Restu? lagi-lagi restu yang jadi penghalang, cinta beda agama memang sulit untuk di satukan, cinta beda alam juga sulit untuk di mengerti tetapi cinta terhalang restu berhasil membuat kedua belah pihak dilema antara maju atau mundur.
Apa yang akan dipilih oleh Dirga dan Klarisa, karena cinta terhalang restu bukanlah hubungan yang bisa dikatakan baik-baik saja untuk keduanya.
Ikuti kisah mereka didalam novel yang bertajuk "Melawan Restu".
Salam sehat
Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Goresan_Pena421, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deep talk berlanjut
Klarisa mengusap wajahnya dengan kasar. Air matanya tak mau berhenti, seolah ada air terjun yang terus mengalir tanpa jeda. Zelo duduk di sampingnya, tetap sabar meski hatinya ikut perih melihat kondisi kakaknya.
“Dek, kenapa ya hidup Mbak selalu diuji dengan hal-hal yang berhubungan sama cinta?” Klarisa membuka suara lagi dengan suara serak.
“Apa Mbak segitu nggak pantasnya dicintai dengan cara yang sederhana aja?”
Zelo menggeleng pelan. “Mbak jangan pernah mikir kayak gitu. Mbak itu pantas. Masalahnya bukan di Mbak, tapi di orang-orang yang belum ngerti cara mencintai Mbak dengan benar.”
“Tapi, Dek…” Klarisa menoleh dengan mata bengkak, “…Mbak capek. Kalau Tuhan kasih pilihan, Mbak lebih milih nggak usah jatuh cinta lagi daripada sakit terus.”
“Mbak, hati manusia itu bukan tombol on-off. Nggak bisa dibilang, ‘udah ah nggak usah jatuh cinta’, terus besoknya beneran nggak cinta. Itu nggak mungkin. Justru karena hati nggak bisa dipaksa, Tuhan kasih ujian ini supaya Mbak ngerti siapa yang bener-bener tulus.”
Klarisa menatap adiknya lama. “Kamu ngomong kayak orang dewasa aja, Dek. Padahal kamu masih muda.”
Zelo tersenyum miris. “Aku mungkin muda, tapi aku udah cukup sering lihat Mbak nangis gara-gara laki-laki. Aku juga capek, Mbak. Tapi aku nggak pernah nyalahin Mbak. Justru aku bangga, Mbak berani jatuh cinta lagi meski pernah dihancurin dulu sama Ryan.”
Klarisa terdiam. Kata-kata Zelo menusuk tapi juga hangat. Ia menggenggam tangan adiknya, erat sekali, seolah takut kehilangan pegangan.
“Dek, kalau suatu hari Kak Dirga beneran ninggalin Mbak, kamu masih bisa lihat Mbak kuat?” suara Klarisa pecah.
“Mbak takut banget, Dek. Kalau sampai itu kejadian, Mbak nggak tahu bisa hidup kayak gimana lagi.”
Zelo menatap kakaknya serius. “Mbak, jangan gantungin hidup Mbak ke manusia. Bahkan kalaupun Kak Dirga pergi, Mbak masih punya aku, masih punya keluarga, masih punya Tuhan. Ingat itu.”
Air mata Klarisa kembali jatuh, tapi kali ini ia mengangguk pelan. “Iya, Dek… Mbak coba.”
Zelo menepuk pundak kakaknya. “Nggak cuma coba, Mbak. Mbak harus yakin. Karena Tuhan nggak pernah kasih ujian kalau hamba-Nya nggak mampu.”
Hening menyelimuti kamar itu. Hanya suara jangkrik dari luar jendela yang terdengar, menemani percakapan kakak-beradik yang terjebak di antara rasa sakit dan harapan.
Klarisa berbaring, menatap langit-langit kamar. “Dek, kalau aja restu itu nggak jadi masalah, mungkin hidup Mbak nggak serumit ini ya?”
Zelo menunduk, lalu menjawab pelan, “Mungkin, Mbak. Tapi bisa jadi kalau nggak ada masalah restu, justru ujiannya di tempat lain. Hidup ini selalu ada ujiannya, Mbak. Bedanya cuma cara kita nerima.”
Klarisa memejamkan mata, lelah sekali. “Mbak cuma takut, Dek. Takut kalau perjuangan Mbak sia-sia.”
Zelo menunduk dekat ke telinga kakaknya, lalu berbisik, “Kalau Mbak percaya sama Tuhan, nggak ada yang sia-sia.”
---
Di luar kamar, ponsel Klarisa yang masih tergeletak di meja bergetar. Nama Dirga tertera di layar, panggilan masuk berkali-kali. Tapi Klarisa tak bergeming, ia memilih bersembunyi dalam keheningan bersama Zelo.
Zelo melirik ponsel itu, lalu kembali menatap kakaknya yang sudah terpejam dengan air mata masih mengalir. Ia menghela napas panjang.
“Ya Tuhan,” doa Zelo dalam hati, “kuatkan Kakakku. Jangan biarkan dia hancur lagi.”
Sementara itu, di sisi lain, Dirga duduk di kamarnya, menatap layar ponsel yang tak kunjung diangkat. Dadanya sesak.
“Sayang… jangan pergi dulu dari aku,” gumamnya lirih, seolah Klarisa bisa mendengar.
Eaakk🤭😂