Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Pertarungan di Arena Bintang
Zhong Li dan Xue Wei tiba di arena pertarungan, sebuah struktur kolosal yang dipenuhi dengan kerumunan orang. Suara sorak-sorai dan teriakan memenuhi udara. Di tengah arena, dua kultivator bertarung dengan sengit, sementara di bangku penonton, banyak orang bertaruh.
Saat mereka mencari tempat duduk, seorang gadis kecil menunjuk ke arah Zhong Li. "Itu tuan yang baik hati kemarin!" serunya kepada pria tua di sebelahnya. Pria itu, sang pengemis yang dibantu oleh Zhong Li, menoleh dan terkejut melihatnya.
"Tuan, ternyata Anda di sini," sapa pengemis itu dengan ramah. "Bolehkah kami duduk di samping Anda?"
Zhong Li hanya mengangguk, matanya fokus pada pertarungan. Pengemis dan gadis kecil itu duduk di sampingnya, ikut menonton.
Pertarungan di arena mencapai puncaknya. Kedua kultivator saling serang dengan kekuatan penuh, menghancurkan sebagian arena. Salah satu petarung, seorang pria bertubuh kekar, tiba-tiba berteriak, "Ayo kita akhiri ini!"
Tubuhnya mulai mengeluarkan cahaya, dan ia bertransformasi menjadi sosok setengah manusia, setengah banteng. Tanduk tajam tumbuh di kepalanya, dan otot-ototnya membesar. Salah satu penonton menunjuk dan berteriak, "Itu adalah wujud hewan ilahi Sekte Bintang Langit!"
Ternyata, salah satu petarung itu adalah murid dari Sekte Bintang Langit yang menyamar. Ia segera mengalahkan lawannya, memenangkan pertandingan.
Xue Wei menoleh ke arah Zhong Li. "Tuan, itu adalah perubahan dari Sekte Bintang Langit," ucapnya dengan nada kagum.
Pengemis di samping Zhong Li menyahut, "Benar, itu adalah transformasi binatang buas ilahi. Tapi, kenapa murid dari Sekte Bintang Langit menyamar? Tidak ada larangan bagi mereka untuk ikut bertarung di sini." Pengemis itu memegang dagunya, tampak berpikir keras.
Zhong Li tidak menanggapi. Ia hanya fokus menonton pertarungan, menyerap semua informasi yang ia dapatkan dari pertarungan itu. Ia kini tahu bahwa Sekte Bintang Langit memiliki kekuatan yang luar biasa.
Pertarungan di arena terus berlanjut, semakin memanas. Peserta baru memasuki arena, salah satunya adalah seorang wanita dengan gerakan lincah dan elegan. Pertarungan dimulai, dan tak lama kemudian, ia mengakhiri pertarungan dengan sebuah teriakan. Tubuhnya diselimuti cahaya, dan ia berubah menjadi sosok setengah manusia, setengah kucing. Telinga dan ekor kucing muncul, matanya bersinar hijau, dan cakar tajam keluar dari ujung jarinya. Gerakannya menjadi jauh lebih cepat dan mematikan.
Zhong Li melihat transformasi itu dengan mata terbelalak, terkesima dengan keunikan dari transformasi ini. Kekuatan yang keluar dari dirinya pun begitu liar, tapi terkontrol. Setelah pertarungan usai dan wanita itu keluar sebagai pemenang, Zhong Li bangkit.
"Mari kita pergi," ajak Zhong Li kepada Xue Wei. "Aku ingin melihat pusat perdagangan di kota ini."
Mereka meninggalkan arena, diikuti oleh pengemis dan gadis kecil yang sempat duduk bersama. Di luar gerbang, pengemis itu membungkuk. "Tuan, terima kasih banyak atas kemurahan hati Anda," ucapnya tulus. "Semoga perjalanan Anda menyenangkan."
Zhong Li mengangguk, lalu berpisah dengan mereka. Ia dan Xue Wei berjalan santai, menyusuri jalanan Kota Bintang yang ramai. Pusat perdagangan adalah tempat yang penuh dengan suara tawar-menawar dan aroma rempah-rempah. Di tengah keramaian itu, Zhong Li melihat sebuah kios yang sepi. Kios itu menjual telur-telur hewan buas ilahi, tetapi tidak ada seorang pun yang mendekat.
"Tuan, kenapa kios ini sepi?" tanya Xue Wei. "Orang-orang menyebutnya penipu karena telur-telurnya tidak memiliki kekuatan spiritual."
Zhong Li mengabaikan Xue Wei dan menghampiri pedagang itu. Ia melihat telur-telur pucat yang tersusun rapi. "Kenapa telur-telur ini pucat?" tanya Xue Wei kepada pedagang itu. "Tidak seperti telur lain yang terlihat cerah dan bercahaya."
Penjual itu, seorang pria tua dengan wajah letih, tersenyum dan menggaruk kepalanya. "Ini masih masa perkembangan, Tuan," katanya. "Telur-telur ini baru saja menetas. Saya serius, Tuan," tambahnya, melihat tatapan Xue Wei yang penuh keraguan. "Saya akan memberikan setengah harga jika Anda membelinya. Tolong, Tuan, jika saya tidak bisa menjualnya, kultivator yang memberikan telur ini akan marah kepada saya. Saya sudah membuang semua keuntungan saya."
Zhong Li tidak berkata apa-apa. Ia memegang telur-telur itu satu per satu, dan mengambil lima telur. Ia memasukkan telur-telur itu ke dalam ruang penyimpanan uniknya, membayar, dan melanjutkan perjalanannya. Ia membeli beberapa herbal spiritual, lalu berjalan santai, melihat-lihat.
Saat ia berjalan, ia melihat pemuda dan wanita yang bertarung di arena sedang membeli herbal spiritual. Namun, Zhong Li tidak berhenti. Ia hanya terus berjalan, mencari kedai makanan untuk makan siang.
Saat menikmati makanan di sebuah kedai, Zhong Li mendengar bisik-bisik dari meja sebelah. Beberapa orang membicarakan sebuah kelompok misterius di kota yang memiliki kemampuan transformasi ilahi, mirip dengan yang dimiliki Sekte Bintang Langit. Namun, mereka terkenal brutal, membunuh dan memangsa manusia, tidak seperti murid sekte yang tetap waras saat bertransformasi. Zhong Li hanya mendengarkan, melanjutkan makannya.
Setelah seharian berkeliling kota bersama Xue Wei, malam pun tiba. Jalanan mulai sepi saat mereka berjalan kembali ke penginapan. Tiba-tiba, Zhong Li, dengan aura dan pendengaran yang luar biasa, merasakan adanya pertempuran di kejauhan. Ia segera berjalan menuju tempat itu, diikuti oleh Xue Wei.
Dari atap sebuah rumah, mereka melihat pemuda dan wanita yang bertarung di arena tadi siang, kini bertransformasi menjadi wujud buas ilahi mereka. Mereka sedang bertarung melawan sekelompok orang misterius yang juga bertransformasi.
"Tuan, sepertinya itu murid Sekte Bintang Langit yang kita lihat di arena tadi," bisik Xue Wei.
Zhong Li hanya mengamati pertarungan dari kejauhan. Kelima murid Sekte Bintang Langit itu, meski telah bertransformasi, terlihat terdesak. Yang mengejutkan, musuh yang mereka lawan juga memiliki kemampuan transformasi hewan buas ilahi.
"Itu pasti kelompok yang dibicarakan di kedai tadi, Tuan!" kata Xue Wei, wajahnya menunjukkan keterkejutan.
Zhong Li mengangguk. "Bantu mereka," perintah Zhong Li.
Dengan kemampuan luar biasanya, Xue Wei dengan mudah mengalahkan semua penjahat itu. Zhong Li kemudian menghampiri mereka. Kelima murid Sekte Bintang Langit itu berterima kasih kepada Xue Wei. "Siapa mereka?" tanya Xue Wei.
"Mereka adalah kelompok yang mencuri teknik sekte kami," jawab pemuda itu. "Karena mereka tidak memiliki kekuatan bintang yang murni, mereka tidak bisa menahan kewarasan mereka. Mereka menjadi buas dan memangsa manusia."
Zhong Li mendengarkan, raut wajahnya tetap tenang. Ia berbalik dan berkata pada Xue Wei, "Ayo, kita kembali ke penginapan."
"Baik tuan," Jawab Xue Wei
Mendengar itu, kelima murid itu kembali mengucapkan terima kasih. Zhong Li dan Xue Wei pun pergi, melanjutkan perjalanan mereka di malam hari.