Trapped in a forced marriage siapa yang mau? Apalagi dengan ceo dingin!!!!
Tapi, kenyataannya itulah yang harus di terima oleh Violette. Lahir di keluarga yang cukup terpandang dan berpengaruh tidak membuat nya lepas dari plot twist kehidupan. Ya, Violette lahir di lingkungan mafia dan ayahnya adalah mob boss. Tanpa sepengatahuan dia, ayahnya memaksanya menikah dengan seorang CEO tampan namun Dingin bernama kang Junho. Tentu itu semua karena urusan bisnis dan kerjasama.
"Aku? Wanita cantik, seceria dan semanis aku harus menikah dengan kulkas, eww! never!!"
akankah kisah pernikahan mereka berjalan mudah semudah membalikkan telapak tangan? Atau malah ambyar?
We'll never know.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violette_lunlun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaanku Buruk
Pintu depan rumah dibuka. Seorang wanita paru Baya masuk kedalam rumah. Dia menenteng tas tangan dengan warna yang tidak terlalu mencolok. rambut tebal wanita di Cepol dan ada jepitan bunga.
Dia adalah ibu Junho, Seong mi. Di tangan kanannya dia juga membawa bungkusan penuh roti manis. "permisi..." suaranya cukup menggelegar di seluruh bagian rumah.
Violette mengangkat alisnya saat mendengar seseorang, dia langsung menghentikannya kegiatan mengadukannya dan mengecek keluar. Senyumnya tersungging saat melihat kehadiran mertuanya.
"eh, mamah. duh, kenapa gak bilang kalau mau datang?. Violette jadi belum menyiapakan apapun, nih." katanya. Suaranya di penuhi candaan saat dia menyambut hangat ibu mertuanya.
Seong mi terkekeh, wanita itu membelai bahu Violette, "ih, udah gak apa-apa. Mamah juga sebentar kesini. mamah cuman mau memberimu roti ini. Ibumu bilang kau sangat suka roti manis, jadi mamah belikan." seong mi menyodorkan bungkusan plastik berisi 6 roti, ada yang rasa coklat, strawberry, bahkan ada yang hanya roti manis polos.
Violette mengambang bungkusan itu, "wah, makasih loh, mah. Repot-repot banget. Violette jadi gak enak loh." Violette roti-roti yang ada dia menjadi semakin excited untuk mencicipi roti-roti itu.
"ihh gak enaknya kamu mah tetap aja di makan." Kata seong mi. Dia tidak serius, itu hanya sebuah candaan.
Violette pura-pura sedih mendengar itu, "ihh yaudah, deh, mah. Violette balikin aja." Violette menyodorkan kembali roti itu.
Seong mi tertawa, "ihh, mamah bercanda, tau!. kamu makan, gih. Oh, ya. Junho dimana? Dia udah berangkat kerja, ya?"
Violette mengangguk, "iya, nih mah. Junho udah berangkat dari sekitar jam 8 pagi tadi."
Seong mi hanya ber-oh ria. Dia terdiam sejenak sebelum kembali berbicara.
"ya, sudah. mamah mau langsung pulang. mamah hari ini mau kumpul-kumpul sama temen-temen mamah."
Violette hanya merespon dengan tawa kecil, dia mengangguk pelan, "yaudah, mah. hati-hati, ya."
Seong mi akhirnya meninggalkan rumah putranya dan kembali pulang ke rumahnya. Sementara Violette melanjutkan masakannya yang sempat dia tinggal. Dia hanya tinggal mencetak adonan sebelum akhirnya di kukus. Dia menyimpan dua roti untuk dirinya dan suaminya.
"Bibi Lis!"
Bibi Lis yang sedang merapikan rumah mendengar suara nyonyanya. Dirinya langsung meninggalkan pekerjaannya dan berlari kecil ke dapur.
Di dapur dia menghampiriku violette, "ada apa, nyonya? Anda butuh bantuan?." tanyanya sopan.
Violette tersenyum, dia menggeleng pelan, "tidak, Bi. Ini tadi ibu mertua saya datang dan membawa beberapa roti manis. Saya sudah sisipkan dua untuk saya dan suami. Sisanya untuk bibi dan lainnya." dia memberikan 4 roti di tangannya.
Bi Lis sedikit terkejut, dia benar-benar gak nyangka akan mendapatkan roti. Dirinya berusaha menolak. "tak perlu, nyonya. Untuk anda saja."
Violette memutar matanya, "gak apa, Bi. Udah ambil saja." Violette langsung meletakan keempat roti itu di tangan wanita itu.
Bi Lis mau gak mau akhirnya menerima karena dia tak ingin membuat masalah. dirinya mengangguk pelan. "Makasih, nyonya. saya akan bagikan ke yang lain."
Violette tertawa puas, "nah, bagus.."
**
Di perusahaan.
Junho berdiri di hadapan para kolega nya saat dia menjelaskan tentang kerjasama yang akan mereka lakukan kedepannya. semua orang diruangan mengangguk setuju dan tak ada dari mereka yang tak menyetujui. Semua tampak berjalan lancar dan kondusif sehingga tak memerlukan waktu lama untuk meeting itu selesai.
Setelah meeting selesai, Junho keluar dari kamar sementara asistennya yang merapikan segala sesuatunya.
Tatapan matanya selalu tegas, itulah yang selalu menjadi daya tariknya. Dia membuka pintu ruangan. langkahnya terhenti sejenak dan senyum kecil mengembang di wajah tegasnya. Dia melihat seorang gadis cantik yang duduk di sofa dengan dress biru laut.
Lily tanpa sepengatahuan Junho mengunjungi dirinya, dia duduk di sofa, rambutnya di kuncir dua yang membuat kesan feminimnya semakin kuat. Dia berdiri dan mendekati Junho, pacarnya.
"sayang..." katanya manja, dia berdiri di hadapan pria itu. Kedua tangannya dia letakan di belakang punggungnya. Senyum kecil nan imut dia berikan di hadapan Junho.
Tatapan Junho melembut, dia langsung mengangkat tubuh Lily. dia bisa merasakan betapa kencang dan berisinya tubuh Lily dibandingkan dengan istrinya yang tampak sangat datar dan ramping. Junho mengendong tubuh Lily dengan gaya koala. Wanita itu hanya dia sambil melingkarkan lengannya di leher Junho. Dia menghirup aroma maskulin pria kesayangannya. Dia benar-benar merindukan pria ini meskipun baru semalam mereka melakukan Vidio call.
Junho membelai lembut rambut Lily. keberadaannya benar-benar membuat hati Junho menghangat. Setiap dekat dengan wanita itu, jantungnya selalu berdetak, pipinya menghangat. Dia merasakan dia benar-benar mencintai Lily.
Junho duduk di kursinya dengan Lily di pangkuannya. dia mengusap lembut punggung wanita itu. Jari-jarinya merasa bahan lembut dari gaun yang Lily gunakan. Dia menangkup pipi Lily, membuat gadis itu menatap matanya.
tatapan mereka saling bertemu. Lily, tersenyum kecil, "aku merindukan mu, sayang." katanya lembut.
Junho hanya terkekeh, ibu jarinya mengusap lembut bibir ranum Lily, "aku juga merindukan, love. Kau tampak sangat cantik dengan gaun ini. Gaun biru saja sudah membuat mu memukau, apalagi dengan gaun putih yang melilit tubuhmu. Kau pasti akan menjadi bidadari terindah yang pernah ku lihat." kata-kata yang diberikan Junho tampak begitu tulus. tangan nya semakin turun dan membelai leher Lily.
Lily tersipu mendengar kata-kata manis Junho yang tak pernah gagal membuat jantungnya berdegup kencang dan membuat hatinya menghangat.
"kau benar-benar manis, sayang. Tak pernah gagal membuat ku merasa senang. Aku senang dekat dengan mu. melihat mu membuat ku tenang. aku mencintaimu, Sayang." kata Lily. Dia sedikit memajukan wajahnya.
Junho menatap wajah Lily yang semakin yang semakin dirinya. Dirinya mulai tergoda dan ikut memajukan wajahnya. Bibir mereka kini sangat dekat. Mereka bisa merasakan nafas hangat dari masing-masing.
"aku mencintai, Junho." kata Lily, dirinya memejamkan matanya erat.
Junho terkekeh, "aku juga selalu mencintaimu. you always be my baby girl."
Bibir mereka kini bersentuhan dalam ciuman lembut. Lengan Junho melingkari pinggang Lily, menarik wanita itu mendekat sementara satu tangannya masih membelai wajah gadis itu ditengah ciuman.
**
"auh!!." Violette meringis saat jari-jarinya terkena cipratan minyak panas saat dia mengoreng nugget bentuk hati buatannya.
Entah kenapa hatinya merasa sakit tanpa sebab, rasanya dia sedih dan takut. Namun, dia sendiri tak tahu kenapa begitu. Pikirannya melayang pada suaminya. Dia tak bisa tidak merasa khawatir. Dia berharap suaminya baik-baik saja. tetapi, perasaan yang dia rasakan sekarang menghianati.
"Junho, kenapa aku jadi khawatir padamu? Aku harap semua baik-baik saja." lirih Violette.
Dia berusaha menyelesaikan bekal makan siang untuk Junho secepat mungkin agar dia bisa segera melihat suaminya itu.
____________________________________
To Be Continued
_________________________________
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!
Follow juga:)