seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
"Mamaknya suci sudah meninggal le, waktu suci baru punya anak tiar, kalau bapaknya suci sudah lama meninggal, pas suci masih sekolah SMP dulu!" Jawab mamak.
"Maaf mba suci, sena ga tahu!" Ucap sena merasa bersalah telah mengungkit masa lalu suci.
"Gapapa sen, toh itu sudah lama banget!" Jawab suci.
"Terus, sekali lagi maaf mba, kalau bapaknya tiar sama ayu dimana?" Tanya sena hati hati.
"Bapaknya tiar kabur sen, waktu ayu umur dua tahun!" Jawab suci memendam emosi.
"Maksud mba suci?" Tanya sena bingung atas jawaban suci.
"Bapaknya tiar kecantol sama orang kota teman kerjanya!" Mamak yang menjawab sebab tahu betul cerita tentang suci sambil merapatkan duduknya ke suci lalu merangkul suci.
"Sudah dua tahun ini suci merawat anaknya sendirian, ia selalu ikut mamak jadi buruh memanen padi kalau lagi musim panen, kalau seperti sekarang ya paling kerja seadanya kalau ada orang nyuruh nyetrika atau nyuci!" Jelas mamak menceritakan kisah suci.
Sena tertegun mendengar cerita mamak, pantas saja tiar berpuasa, ternyata bukan karena benar benar ingin berpuasa, tetapi karena keadaan yang memaksa ia berpuasa, bahkan mungkin juga ayu di paksa berpuasa.
Kali ini nurani sena kembali terusik, sudah sekian kali setelah ia pergi dari kehidupan di pondok, ia menemukan dan melihat sendiri berbagai persoalan kehidupan yang ada di masyarakat, dari ketemu tika yang di usir mertua dan suami, guru yang tak bisa memberi contoh baik pada muridnya, orang yang punya penyakit tapi malah menuduh orang lain yang menyebabkan ia sakit, orang yang keluarganya hidup tenang tapi di ganggu oleh orang lain yang tidak suka, serta suci yang suaminya tega meninggalkan anak istrinya demi perempuan lain.
"Begini kah kehidupan yang sesungguhnya?" Batin sena bermonolog sendiri, mencoba mencerna dan mengambil hikmah dari semua kejadian yang ia saksikan.
"Mba suci, mulai besok pagi mba suci kesini, bantuin mamak masak dan pekerjaan lainnya, nanti sena yang bayar mba suci tiap bulannya, nanti kalau peternakan bebek sudah jalan dan bebeknya sudah pada bertelur, separuh dari jumlah telur bebek kita bikin jadi telor asin, nanti mba suci sama mamak yang bikin, sena yang memasarkan!" Ucap sena kemudian, ia mengambil keputusan itu agar suci ada pemasukan dan tiar sama ayu tidak perlu berpuasa karena ke adaan.
"Beneran sen, mba ucapakan terimakasih kalau gitu, mba memang lagi sangat butuh kerjaan!" Jawab suci.
"Iya ci, besok kamu bantuin mamak, sekalian jadi teman ngobrol mamak, mamak suka bingung kalau kerjaan sudah selesai tapi ga temannya, paling sama tari kalau sudah pulang sekolah!" Sambung mamak.
"Iya mak, tapi kan besok minggu mak, berarti aku mulainya senin saja ya?" Kata suci.
"Besok kalau mau ke sini ya gapapa mba!" Jawab sena.
Sedang asik ngobrol lik cipto datang bersama istri dan dua anaknya di susul lik dar datang bersama keluarganya juga, bertambah ramai lah rumah mamak.
Kini kaum laki laki pada duduk di teras sedangkan yang perempuan duduk di dalam rumah, tak lama berselang abi dan tari pulang dari membeli sate.
"Bawa masuk dalam saja bi, biar nanti mamak yang menyajikan, tar, itu para bocil di bagi es cream satu satu!" Ucap sena saat abi dan tari akan masuk rumah.
"Siap mas!" Jawab abi dan tari bersamaan.
Lalu sena ikut masuk untuk mengambil ponselnya, ia berniat melakukan panggilan video denga mustofa.
"Assalamualaikum bocah tengil!" Ucap mustofa setelah panggilan video tersambung.
"Waalaikumsalam mas jones!" Balas sena.
"Gimana kabarnya sen, sehatkan, bapak sama ibu sehat juga kan!?" Tanya mustofa.
"Alhamdulillah sehat mas, abah sama umi sehat kan mas, mas rofiq juga sama keluarga juga sehat kan?" Jawab sena ikut bertanya kabar keluarganya di pondok.
"Alhamdulillah semuanya sehat, gimana rasanya pulang kampung dek?" Tanya mustofa lagi.
"Sangat menyenangkan mas, dan ternyata lukman itu masih sodara sama aku mas, ini bapak sama ibunya lukman lagi di sini!" Jawab sena.
"Wah benarkah, kalau gitu tunggu dulu, mas akan panggilkan lukman!" Ucap mustofa lalu beranjak ke luar mencari santri yang bisa di mintai tolong memanggil lukman.
"Lik dar, panggil lik sri sama ali, sebentar lagi lukman mau ngomong!" Ucap sena pada lik dar sambil menunggu lukman di panggil mustofa.
Lik dar yang memang sudah merasa kangen dengan anaknya langsung memanggil istri dan anaknya di dalam rumah sena.
"Halo sen, ini lukman sudah datang!" Ucap mustofa.
"Iya mas, mana aku mau ngomong!" Jawab sena.
Seketika layar hape berganti dari wajah mustofa ke wajah lukman yang semakin bersih, beda dengan saat ia baru datang ke pondok.
"Assalamualaikum ustadz!" Ucap lukman begitu sopan pada sena.
"Waalaikumsalam calon ustadz, gimana kabarnya man, sudah hapal berapa juz?" Balas sena.
"Alhamdulillah baik tadz, dan alhamdulillah sudah sepuluh juzz!" Jawab lukman.
"Mantap, lanjutkan, nih bapak sama ibumu mau ngomong sama kamu!" Kata sena kemudian menyerahkan ponselnya pada lik dar.
"Assalamualaikum le, gimana kabarmu, sehat kan, betah ga di situ le!?" Ucap lik dar memberondong pertanyaan pada lukman.
"Waalaikumsalam pak, alhamdulillah lukman sehat pak dan sangat betah di sini, gimana kabar bapak dan mamak serta dek ali?" Jawab lukman berganti menanyakan kabar keluarganya di desa.
"Alhamdulillah bapak sama mamakmu juga adikmu sehat le, bapakmu sekarang lagi kerja sama mas sena, lagi bikin kandang bebek, kamu belajar yang tekun ya le, biar cita citamu bisa tercapai!" Ucap lik sri yang kini mengambil alih ponsel sena dari tangan suaminya.
"Nggih mak, gus sena memang baik banget mak, lukman saja di kasih sarung sama peci dan beberapa kitab buat belajar!" Jawab lukman.
"Sekali lagi bilang gus teleponnya aku matiin man!" Saut sena yang mendengar lukman menyebut gus pada dirinya.
"Hahahaha..... ampun mas, saya di suruh gus mus!" Jawab lukman.
"Ooohhh, rupanya kamu di bisikin sama jones, ya wis di lanjut ngobrol sama mamakmu!" Ucap sena lalu masuk rumah untuk memberi kesempatan lukman bicara dengan keluarganya.
Setelah setengah jam lamanya lukman ngobrol sama bapak dan mamaknya di sambungan video call, telepon pun harus berakhir sebab sudah terdengar suara adzan tanda waktu sholat isya sudah datang.
Lik dar mengembalikan posel pada sena yang sedang duduk di dalam bersama yang lainnya.
"Yar, besok kalau kamu bisa adzan subuh mas sena kasih hadiah uang saku!" Ucap sena pada tiar.
"Siap mas, besok aku pasti bangun gasik!" Jawab tiar.
"Oke, kita buktikan besok, sekarang ayo kita ke mushola buat sholat isya!" Kata sena lalu semua kaum laki laki pergi ke mushola bersama sama dari rumah sena.