.
sebuah janji yang ia ukir dalam hatinya, Ia tahu bahwa ia telah mengundang bahaya yang jauh lebih besar ke dalam hidup mereka, Pertarungan yang sesungguhnya baru akan dimulai.