NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Dave melangkah dengan pelan masuk ke dalam rumah Hans, di tangan kanannya memegang bungkusan berukuran sedang. Dave tersenyum kecil menatap Mawar yang berdiri di samping kakaknya.

Dave: "Hai, Mawar." sapanya. Dave tersenyum hangat kepada Mawar, lalu menoleh ke arah Hans yang berdiri di samping Mawar. "Hai, mas." sapanya dengan ramah. Hans tersenyum kecil menatap Dave.

Hans: "Kalian ngobrol aja, ya. Aku ke dalam dulu." ucapnya. Hans melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Mawar dan Dave.

Mawar: "Ada perlu apa, sih?" tanyanya dengan ketus. Dave hanya tersenyum menatap wajah Mawar yang kelihatan ketus menyambut kedatangannya.

Dave: "Jangan ketus, dong. Aku teman yang baik, kan." ucapnya dengan pelan. "Aku membawakan sesuatu untukmu." ucapnya. Dave menyerahkan bungkusan berukuran sedang kepada Mawar.

Mawar: "Apa ini, Dave?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Dave: "Ini adalah makanan kesukaan kamu." ucapnya lagi. Mawar membuka bungkusan makanan itu dengan pelan, lalu mengeluarkan makanan itu dari bungkusannya. Sekotak kue sus yang berisi coklat dan vanila, kue Sus yang tampak begitu lezat membuat Mawar menelan air liurnya. Mawar sangat menyukai kue sus, Dave mengetahui makanan kesukaan Mawar dari Dewi.

Mawar: "Dari mana kamu tahu aku suka dengan kue sus?" tanyanya dengan penuh keheranan.

Dave: "Rahasia, dong. Semua tentangmu aku pasti tahu." ucapnya dengan penuh percaya diri.

Mawar: "Pasti Dewi yang memberitahukanmu." ucapnya dengan penuh keyakinan. Dave tersenyum lebar, Dave berharap bisa membuka pintu hati Mawar yang terkunci untuk menerima cintanya.

Dave: "Kamu akan selalu mengingatku saat memakan kue ini." ucapnya dengan rasa percaya diri.

Mawar: "Lebay banget, sih." ucapnya dengan wajah cemberut. Mawar melangkah dengan terburu-buru masuk ke dalam rumah, Dave mengikutinya dari belakang.

Mawar: "Bi, Sitaaa." ucapnya dengan suara yang agak keras. Bi Sita keluar dari dapur dengan langkah yang tergesa-gesa.

Bi Sita: "Iya, non." ucapnya dengan pelan.

Mawar: "Tolong simpan kue ini di kulkas, ya. Buatkan minuman untuk Dave." pintanya sambil menyerahkan bungkusan kue sus itu di tangan bi Sita.

Bi Sita: "Iya, non. Mau minuman hangat atau dingin, non?" tanyanya sambil menatap Mawar.

Mawar: "Tanya sama orangnya saja, bi." ucapnya sambil melirik ke arah Dave.

Dave: "Minuman hangat saja, bi." sahutnya dengan ramah. "Terima kasih sebelumnya, ya, bi." ucapnya lagi.

Bi Sita: "Baik, tuan." ucapnya. Bi Sita membalikkan badannya, melangkah ke dapur.

Dave: "Di mana tante Meti?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Mawar: "Apakah kamu ke sini hanya untuk mencari ibuku?" tanyanya dengan ketus.

Dave: "Hehe. Tentu saja mencari kamu, sayang." ucapnya sambil tertawa kecil.

Mawar: "Apaan, sih. Tidak usah panggil sayang." ucapnya dengan nada tidak senang.

Dave: "Aku hanya bercanda." sahutnya. "Gitu aja kok marah." ucapnya lagi. Beberapa saat kemudian bi Sita berjalan dengan pelan dari dalam dapur sambil membawa teh hangat untuk Dave.

Bi Sita: "Ini teh hangatnya, tuan." ucapnya sambil meletakkan teh hangat itu di atas meja.

Dave: "Terima kasih, bi." ucapnya sambil tersenyum ramah.

Bi Sita: "Sama-sama, tuan." sahutnya sambil kembali melangkah ke dapur. Dave meraih gelas kaca yang berisi teh manis itu di atas meja, dia meneguknya dengan pelan.

Dave: "Tanpa kamu suruh, aku sudah minum tehnya." ucapnya sambil tersenyum manis. Mawar menatap wajah Dave dengan penuh kekesalan di dalam hatinya.

Mawar: "Kamu terlalu percaya diri. Aku tidak menyuruhmu minum, kok." ucapnya dengan nada kesal. Mawar selalu kesal pada Dave, karena Mawar menilai Dave terlalu percaya diri.

Dave: "Hehe. Maaf, ya." ucapnya dengan tenang diiringi tawa kecilnya. "Jangan ngambek, dong." bujuknya. Dave mencoba membujuk Mawar yang sedang kesal terhadapnya, saat itu Lily baru saja pulang dari tokonya. Lily melangkah dengan terburu-buru, masuk ke dalam rumahnya. Mawar langsung menyapa kakak iparnya itu dengan ramah.

Mawar: "Hai, kak." sapanya sambil tersenyum manis.

Lily: "Ada tamu, ya." ucapnya sambil menatap ke arah Dave yang sedang tersenyum ramah terhadapnya. Mawar menoleh ke arah Dave, lalu memperkenalkan Dave kepada Lily.

Dave: "Saya teman Mawar, kak. Nama saya Dave." ucapnya dengan jelas. Lily hanya tersenyum, lalu kembali melanjutkan langkah kakinya masuk ke dalam kamarnya. Setelah Lily masuk ke dalam kamarnya, Dave masih menatapnya dengan rasa kagum.

Mawar: "Apa yang kamu lihat?" tanyanya dengan ketus.

Dave: "Kakak iparmu sangat cantik." ucapnya dengan rasa kagum.

Mawar: "Dasar pria. Semua sama saja." sahutnya dengan ketus.

Dave: "Apanya yang sama?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Mawar: "Semua pria adalah mata keranjang." ucapnya sambil menatap Dave dengan tatapan mata yang tajam.

Dave: "Jangan berkata begitu, Mawar. Secara tidak langsung kamu juga mengatakan mas Hans seperti itu." ucapnya. "Aku hanya mengagumi kecantikan kak Lily." ucapnya lagi. Mawar terdiam, pernyataan Dave membuatnya tersadar jika masa lalu kedua orang tuanya masih membekas dalam pikirannya. Mawar mengingat dengan jelas ayahnya meninggalkan ibunya karena wanita lain.

Dave: "Kamu kenapa, Mawar?" tanyanya dengan penuh keheranan.

Mawar: "Aku tidak apa-apa." ucapnya dengan pelan. Dave menatap wajah Mawar yang kelihatan lesu dan agak pucat.

Dave: "Kamu istirahat saja, Mawar. Aku juga mau pulang." ucapnya dengan penuh pengertian.

Mawar: "Iya, Dave. Terima kasih, ya." ucapnya dengan lembut. Dave terkejut mendengar pengungkapan Mawar, selama ini Mawar selalu bersikap cuek, dingin, dan ketus terhadapnya.

Dave: "Untuk apa berterima kasih, Mawar?" tanyanya dengan penuh keheranan.

Mawar: "Terima kasih untuk kuenya." ucapnya sambil tersenyum kecil. Seketika hati Dave bahagia dan berbunga-bunga saat melihat senyuman Mawar yang lembut.

Dave: "Iya, Mawar. Aku pulang dulu." ucapnya sambil beranjak dari duduknya, lalu melangkah dengan pelan keluar dari rumah itu. Setelah Dave pergi, Mawar masuk ke dalam dapur, lalu membuka kulkas dan mengambil kue sus pemberian Dave.

Mawar: "Dave sangat baik." gumannya dengan pelan. Mawar memasukkan kue sus itu ke dalam mulutnya, lalu mengunyahnya dengan pelan. Hans keluar dari dalam kamarnya, dan hendak mengambil air putih. Hans melihat Mawar sedang memegangi kue sus pemberian Dave.

Hans: "Kuenya disayang, orangnya dibenci." ejeknya. Mawar terkejut, dia melihat kakaknya telah berdiri di belakangnya sambil tersenyum lebar ke arahnya.

Mawar: "Aku tidak membenci Dave." ucapnya dengan wajah yang cemberut.

Hans: "Artinya kamu juga menyukainya, kan?" perkataan Hans membuat Mawar terdiam. Mawar memang tidak pernah membenci Dave, dia hanya belum bisa menerima cinta Dave karena masih trauma dengan masa lalu ayahnya. Mawar takut akan sebuah kegagalan, Mawar juga membenci sebuah perselingkuhan. Bagi Mawar, cinta dan pernikahan harus sehidup semati tanpa ada perpisahan.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!