NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 19 : Kopi dan nasi goreng

Di pagi hari, ketika matahari masih enggan menampakkan sinarnya dan semburat fajar baru mulai mewarnai ufuk timur, Daniel terbangun dari lelapnya. Langkah kakinya membawa ia menuju dapur, mencari kehangatan dari secangkir kopi yang selalu menjadi ritual paginya.

Namun, setibanya di dapur, Daniel terkejut mendapati kehadiran seseorang. Dari siluet punggungnya, jelas bukan Lucianna. Pakaian yang dikenakan adalah seragam pembantu rumah ini, namun waktu belum menunjukkan pukul enam, jam di mana para pembantu biasanya mulai berdatangan.

"Siapa kau?" suara Daniel terdengar tegas, sedikit diwarnai nada was-was. Tubuh itu tersentak, kemudian berbalik menghadap Daniel.

"T-tuan..." Wanita itu adalah Sopia. Di tangannya, ia memegang pisau dan beberapa helai daun bawang, seolah baru saja memulai aktivitas memasak.

"Apa yang kau lakukan sepagi ini? Bukankah sudah kubilang kalau pembantu boleh datang pukul enam?" tanya Daniel, nada herannya tak dapat disembunyikan.

"Ee, saya hanya mencoba untuk disiplin, Tuan. Saya juga sedang membuatkan sarapan untuk Tuan dan Tuan muda nanti," ucap Sopia, terlihat kikuk. Raut wajahnya menunjukkan sedikit kegugupan.

Daniel tidak yakin apakah masakan pembantu akan disantap oleh anak-anaknya, mengingat betapa terbiasanya mereka dengan masakan Lucianna. Namun, Daniel membiarkannya, berpikir bahwa si kembar juga tidak boleh terlalu bergantung pada Lucianna.

"Tuan butuh kopi?" tanya Sopia, mencoba menawarkan diri.

"Iya, tapi nanti saja saat Luci sudah bangun," ucap Daniel, lalu beranjak menuju meja makan. Sopia mengerucutkan bibirnya, namun walaupun sudah diberi tahu, ia tetap kekeh membuatkan Daniel secangkir kopi.

"Biasanya cinta itu tumbuh dari hangatnya minuman," gumam Sopia, suaranya nyaris tak terdengar. Ia lantas membuka satu kancing atas pakaiannya, sedikit menarik dadanya agar terlihat lebih menonjol. Kemudian, ia menghampiri Daniel yang sedang membaca koran di ruang makan, dan menyajikan kopi itu di hadapannya.

Daniel melirik sekilas ke arah kopi, lalu beralih menatap Sopia. Sebuah pikiran melintas di benaknya, apakah gadis ini tidak mendengar ucapannya tadi, ataukah ia sengaja mengabaikannya.

"Tuan nanti ketiduran lagi, kalau harus menunggu Luci membuatkan kopi," ucap Sopia, nada bicaranya ramah, mencoba meyakinkan Daniel.

Daniel sebelumnya tidak pernah dibuatkan kopi oleh pembantu. Ia selalu membuat kopinya sendiri. Saat Lucianna datang, Lucianna memaksakan diri untuk membuatkan kopi untuknya, dan Daniel tidak menolaknya karena kopi buatan Lucianna juga sesuai dengan seleranya. Namun, karena rasa tidak enak hati, Daniel mengangkat gagang cangkir kopi itu dan menyeruputnya.

"Uhuk!" Daniel menunjukkan ekspresi aneh saat menghirup kopi itu. Entah apa yang ia rasakan, hingga tangan yang memegang cangkir kopi itu goyah, menumpahkan sedikit isinya.

Sopia yang terkejut segera mengambil tisu dan dengan sigap ingin mengelap sekitar bibir Daniel yang kotor karena kopi yang menyembul dari mulutnya. Namun, Daniel menahan tangan Sopia. Ia mengambil tisu dari tangan Sopia dan mengelap mulutnya sendiri, sebuah penolakan halus namun tegas terhadap sentuhan.

Sopia dengan cepat mengambil lap dan membersihkan meja yang ketumpahan kopi. "Tuan, apa ada yang salah?" tanyanya dengan nada khawatir, mencoba menyembunyikan rasa kecewanya.

"Ini sangat pahit," jawab Daniel singkat dan jujur, kata-katanya menusuk perasaan Sopia.

"Mau kubuatkan lagi, Tuan?" tanya Sopia, berharap mendapatkan kesempatan kedua untuk membuktikan kemampuannya.

"Tidak perlu, aku akan membuatnya sendiri nanti. Kau lanjutkan saja memasaknya. Satu lagi, perbaiki seragammu, aku tidak ingin anak-anak melihatnya," tolak Daniel dengan suara tegas dan formal, memberikan penekanan pada batasan yang harus dijaga.

"B-baik, Tuan," jawab Sopia dengan nada lesu, lalu kembali ke dapur membawa cangkir kopi yang ia buatkan untuk Daniel.

"Apa salahnya dengan kopi buatanku?!" gumam Sopia kesal, rasa frustrasi mulai menguasai dirinya. Ia pun menyeruput sendiri kopi buatannya.

"Cuh! Astaga, ini benar-benar pahit! Pantas saja Tuan Daniel tidak menyukainya," Sopia memuntahkan kopi buatannya sendiri dan langsung membuangnya ke wastafel. Kemudian, ia melanjutkan kegiatan memasaknya, mencoba untuk tidak mengingat kejadian memalukan tadi.

Selesai memasak, Sopia menyajikan empat piring nasi goreng di meja makan. Daniel masih berada di ruang makan, tidak dengan korannya kali ini, melainkan dengan dokumen-dokumen pekerjaannya. Entah kapan dia mengambil dokumen-dokumen itu.

Daniel melihat sekilas nasi goreng itu, lalu mengernyitkan dahinya. "Empat piring?" tanyanya.

"Iya, untuk Tuan dan tiga Tuan muda," jawab Sopia dengan nada ceria.

"Aku tidak sarapan pagi," jawab Daniel singkat. "Biasanya Luci hanya menyiapkan kopi dan roti panggang. Aku tidak terbiasa makan berat di pagi hari," lanjut Daniel.

"Kalau begitu, Tuan harus terbiasa mulai sekarang! Sarapan pagi itu bagus untuk kesehatan," Sopia mencoba menjadi seorang motivator bagi Daniel, berharap dapat mempengaruhinya dan meluluhkan hatinya.

"Tidak, Sopia, aku biasa minum kopi di pagi hari. Tidak enak rasanya jika didampingi makanan berat. Aku juga belum minum kopi pagiku," tolak Daniel dengan halus namun tegas.

Suara hentakan sandal cepat terdengar dari samping kanan Daniel, membuatnya menoleh. Lucianna datang dengan tergesa-gesa.

"Astaga, aku kesiangan! Apa kau sudah minum kopi?" tanya Lucianna dengan nada panik, masih terengah-engah. Daniel menatap kaki Lucianna dengan tatapan khawatir.

"Jangan berlari, kakimu akan sakit lagi nanti. Aku belum minum kopi," ucap Daniel, entah karena benar-benar peduli atau hanya sekadar formalitas.

"Kakiku sudah lebih baik. Eh?" Lucianna melihat empat piring nasi goreng tersaji di meja.

"Siapa yang membuat ini?" tanya Lucianna, menatap Daniel dengan tatapan menyelidik. Lalu, Daniel menggerakkan kepalanya seolah memberi tahu bahwa orang di sebelah kirinya—Sopia—lah yang membuatnya. Lucianna langsung menyadari bahwa sudah ada pembantu yang datang sepagi ini.

"Kau tidak ingin minum kopi dulu?" tanya Lucianna, melihat Daniel membereskan dokumennya.

"Nanti saja setelah mandi," jawab Daniel, lalu segera pergi ke kamarnya.

Hanya tersisa Lucianna dan Sopia di ruang makan. Lucianna mengendus aroma yang kuat dan menyengat. Matanya tertuju pada nasi goreng buatan Sopia yang tersaji di atas meja.

"Apakah ini pedas?" tanya Lucianna dengan nada hati-hati.

"Iya," jawab Sopia dengan nada ketus, menyiratkan ketidaksukaannya.

Lucianna menyendok sedikit nasi goreng itu dan mencicipinya. Seketika, kulit putih Lucianna langsung memerah dan matanya berair. "I-ini pedas sekali! J-jangan sajikan ini pada anak-anak. Berikan saja pada pembantu atau satpam," ucap Lucianna dengan susah payah, menahan rasa pedas yang membakar lidahnya.

Lucianna segera meneguk air yang ada di dekatnya dengan cepat. Tubuhnya langsung terasa panas, rasa pedas yang tidak wajar untuk anak-anak seusia si kembar.

"Luci! Apa kau melihat dasi merah corak hijauku?!" teriak Daniel dari tangga, memecah keheningan.

"I-iya! Tunggu sebentar!" sahut Lucianna. "Ingat! Jangan berikan ini pada anak-anak!" pesan Lucianna dengan nada tegas sebelum bergegas pergi menghampiri Daniel.

Saat Lucianna menaiki tangga, si kembar sudah bangun dan melihatnya menuju ke lantai atas. Tanpa memanggilnya, si kembar kembali berjalan menuju ruang makan.

Sopia menatap masakannya sendiri, hatinya terasa mendidih. "Tadi kopi, sekarang nasi goreng! Paling si Luci cuma tidak mau si kembar makan makanan buatanku!" gerutunya dalam hati.

Si kembar tiba di ruang makan dan langsung duduk di kursi. Mereka melihat nasi goreng yang sudah tersaji di atas meja. Warna nasi goreng itu terlihat sedikit gelap dan merah, membangkitkan rasa curiga.

"Ini masakan Luci?" tanya Devan dengan nada ragu.

"Bukan! Ini masakanku! Kalian harus makan ini, aku sudah susah-susah membuatnya!" jawab Sopia dengan nada memaksa.

"Ini terlihat pedas," komentar Rehan, menatap nasi goreng itu dengan tatapan waspada.

Brak! Sopia menggebrak meja makan, mengejutkan si kembar. "Tinggal makan saja, banyak komentar kalian itu!! Kalau mau cepat tumbuh besar, jangan pilih-pilih!" bentak Sopia dengan nada kasar.

Si kembar terkejut mendengar bentakan Sopia. Mereka mulai meraih sendok dan saling bertatapan satu sama lain, seolah ragu untuk mencicipi nasi goreng itu. Dengan berat hati, mereka menyuapkan nasi goreng itu bersamaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!