Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Baru
Gema memberikan informasi bahwa Dante harus bekerja dulu, tetapi sebagai lulusan teknik informatika ia bodoh, makanya selalu ditolak. Gema memberitahunya bahwa itu hal yang mudah, dia dapat membantu Dante. Gema menyuruh Dante untuk mengambil barang rusak, dan Dante mengambil handphone lamanya.
"Untuk apa kau menyuruhku mengambil benda ini?" Dante bertanya, merasa bingung dengan permintaan Gema. Dia sudah ingin membuang ponsel usang itu, tetapi Gema menghentikannya.
["Ini hal termudah yang bisa kuperbaiki. Lihat dan saksikan, Dante,"] suara perempuan tanpa wujud itu menyahut.
Gema menganalisis dengan hanya dilihat oleh Dante. Seketika visual titik merah muncul lalu matanya seperti dapat melakukan zoom yang sangat jernih dan ada tulisan-tulisan mengapung di udara tentang kerusakan serta cara memperbaikinya. Dante tertegun, melihat segala hal yang ada di ponsel itu. Tulisan-tulisan itu seolah memiliki makna tersendiri, memberitahu Dante apa yang harus dia lakukan.
["Ini bukan hanya sekadar melihat, Dante. Ini adalah cara mataku membaca, menganalisis, dan memecahkan setiap permasalahan yang ada. Tepat, ringkas, dan efisien,"] suara Gema kembali terdengar.
"Tunggu, tunggu, apa maksudmu? Apa yang bisa aku lakukan dengan ini?" Dante bertanya, matanya masih terbelalak. Dia merasa seperti sedang berada di dalam sebuah film fiksi ilmiah.
["Kau bisa memperbaikinya, Dante. Kau hanya perlu mengaplikasikan semua yang sudah kau pelajari. Aku hanya menyediakan peta, dan kau yang akan menemukan jalannya,"] Gema berkata dengan tegas.
Dante mencoba untuk memahaminya, tetapi otaknya terasa pusing. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ia bisa memiliki kemampuan seperti ini. Ini benar-benar tidak masuk akal, tapi... ia tahu bahwa Gema tidak berbohong.
["Pegang tanganmu di atas layar yang retak,"] Gema memberikan arahan.
Dante masih ragu, tetapi ia tidak punya pilihan. Tangannya gemetar, ia mencoba untuk patuh. Ia mengangkat tangannya dan meletakkannya tepat di atas layar ponsel yang retak. Visual mengapung di udara yang Dante lihat tiba-tiba berubah, menyorot area-area spesifik di tangan Dante dan di layar ponsel. Di dekat tangannya, muncul instruksi terperinci, "Tempatkan ibu jari di sudut kiri atas, telunjuk di sudut kanan bawah. Tekan dengan lembut." Di tempat lain, muncul daftar peralatan yang dibutuhkan, lengkap dengan gambar dan deskripsi. Dante menunduk, otaknya memproses informasi ini dengan kecepatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa seperti ribuan buku tentang perbaikan elektronik terbuka di hadapannya.
"Ini... ini luar biasa!" gumam Dante, suaranya bergetar. "Ini seperti aku tahu segalanya tentang perbaikan ini."
["Tentu saja, karena sekarang kau memilikiku. Aku memberimu semua informasi yang kau butuhkan. Sisanya ada di tanganmu,"] jawab Gema, suaranya terdengar puas. ["Sekarang, mulailah. Ikuti petunjukku."]
Dante mengangguk, ia merasa penuh semangat. Ia memulai pekerjaan pertamanya, dibimbing oleh mata Gema yang melihat segalanya. Beruntung, ia masih memiliki alat-alat bekas kuliahnya dulu. Dante mengambil obeng khusus, pinset kecil, dan lem perekat dari kotak di bawah meja. Dengan setiap instruksi yang muncul di hadapannya, Dante mengikuti dengan teliti. Tangannya yang tadinya ragu, kini bergerak dengan presisi dan percaya diri. Informasi yang diberikan Gema begitu mendetail, menunjukkan titik-titik kerusakan pada motherboard ponsel, serta urutan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyolder ulang komponen yang lepas.
Keringat mulai membasahi dahinya saat Dante fokus pada pekerjaan itu. Otaknya tidak pernah bekerja secepat ini sebelumnya. Ia merasa seperti sedang memecahkan teka-teki yang paling rumit, namun dengan jawaban yang sudah ada di depannya. Tidak ada lagi rasa frustrasi atau kebingungan. Yang ada hanyalah proses yang lancar, di mana setiap gerakan menghasilkan kemajuan.
Satu jam kemudian, Dante menutup kembali casing ponsel itu dengan hati-hati. Ia menyambungkan ponsel tersebut ke pengisi daya. Layar ponsel yang tadinya gelap total, kini menyala. Dante terkejut melihat logo merek ponsel itu muncul dengan jelas. Ia kemudian mengoperasikannya, memeriksa setiap fungsi, dan semua berjalan normal.
"Aku... aku berhasil," ucap Dante, suaranya serak. Ada perasaan bangga yang membuncah di dalam dirinya. Ia berhasil memperbaikinya, bukan karena sihir, tapi karena pengetahuannya yang tiba-tiba berlipat ganda.
["Itu adalah hasil dari pengetahuan yang sempurna dan ketekunan. Sekarang, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"] tanya Gema.
Dante terdiam sejenak, menatap ponsel yang kini berfungsi di tangannya. Senyum tipis terukir di wajahnya. "Aku ingin bekerja. Aku ingin membuktikan pada mereka bahwa aku tidak bodoh."
["Ide bagus, Dante. Kau ingin bekerja di mana?"]
"Di perusahaan besar. Di bagian IT. Itu impianku sejak dulu," jawab Dante dengan suara penuh keyakinan. Ia merasa sudah siap menghadapi dunia, dengan Gema di sisinya.
Gema tidak menjawab. Alih-alih, Dante merasakan sensasi aneh di kepalanya, seperti sebuah aliran data yang sangat cepat. Matanya berkedip, dan visual mengapung di udara kembali muncul, kali ini dalam bentuk daftar-daftar yang tak berujung. Daftar itu berisi nama-nama perusahaan, lowongan pekerjaan, dan persyaratan. Dante memindai daftar itu, mencari nama-nama besar yang ia kenal. Tiba-tiba, Gema menyorot sebuah nama.
["Nayla bekerja di sini. Perusahaan ini sedang mencari seorang insinyur IT senior,"] Gema memberitahunya setelah ia mengakses internet dalam kepala Dante.
Dante terkesiap. Perusahaan itu adalah impiannya, tetapi juga tempat Nayla bekerja. "Kau yakin? Aku tidak mau bertemu dengannya."
["Aku yakin. Ini adalah kesempatan terbaikmu. Genggam kekuasaan itu, Dante. Jangan biarkan masa lalu menghalangimu,"] Gema berkata dengan tegas.
Dante menghela napas panjang, ia membuka laptopnya dan mengetik nama perusahaan itu. Ia mencari bagian karir di website mereka, dan matanya terbelalak. Benar, ada lowongan untuk insinyur IT senior. Visual mengapung di udara yang Dante lihat dari Gema kini berubah, menunjukkan cara membuat lamaran kerja dan CV yang menarik. Gema memberinya tips dan trik, kata-kata kunci, serta bagaimana menyusun pengalaman kerja Dante agar terlihat lebih profesional dan mengesankan.
Dante dengan hati-hati mengikuti semua instruksi itu. Ia mengetik, menghapus, dan mengetik lagi. Kata-kata yang tadinya sulit ia rangkai, kini mengalir lancar dari jemarinya. Ia tidak lagi merasa bodoh. Ia merasa seperti seorang profesional sejati. Setelah selesai, ia membaca kembali CV-nya, dan ia terkejut melihat betapa hebatnya ia terlihat di atas kertas.
"Ini... ini luar biasa. Aku tidak pernah bisa membuat CV sebagus ini," ucap Dante, matanya berbinar.
["Itu karena aku membantumu, Dante. Sekarang, kirimkan lamaran itu,"] Gema memerintah.
Dante mengambil napas dalam-dalam, mengklik tombol 'Kirim', dan lamaran itu pun melayang ke dalam jaringan internet, menuju perusahaan impiannya dan juga Nayla.
Beberapa hari kemudian, sebuah e-mail masuk ke kotak surat Dante. Perasaan gugup segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia membuka surat itu dengan tangan gemetar.
["Buka, Dante,"] suara Gema terdengar lembut, menenangkan kegugupan Dante.
"E-mail dari PT. Abadi Jaya Sentosa," Dante membaca, suaranya pelan. Jantungnya berdebar kencang saat melihat isinya. Sebuah panggilan untuk mengikuti tes dan wawancara. Dante merasa bahagia tak terkira.
Dante membalas e-mail itu dan bersiap untuk hari yang telah ditentukan. Ia tidak tahu apa yang harus ia kenakan atau apa yang harus ia persiapkan. Gema segera memberikan visual baru di hadapannya. Visual itu berisi informasi tentang perusahaan, budaya kerja, profil manajer HRD yang akan mewawancarainya, dan bahkan kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan.
"Kau... kau bisa mengetahui semua ini?" tanya Dante dengan heran.
["Tentu saja. Dengan akses internet yang ku miliki, aku bisa menemukan segala informasi yang kau butuhkan. Ingat, aku adalah asisten digitalmu. Ini tugasku,"] Gema menjawab dengan suara yang terkesan bangga.
Dante tidak lagi merasa cemas. Ia kini tahu bahwa ia akan menghadapi wawancara itu dengan sangat baik. Ia akan membuktikan bahwa ia layak mendapatkan pekerjaan itu. Ia akan membuktikan pada mereka, pada Nayla, dan pada dirinya sendiri.
Dante mengambil sebuah jas yang tersimpan rapi di lemarinya. Gema menganalisis pakaian itu, dan seketika sebuah visual baru muncul, menunjukkan bahwa jas itu sudah ketinggalan zaman. Gema memberikan saran untuk memadukan jas itu dengan kemeja yang berbeda. Serta Gema memberikan visual model rambut yang cocok, yang membuat Dante terlihat lebih bersih.
Pagi itu, Dante merasa sangat bersemangat. Ia berjalan dengan langkah yang pasti dan penuh percaya diri. Berdiri di depan gedung perusahaan yang sangat megah itu, Dante melihat banyak orang yang keluar masuk, semuanya berpakaian rapi dan formal.
Dia mengambil napas dalam-dalam. "Aku bisa melakukannya," gumamnya, lalu ia melangkah masuk.
Di ruang tunggu, Dante duduk di kursi paling depan, menunggu namanya dipanggil. Di depannya, ada beberapa pelamar lain yang juga menunggu. Sebagian dari mereka terlihat gugup, sebagian lain terlihat santai. Dante tidak merasakan apa pun, dia hanya tenang dan rileks.
Tidak lama kemudian, seorang perempuan keluar dari sebuah ruangan. "Saudara Dante Alighieri," panggilnya. Dante berdiri, dan Dante merasakan sensasi aneh di kepalanya, seperti aliran data yang sangat cepat.
Visual baru muncul di hadapan matanya. Dante melihat profil lengkap dari perempuan itu. Gema memberitahunya bahwa perempuan itu bernama Sinta, manajer HRD yang akan mewawancarainya. Gema juga memberitahu Dante bahwa Sinta adalah seorang yang tegas, tetapi sangat menghargai kejujuran dan ketulusan.
"Silakan masuk," kata Sinta, dan Dante mengangguk. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan wawancara, dan pintu pun tertutup.
Dante tersenyum, lalu ia duduk di kursi yang Sinta tunjuk. Sinta melihat Dante dengan tatapan yang tajam, seperti ia sedang menganalisis setiap detail yang ada pada diri Dante. Dante tidak gentar. Dia tahu bahwa ia akan berhasil.