NovelToon NovelToon
Peluru Rasa Kavaleri Timur

Peluru Rasa Kavaleri Timur

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Enemy to Lovers
Popularitas:762.9k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.

Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.

~~~~

"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."

Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga puluh empat~ Sales terlope

Russel mengokang senjata laras panjang dimana incarannya adalah target di depan. Ia bukan sniper tercepat dan terbaik sepanjang masa namun setidaknya tak pernah meleset dalam menembakan lesatan pelurunya.

Di tengah teriknya matahari yang membakar kulit, bunyi deru nafasnya bahkan dihitung demi sebuah ketepatan. Larinya terarah dan cepat, tanpa jejak tanpa suara. Hanya....

Psyuthhh

Dorr!

Papan target berlubang di lingkaran tengahnya, lalu muncul papan target lain. Ia berpacu dengan waktu dan detakan jantungnya sendiri.

"Bravo one! Gooo...gooo!"

Berguling dan merangkak, badannya bahkan dibanting kesana kemari melawan sesama perwira lain, dimana pembagian timnya bukan keinginan pribadi.

Hari ini adalah materi lapangan terakhir sebelum esok, mereka selesai dan kembali pada kesatuan masing-masing.

"Istirahat---istirahat! Ditunggu di ruang 3 gedung Ismail. Materi terakhir!"

Ia menyudahi latihan fisik yang menguras tenaga ini, sejak pagi.

Berbagi teknik perang, cara penanganan, pengalaman dan kemampuan, terkadang adu tanding antar satuan menjadi isi dari latihan gabungan yang dilakukan. Terlebih pelatihan dan pendidikan yang dilakukan secara langsung oleh para satuan elite dunia.

3 hari, lebam di tulang pipi sempat di dapatkan Russel sebab adu jotos dengan salah satu anggota pasukan khusus satuan komando lain.

"Jadi, kapan mau bawa om sama makcut ke rumah Gala?" kekeh Panji di sela-sela waktu mereka menuju sesi materi.

Russel mendengus, benar yang Gala ucapkan kemarin. Untuk urusan ini ia memang seharusnya jujur.

Lantas bagaimana sekarang? Jangankan datang ke rumahnya membawa keluarga, pacaran saja Gala belum tentu menerimanya.

"Do'akan ya bang. Biar secepatnya adikmu ini melangkahi abang Lingga dan abang Panji." tawanya menyebalkan, Panji mengikuti Russel.

"Umur Gala berapa? Gue ngerasa dia---"

"Masih 22."

Panji menarik alisnya, "pantes dia sering panggil lo, om. Lo emang udah om-om buat dia." tawanya lepas.

"Lah, gue sama bang Saga apa bedanya coba...sama mas Tama, sama Abi Fath. Abi Fath selisih usianya lebih jauh sama umi. Tapi ngga dipanggil abba sama umi Fara."

Panji mengangguk-angguk, bahkan jika mereka lupa umma Salwa dan almarhum abba lebih jauh lagi.

Jadwal kembali siang, justru harus diundur ke malam. Sehingga, Russel bisa benar-benar pulang ke messnya di waktu tengah malam. Tak mungkin juga ia menyambangi rumah mayor Irianto. Lagipula, esok ia masih bisa dengan alasan lari pagi, ia menunggu Gala di jalur lari yang biasa gadis itu lewati.

Lala sri'Gala

Besok lari pagi ngga? Sorry baru balik banget tadi jam 10.

Dan Russel hanya melihat pesannya itu ceklis satu. Tak mau ambil pusing ia menelfonnya namun jelas, nomor Gala memang sedang tak aktif.

Mungkin ia memang butuh waktu sendiri.

Russel sengaja, bangun sepagi itu dan menyatu dengan beberapa rekan termasuk Jarna dan Yama.

"Arep mangan opo?"

"Nyarap bubur." Lalu pandangannya beralih pada Russel yang baru mengunci pintu, "Sel?"

"Nyarap cah wedhok." Jawabnya mengundang keduanya untuk segera membanting botol minum ke lantai, "Iki...Iki...orang bilang kalo falling in love falling down...otaknya beneran jatuh ke bawah."

"Wes hayuk!" Satu meter, dua meter, ia berlari dalam pencariannya, namun tak menemukan. Bahkan Russel sampai memisahkan diri dari Jarna dan Yama ke arah jalanan yang biasanya dilalui Gala, tetap saja ia tak menemukan Gala.

Sejak malam dimana ia menangis kembali, Russel belum sempat lagi mengetahui kabarnya. Timbul rasa khawatir yang cukup besar.

**Duta air mineral**

*La, ngga lari pagi ya*?

**Lala sri'Gala**

*Ngga. Aku ngga di rumah*.

**Duta air mineral**

*Dimana*?

**Lala sri'Gala**

*Di klinik*.

**Duta air mineral**

*Kamu sakit*?

**Lala sri'Gala**

*Sedikit*.

Perawat sudah keluar dari ruang dokter bersama berkas yang ia dekap di dada, lalu ketika mesin otomatis pemanggil nomor antrian menyebutkan nomor Gala, mama menggiring Gala masuk ke dalam ruang dokter.

Iya, kemarin selepas mengantarkan tanta dan om ke bandara, Gala seharian berada di kamarnya. Perutnya seperti sedang dikocok-kocok, badannya demam, dan kepalanya berputar membuat lemas. Bahkan ia tak peduli dengan ponselnya yang ia padamkan selepas ditelfon Russel malam-malam dan berakhir dibantu Ryu.

Mama dan papa sama-sama mengukur kesalahan masing-masing, suara lirih Gala itu, adalah keinginan Gala setelah sekian lama ia menjadi pribadi yang *diam* dan *bungkam* pada kedua orangtuanya, ia menjadi sosok yang amat jauh dari jangkauan padahal sebelumnya adalah seorang yang sangat hangat memeluk. Sadar akan dampak dari apa yang selama ini dilakukan, mama menarik kembali pengajuan cerainya dan berpikir ulang beberapa kali.

Memikirkan semua hal yang telah dilewati bersama puluhan tahun.

"Beri saya satu kesempatan, meski saya tau. Semua tak akan bisa kembali seperti sedia kala, terutama hatimu." Dan anggukan mama dari kalimat panjang papa itu yang membuat Gala akhirnya tetap bertahan berada disini, menetap dan bersiap memilih kampus.

"Nanti papa yang liat kamu pas istirahat, maafin mama ngga bisa jagain Lala seharian. Cuma bisa datang terlambat saja ke sekolah. Mama terlalu banyak ijin."

Gala menggeleng tersenyum, "aku bukan anak kecil lagi, mama ngajar aja. Di rumah ada mbak Ela kan?"

Mama mengangguk setelah mendapatkan obat, tak lupa kassa di kakinya sudah diganti dokter demi melihat luka Gala.

"Pertolongan pertama yang baik." Jelas, karena yang menolongnya adalah orang-orang hebat di lapangan, tentu mereka sangat mahir.

Gala merapatkan tali hoodie agar lebih rapat memeluk kepalanya, tak lupa merapatkan duduknya memeluk mama di motor. Baru mama rasakan kembali kehangatan Gala.

Gala masih lemas duduk di sofa menyandarkan badannya setelah menumpuk bantal beberapa susun sambil menonton televisi. Yang dikerjakannya hanya tidur, makan dan nonton, bosan.

"Dek, mau kemana?" tanya mbak Ela di dapur, ia bahkan ditugasi mama membuat puding buah untuknya.

"Di teras, aku bosen di rumah."

"Oh, ya udah kalo pusing panggil mbak."

Gala dengan bibir pucatnya mengangguk, langkahnya masih sempoyongan namun akhirnya sampai di kursi kayu depan. Menikmati suasana sore yang mulai terasa berkurang panasnya.

Orang-orang berangsur pulang, termasuk mama dan papa yang menyapanya lalu menempelkan punggung tangan di kening Gala begitu datang.

Asik memandang suasana depan mendadak ia tersenyum melihat seseorang dengan motor dan beberapa tentengan di cantelan depan. Masih memakai pakaian loreng seperti papa namun sudah datang kesini.

"Wahhh, sakit ya!"

"Bu," hormatnya mengangguk pada mama, "Sel...baru pulang latihan gabungan di kota kembang, katanya?"

Russel mengangguk, "denger kabar, dek Gala sakit ya Bu?"

"Ah, iya ini...mana kemaren kakinya kena engkol." Mama menceritakan semuanya seolah-olah Russel begitu berhak tau, "ma." Tegur Gala.

"Masuk, Sel. Mau ketemu bapak?" tanya mama, lagipula apa pula kepentingannya datang kesini selain dari sang suami. Namun sepertinya mama menangkap sinyal lain ketika Russel menggeleng.

"Mau jenguk dek Gala."

Gala melipat bibirnya, bahkan sudah memalingkan wajah saat Russel terlihat gelagapan di depan mama, sepaket tentengan yang begitu banyak di tangannya.

"Wahhh, ya ampun. Makasih banyak Sel!"

Russel, masih dengan sepatu delta dan seragam lengkapnya itu duduk di tembok pembatas teras berhadapan dengan Gala, sementara mama sudah masuk ke dalam untuk menyiapkan minum.

"3 hari aku ngga disini, malah sakit. Segitu kesiksanya ya?"

Gala menendang lututnya dengan kaki, lupa jika kakinya itu terluka, "awww..."

"Nah kan...coba aku liat." Russel menangkap kaki Gala yang ditempeli kassa, "Ryu yang bilang, kalo malam-malam dia ketemu kamu."

Gala menyipitkan matanya, "jadi curiga. Kalo kedatangan Ryu bukan kebetulan."

Iya, ada Air Jordan di belakangnya.

"Kalo kata ustadz suudzon." sangkal Russel, "eh ini tadi aku bawa buah, bawa biskuit, bawa vitamin, bawa susu less sugar. Kata umi orang demam ngga boleh makan makanan berminyak, tinggi gula, pedes, apa lagi ya tadi..." Russel mengubek-ubek barang bawaannya, menjejerkan satu-satu persis sales jualan dan Gala tertawa akan hal itu.

"Kamu jualan ya?"

"Ah sama ini yang paling penting..." Russel mengeluarkan tangannya dari kresek yang kemudian terbentuk love dari tautan jari dan jempolnya.

Gala mendengus menepis itu sementara Russel sudah tertawa kecil.

"Ekhem, Sel..."

Russel segera bangkit dan menghormat, "siap, salah ndan."

Gala melipat bibirnya kembali menahan tawa melihat keterkejutan Russel.

"Saya dengar dek Gala sakit, ndan. Jadi...kesini buat---"

"Terimakasih." Angguk papa kini berjalan ke arah motor mama terparkir.

"Papa mau kemana?" tanya Gala.

"Mau ke bengkel. Biar ngga ada yang ngomel-ngomel lagi kalo motor mama jelek. Sampe bikin kakinya luka kena engkol, ngga ngerti deh...itu nginjek engkol heboh amat sampai luka, mama aja ngga apa-apa tuh...."

Sekarang, Russel yang melipat bibirnya, "siap, ijin bicara ndan. Biar saya saja?"

Namun papa menggeleng, "biar saya saja. Saya mau memastikan sendiri motornya layak apa engga buat dipakai kuliah nanti."

.

.

.

.

1
Opi Sofiyanti
kyk abi fath.... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nuri Asih
Abi Fathin tuh yg ranjang patah.../Facepalm//Facepalm/
Bunda Idza
Alhamdulillah.... persiapan semakin komplit... semoga lancar jaya menuju SAH
Iccha Risa
woy bang udh takut mablas kesempatan banget, sekarang asupannya nutrisi makanan aja ya bukan hal laen..
Maria Kibtiyah
jd candu y cel kokopan mulu
Iccha Risa
request euy kadonya,
miss blue 💙💙💙
gak sekalian minta rumah nya aja sel? 🤣🤣🤣
MunaRizka
halalin dulu bang ucel
Purnama Pasedu
om ucel bisa ae
MunaRizka
waahhh dasar buaya
inda
ya allah bang tahan we tahan, orang2 pada kemana cobak 😭
gala jangan mau dulu di kokop trs sama si reptil 🥹
MunaRizka
bedah isian rumah🤣🤣🤣
Elmaz
hadeh abang... ga tahan bgt yak... di rmh org itu 🤣🤣🤣🤭🤭🤭
sweet escape
Iya banget , suka sama sifat lala ini,, dia tau ucel tuh bucin parah sm dia tp nggk d manfaatin, malah lala sekrg banyak mikirny takut kl ngeluh sedikit, segala cara tuh rusel tempuh buat lala nyaman
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
wahhh gk ada lawan ihh hadiahnya
Zayyin Arini Riza
Nurunin siapa sih Russel, gak bisa lihat bibir Gala nganggur...
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Me mbaca
ingat ingat cel ..gercep banget lihat ada yang "nganggur dan sepi"
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!