Cerita ini lanjutan dari Terjebak cinta CEO Dingin.
Bagaimana jadinya seorang Kafka Arsalan Iskandar yang merupakan pimpinan Black Serpent yang terkenal kejam dan tidak pernah jatuh cinta dalam hidupnya begitu terobsesi pada seorang gadis yatim piatu yang bernama Mahira Salim yang di buang oleh keluarganya setelah kematian Ayahnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.Yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hukuman 2
"Tuan anda mau apa?," Mahira menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tubuh setengah telanjang Arsa terpampang di depan matanya.
"Memberikanmu hukuman," jawab Arsa.
"Tuan, anda terluka?," tanya Mahira menyentuh pelipis Arsa dimana terdapat bekas darah yang sudah mengering.
"Biarkan saja," jawab Arsa. Ia tidak peduli dengan lukanya saat ini. Luka di pelipisnya tidak seberapa baginya, ia bahkan pernah mendapatkan luka lebih parah dari ini.
"Tuan, mari saya obati dulu," ucap Mahira memberikan penawaran sebagai pengalihan.
Arsa meraih kedua tangan Mahira lalu menguncinya diatas kepala gadis itu dengan tangan kirinya. Kini Mahira tidak bisa lagi menolaknya. Ia langsung membungkam bibir Mahira dengan bibirnya dan melumatnya dengan pelan. Ia tersenyum disela ciumannya, Mahira membalas ciumannya meski sedikit amatir. Ia memperdalam ciumannya dan ciuman yang awalnya lembut lama kelamaan berubah sedikit kasar namun begitu intim.
"Hah...," Mahira mengambil nafas sebanyak-banyaknya setelah Arsa melepaskan pagutannya.
Arsa tersenyum tipis melihat nafas Mahira yang memburu. Ia kembali melumat bibir Mahira yang sudah membuatnya kecanduan sekarang. Ciuman itu lama kelamaan turun ke leher jenjang Mahira sehingga sebuah desahan lolos dibibir mungil Mahira yang sedikit mulai membengkak akibat ulah Arsa.
"Tuan..., jangan!," ucap Mahira.
Arsa bukannya berhenti, pria itu semakin menjadi. Ia membuka satu persatu kancing piyama Mahira menggunakan tangan kanannya.
"Sexy...," gumam Arsa.
"Tuan, jangan. Saya mohon jangan!," ujar Mahira menggeleng cepat. Namun bibir dan tubuhnya bertolak belakang. Bibirnya menolak tapi tubuhnya merespon setiap sentuhan yang diberikan Arsa pada tubuhnya.
Arsa melepaskan satu persatu pakaian yang melekat pada tubuh Mahira hingga tubuh polos Mahira kini terpampang jelas di depan matanya. Ia menelan salivanya dengan kasar, sungguh tubuh Mahira benar benar indah menurutnya.
"Tuan jangan!," erang Mahira.
"Nikmati saja, maka kamu akan aku buat melayang," ucap Arsa yang sudah dikuasai oleh gairahnya.
Mahira terus berusaha memberontak meski antara akal dan tubuhnya bertolak belakang. Apakah hari ini ia akan kehilangan kesuciannya yang ia jaga selama ini. Bahkan dulu saat Aldi mengajaknya melakukan hubungan sebagai pembuktian cintanya, ia menolak dengan tegas.
Sesuai janjinya Arsa benar benar membuat Mahira melayang. Pria itu tersenyum kecil saat Mahira mendapatkan pelepasan pertamanya meski baru sebatas pemanasan.
"Bagaimana rasanya?. Enak, hum?," tanya Arsa menikmati wajah Mahira yang tampak kelelahan setelah mendapatkan pelepasannya. Arsa mengusap peluh di kening Mahira. Sebuah kebanggaan untuknya bisa membuat istrinya itu mendapatkan pelepasannya.
Mahira tanpa sadar mengangguk kecil ditengah-tengah nafasnya yang memburuh saat Arsa kembali menyerang tubuhnya.
*
*
*
"Terimakasih sudah menjaganya untukku," bisik Arsa setelah beberapa jam pertempuran panas mereka. Ia tidak menyangka kalau Mahira masih suci, di zaman sekarang di kota-kota besar seperti ini sangat jarang wanita yang masih bisa mempertahankan kesuciannya.
Mahira tidak lagi menjawab ungkapan terimakasih Arsa, wanita itu langsung tertidur karena kelelahan. Tiga ronde Arsa menggempurnya tentu saja membuatnya benar-benar kelelahan apalagi Arsa yang tidak kenal lelah menggempurnya.
Arsa melepaskan penyatuan mereka dengan perlahan. Ia turun dari ranjang mengambil selimut yang sudah terhempas di sudut tempat tidur lalu menyelimutinya pada Mahira. Kamarnya benar benar sudah seperti kapal pecah karena permainan mereka.
Arsa memakai jubahnya lalu membuka pintu balkon kamar. Ia menyulut rokoknya perlahan, ia sudah sejauh ini bersama Mahira, perempuan itu masih suci saat pertama kali ia masuki. Memang untuk pertama kalinya ia bercinta dengan seorang wanita karena selama ini ia begitu menjaga pergaulannya meski dulu ia berkuliah di Amerika yang terkenal dengan negara bebas.
Arsa menghembuskan asap rokoknya ke udara. Ia tidak akan pernah melepaskan Mahira. Wanita itu sudah menjadi miliknya seutuhnya dan akan seperti itu selamanya. Untuk cinta, entahlah untuk saat ini ia belum merasakan getaran apapun dihatinya saat bersama Mahira. Ia dan Mahira sama-sama menikmati hubungan saling menguntungkan ini.
***
Mahira baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya dari sisa percintaannya tadi pagi bersama Arsa. Ia sudah kehilangan kesusilaannya oleh suami yang tidak ia cintai sama sekali. Ia melangkah dengan pelan menuju bibir ranjang, area intinya terasa sangat perih saat ini.
"Sudah selesai mandinya?," tanya Arsa membawa nampan berisi makanan lalu meletakkannya di samping Mahira.
"Hem...," angguk Mahira.
"Oh ya sampai kapan hubungan kita seperti ini Tuan?," tanya Mahira.
"Selamanya. Selamanya kamu akan menjadi milikku. Aku tidak rela ada pria lain memilikimu," jawab Arsa.
"Satu tahun, setelah itu kita cerai. Kita hidup masing-masing," ucap Mahira. Satu tahun cukup untuk hubungan ini baginya. Bukankah itu adalah waktu yang cukup lama?.
"Kita lihat nanti," jawab Arsa yang malas berdebat dengan Mahira, hanya buang-buang energi saja. Lebih baik ia membuang energi di atas ranjang bersama Mahira. Ia akan memikirkan nanti bagaimana caranya mengikat Mahira selamanya bersamanya.
"Oh ya, apa rencanamu untuk besok?," tanya Arsa menenggak jus jeruk kesukaannya.
"Rencana apa?," tanya Mahira dengan kening berkerut. Ia tidak mengerti maksud perkataan Arsa.
"Bukankah kamu akan membalaskan dendammu pada Kakak tirimu?. Rumah sakit dan perusahaan sudah kembali menjadi milikmu. Apakah kamu tidak berkeinginan untuk sedikit bermain-main dengannya?," jawab Arsa.
Mahira mengangguk kecil, tapi ia belum memiliki rencana apapun saat ini. Ia baru saja selesai mandi setelah terbangun dari tidurnya. Mana bisa ia berpikir secepat ini untuk menyusun rencana membalas Kakak tirinya itu.
"Saya belum memikirkan rencana apa untuk membalasnya Tuan," jawab Mahira jujur.
"Perlu bantuanku?," tanya Arsa menatap lekat sang istri yang tampak tengah berpikir.
"Untuk saat ini, belum. Biar saya saja Tuan," jawab Mahira. Arsa membantunya dengan mendapatkan apa yang menjadi haknya saja ia sudah sangat bersyukur. Untuk selanjutnya ia sendiri yang akan menghadapi Kakaknya itu.
"Oke," angguk Arsa.
"Jika butuh bantuanku, katakan saja," ucap Arsa. Ia tidak ingin ikut campur terlalu jauh dengan urusan pribadi Mahira. Tapi jika Mahira meminta bantuannya maka dengan senang hati ia akan membantunya. Ia akan melihat apa yang akan dilakukan Mahira besok pada saudari tirinya itu.
"Iya Tuan," jawab Mahira.
"Ayo makan, kamu belum makan bukan. Tapi adanya hanya ini saja," ucap Arsa menunjuk hotdog buatan pada Mahira. Ia tidak terlalu bisa memasak lain akan halnya dengan Daddynya yang jago memasak. Ia dan Queen saja sangat menyukai masakan Daddynya. Itu bukan berarti ia tidak menyukai masakan Mommynya, masalahnya Mommynya sangat jarang memasak karena larangan dari Daddynya yang bucin akut pada Mommy nya.
"Terimakasih Tuan. Harusnya saya yang membuatkan sarapan untuk Tuan," jawab Mahira.
"No problem," jawab Arsa mengambil sepotong hotdog lalu mulai memakannya.
***
Pagi ini Mahira sudah siap dengan pakaian kerjanya. Arsa mengizinkannya untuk kembali bekerja memimpin rumah sakit sekaligus perusahaan. Ia mengambil sesuatu dari lemari, sore kemarin ia meminta izin pada Arsa untuk membeli beberapa keperluan pribadinya dan tidak lupa ia membeli pil KB untuk berjaga-jaga agar ia tidak hamil. Ia berharap belum terlambat untuk meminumnya.
"Obat apa yang kamu minum?," tanya Arsa saat melihat Mahira meminum sebutir obat.
"Pencegah kehamilan," jawab Mahira lalu kembali menyimpan obat itu ke dalam lemarinya.
Arsa mengangguk kecil, ia tidak lagi bertanya. Ia memasang wajah dinginnya lalu keluar dari kamarnya itu. Entah kenapa ia merasa kesal Mahira malah meminum obat pencegah kehamilan.
...****************...
klau Ibra aku tau anknya Teo , klau si kembar anaknya daveena sama Adi