Kiara Safira Azzahra harus menelan pil pahit mendapati kekasihnya tiba-tiba tidak ada kabar berita. Ternyata ehh ternyata, kekasihnya......
😱😱😱😱
Penasaran????
Yuk kepoin cerita author yang bikin kalian mewek-mewek baper abiss....
Hanya disini.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Nyu, kamu dimana?" Guntur memberondong Banyu dengan pertanyaan saat ditelepon.
Banyu mengerjapkan mata saat suara bariton ayahnya membuat telinganya berdenging di telepon. Sejenak, dia menjauhkan telepon dari telinga.
"Apaan sih, Yah?" katanya sambil mengucek mata, lalu melirik ke arah jam dinding.
Banyu baru teringat bahwa saat ini dia sedang berada di kos-kosan Farel yang kebetulan dekat dengan kos-kosan Kia. Setelah mengantar Kia sampai ke kosannya, Banyu memang langsung menuju kosannya Farel. Dia sebenarnya ingin pulang, tapi hujan yang turun semakin deras memaksanya untuk menginap di rumah temannya itu.
"Kamu sekarang dimana?" desak suara ayahnya, membuat Banyu harus menggosok telinganya yang berdengung nyaring,"Jangan macam-macam kamu ya, Nyu! Ayah nggak suka kamu ngelakuin hal-hal yang merugikan diri sendiri!" kata si ayah.
"Macem-macem apa sih? Orang aku nginep di kosannya si Farel kok?"
"Beneran? Kamu lagi nggak bohongin ayah kan?"
"Emang selama ini aku pernah bohongi ayah? NGGAK kan?"
"Untuk akhir-akhir ini nggak sih? Tapi masalah transferannya Angela, kamu sudah bohongi ayah?"
"Eh,. kalau yang itu sih beda, Yah. Itu rezeki anak Soleh namanya . Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita nggak boleh nolak rejeki. Kata orang tua, pamali......?
"Congor mu, Nyu?"
Hehehehe...
Terdengar suara kekehan dari sebrang telepon.
"Kapan baliknya? Kamu tuh nggak boleh kecapean....!" peringatan si ayah.
"Iya, iya. Aku nggak akan kecapean kok. Orang disini cuma numpang tidur doang?"
"Emang hari ini nggak ada kuliah?"
"Ada. Tapi masuk siang, Yah. Itupun cuma satu mata kuliah doang?"
"Ya udah.. Setelah ini langsung bangun, terus mandi. Jangan kelamaan nginep di kosan temen. Kamu tuh seneng banget ngerepotin orang lain.....?"
"Aku tuh sebenernya mau pulang, eh, malah ujan deres banget. Udah gitu geledeknya nyamber-nyamber. Terpaksa aku nginep di tempat nya Farel," adu Banyu pada ayahnya.
"Oh, gitu. Ya udah setelah ini langsung balik aja?"
"Ayah ada di cafe?"
"Belum. Masih di rumah. Paling bentar lagi ke cafe?" jawab Guntur, "Oya, kalau mau sarapan, ada lauk di meja. Suruh Mbok Tum hangatin. Mungkin kamu pulang, ayah dah berangkat ke cafe."
"Iya, Siap. Ayah nggak usah khawatirin aku . Lagian aku udah gede kali, Yah? Kayak gitu nggak perlu terus diingetin."
"Yeay.....Kamu kalau nggak diingetin, mana pernah sarapan tepat waktu. Makan siang selalu telat. Makan malam selalu absen?"
"Hehe, absen. Kayak bocah SMA ketauan bolos aja?" kekeh pemuda itu.
"Nah, kamu kan emang gitu?"
"Ya udah deh. Aku ingat-ingat......!"
"Ya dah. Ayah tutup ya. Ni ayah mau langsung ke cafe."
"Iya. Hati-hati, Yah!"
"Ya. Assalamualaikum!"
"Walikumsalam."
*****
Sebelum Banyu tiba di kampus, Kia sudah lebih dulu sampai. Gadis itu terlihat celingukan di dalam kelas, mencari sosok seseorang. Tiba-tiba, seseorang muncul dan mengagetkannya begitu saja.
"Anne, ihhh...!" keluh Kia kesal pada Anne yang berhasil mengejutkannya.
Dimarahi---eh, dianya malah ketawa ngakak.
"Elo lagi nyari siapa sih?" tanyanya. Kayaknya Anne juga ikut penasaran.
"Nyari Banyu. Dia belum masuk kelas kayaknya," sahut gadis itu. Lalu mendudukkan diri. Anne ikut menyusul duduk di sebelah Kia.
"Tumben elo nyari Banyu. Ada apa?" tanyanya sambil melirik jahil. Kia langsung menoyor kepala sahabatnya sambil mengerucutkan bibir.
"Jangan berpikir yang macam-macam! Gue cuma ada perlu dikit sama dia?" ucap Kia memberikan alasan supaya anti tidak berpikiran macam-macam.
"Hehehe, macam-macam juga nggak apa-apa. Kalian sama-sama jomblo. Terus kenapa nggak, gitu?" kekehnya.
"Apa maksud lo?"
"Yey, pura-pura nggak tahu....?" goda gadis itu, tertawa geli.
"Gue nyariin dia karena gue mau ngucapin terima kasih. Kemarin pas ujan, dia nolongin gue. Ngasih tumpangan gratis sama gue....! Puas elo....!"
"Heh, serius? Lah....elo dari mana emang?"
"Kan gue dah bilang, gue ketemuan ama bokap."
"Oya," tiba-tiba sahabatnya nyengir, "Gue minta maaf kemarin nggak bisa nemenin. Beneran, suer. Kemarin tuh jadwalnya gue nemenin nyokap ke dokter kulit. Kulitnya gatal-gatal gitu deh?" ucap Anne memberikan alasan sambil cengengesan.
"Nggak apa-apa kok. Lagian gue bisa sendiri, Best! Elo nyantai aja!"
"Eh, eh, terus gimana? elo ketemu sama bokap lo?" tanyanya, kepo banget.
"ketemu." Jawab Kia menganggukkan kepala. Setelah mengangguk, wajah Kia berubah sendu.
"Ada apa?"
"Ceritanya panjang, Ne," gadis itu nampak bernapas lega. Seolah-olah semua beban yang dia pikul, terlepas begitu saja setelah mendengarkan penjelasan dari sang ayah. Eh, ayah bukan kandung maksudnya.
"Ceritain aja, gue siap dengerin!" desak Anne, kepo maksimal.
Kia menceritakan garis besar pertemuannya dengan sang ayah kepada sahabatnya. Kepercayaannya pada Anne begitu dalam, karena gadis itu sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Kia tidak keberatan Anne tau. Karena memang selama ini hanya dia yang mau mendengar segala keluh kesahnya.
"Terus, rencana elo selanjutnya apa?" tanya Anne, juga ikut prihatin dengan nasib sahabatnya itu.
"Nerusin idup lah. Mau apalagi?"
"Elo nggak mau nyari bokap kandung elo?"
Mata Kia menyipit. Lalu langsung menggeleng cepat.
"Nggak akan pernah!" tolak Kia, tegas.
"Buat apa, Ne? Dia itu seorang penjahat....!" sarkas gadis itu. Anne tersenyum prihatin, lalu mengusap sahabatnya menyalurkan dukungan.
"Good. Sebagai sahabat, gue akan selalu ada untuk elo? Apapun keputusan elo, gue yakin, itu sudah yang terbaik!"
"Thank you. Elo emang sahabat gue terbaik?"
Keduanya pun terkekeh bersama.
Inilah yang membuat Kia sangat nyaman dan bahagia bersahabat lama dengan Anne. Berasa seperti kakak adik.
"Tapi elo tetep mau kerja bersih-bersih apartemen kan?" tanya Anne tiba-tiba.
"Iyalah. Lumayan. Meskipun nggak setiap hari, tapi duitnya buat tambah-tambah pemasukan," jawab Kia, mengulas senyum.
Anne menganggukkan kepala setuju.
Andai saja dia bisa membantu Kia lebih dari ini, maka akan dia lakukan.
Sayangnya Kia tidak semudah itu menerima setiap bantuan yang sifatnya gratis -tis yang dirinya berikan. Kia akan menimbang-nimbang, dan memilah bantuan dari dirinya. Jika merepotkan, maka dengan tegas sahabatnya itu akan langsung menolak.
Bukannya Kia sombong. Dia hanya merasa tidak enak kalau terus-terusan merepotkan sahabatnya itu.
Makannya jalan satu-satunya, Anne terpaksa sedikit berbohong supaya Kia mau bekerja di apartemen sang Abang.
"Eh, Ki....?"sapa Banyu, tiba-tiba sudah muncul di depan kedua gadis cantik itu.
"Gue ada perlu....?" katanya.
"Gue juga iya, Nyu?" balas Kia.
"Kita ngomongnya pulangnya aja ya? Tadi Pak Bambang dah datang.....!" kata pemuda itu.
"Oh, oke," angguk Kia, tersenyum samar.
"Ih, cie, cie. Janjian kalian berdua....?" ledek Satria yang memang datang dengan Banyu. Anne tertawa kecil.
"Ih, apaan sih? Orang mau bahas kerjaan....?"sahut Banyu, menjitak pelan kepala teman sebangkunya itu. Satria ngakak.
"Jangan berpikir yang macam-macam.....!" timpal Kia, ikut menyahuti.
"Macam-macam juga nggak apa? Iya nggak, Sat?" seloroh Anne, tergelak.
"Yoi, Anne Bidadari ku."
"Ih, najis.....!" Anne memutar bola matanya malas.
Kia gantian yang tersenyum.
benarkah???