Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 Jangan Ayah
Vasca sekarang berbaring lemah di kontrakannya, sambil kembali mengingat apa yang sudah terjadi. Diluar, hujan masih saja turun kebumi dengan derasnya.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu terdengar mengagetkan lamunan Vasca dia langsung bangun dan membuka pintu.
"Siapa ya hujan gini". Tanya Vasca pada dirinya sendiri.
Deg....
Vasca kaget melihat siapa yang berada sisipan pintu saat ini.
"Sepertinya cara yang halus tidak bisa membuat kamu ikut" Kata Nickolas dingin.
Vasca tidak bisa berkata-kata karena ia sudah tau apa yang akan terjadi.
"Dames, bawa dia". Perintah Nickolas tegas tidak ingin dibantah.
"Tapi Yah... aku tidak mau ayah". Kata Vasca sambil memohon.
Plak...
Satu tamparan keras melayang dipipi kanannya.
Sret....
Nickolas menarik Vasca dan membuangnya ke membuanya di bangku mobil.
"Ayah sakit ayah" Kata Vasca sambil terisak.
"Diam kamu bangsat!!! ". Kata Nickolas tinggi.
Vasca terus dibawa secara paksa oleh Nickolas menuju ke rumah besarnya.
Bugh.....
Vasca didorong oleh Nickolas, sehingga membentur pintu dinding rumahnya.
"Cepat tanda tangan ini" Perintah Nickolas tegas.
"Tidak ayah, Vasca tidak mau, Vasca masih mau jadi anak ayah". Kata Vasca sambil terisak.
Plak.. plak... bugh..
"Sialan kamu ya... beraninya kamu melawan "
Nickolas terus memukul Vasca dan menendangnya. Vasca yang berteriak kesakitan dan menangis dengan hebat tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sini kamu.... kamu itu harus diberi pelajaran". Kata Nickolas sambil menarik rambut Vasca dan membawanya kegudang.
"Ayah jangan yah... ampun ayah.. ayah.... " Vasca terus ditarik secara paksa dan dimasukkan digudang yang bau dan gelap.
"Dames ikat dia". Perintah Nickolas kepada Dames.
"Baik tuan" Jawab Dames patuh.
"Ayah... hiks ....hiks... hiks... "Vasca terus menangis melihat dirinya diikat oleh suruhan ayahnya. Dia diikat pada sebuah bangku yang sudah lusuh dan kotor.
"Dames paksa dia agar mau tanda tangan ".
Perintah Nickolas tadi.
"Baik tuan". Kata Dames dan mengambil berkas itu.
Seberapapun Dames memaksa, namun Vasca tetap pada pendiriannya bahwa ia tidak akan menandatangani surat itu. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang sedikit lagi akan ambruk.
Sampai 1 jam berlalu, Vasca tidak menyetujui itu, membuat Dames kehilangan akal dan melahirkannya kepada Nickolas.
"Tuan.... non Vasca tidak mau tanda tangan" Jawab Dames sambil menunduk.
"Kurang ngajar ya... "Jawab Nickolas sambil melangkahkan kakinya menuju kegudang.
"Nickolas, tinggalkan kami sendiri " Kata Nickolas dingin.
Vasca yang mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi, hanya bisa menutup matanya dan berdoa agar ia selalu dilindungi.
"Apa yang membuat kamu tidak mau menandatangani surat ini? " Tanya Nickolas dingin.
Vasca tidak menjawabnya, dia bahkan tidak berani menatap sang ayah.
"Angkat muka kamu dan jawab!!! " Bentak Nickolas. Suaranya menggelegar diruangan kotor itu.
Vasca mengangkat mukanya dan memandang sang ayah. Vasca dengan penampilan yang begitu berantakan, darah yang mengalir dari mulut dan hidungnya dengan rambut yang sudah tidak rapi lagi.
Nickolas membuka ikat pinggangnya membuat Vasca berteriak.
"Ayah jangan ayah... jangan pukul aku ayah.. " Teriak Vasca namun tidak didengarkan oleh ayahnya.
Prak.... prak.... prak....
Bunyi suara pukulan itu. Nickolas memukul Vasca tanpa ampun dan secara membabi buta. Dia sedikitpun tidak peduli dengan Vasca yang berteriak kesakitan. Darah sudah keluar dari tangan, kaki, dan punggung Vasca, tapi itu tidak membuat Nickolas merasa iba padanya.
Sekarang, Vasca benar-benar merasa sakit. Ia sampai tidak tau harus mengadu pada siapa. Hancur. Bahkan ayahnya dengan paksa menyuruhnya menandatangani surat itu. Kini, ia sudah bukan lagi milik Nickolas, namanya sudah dihapuskan, dan ia bukan lagi anggota dari keluarga Dirgantara.
"Tuhan... apa betul aku tidak pantas
bahagia?.. Ini sakit sekali. Bahkan keluarga aku sendiri tidak menginginkan aku... kenapa lagi Tuhan?... Bunda sakit bunda, aku gk bisa. Kenapa bunda tidak jemput aku saja?... aku benci ini bunda, aku benci semuanya". Guman Vasca sambil menangis.
Masih dalam rumah itu, tetapi dalam kamar lain, Vasco duduk dipojokan kamarnya sambil menangis. Ia melihat apa yang sudah terjadi, termasuk suara pukulan san juga suara adiknya yang menangis meminta ampun. Ia tau Vasca kesakitan, dan lebih menyakitkan lagi adalah bahwa Vasca sekarang bukan lagi adiknya secara hukum.
"Ade.... maaf" Kata Vasco lirih tanpa bisa membantu.
Bugh... bugh... bugh....
Vasco meninju dinding kamarnya, sampai darah keluar dari jari-jarinya.
"Kenapa semuanya seperti ini? " Tanya Vasco penuh emosi.
"Aku muak... aku benci"..Vasco terus melukai dirinya sendiri tanpa bisa membantu.
Sampai malam tiba, Vasca masih berada dalam ruangan tersebut dengan tatapan kosong dan hampa.
"Bi.... tolong bantu Vasca keluar" Kata Vasco kepada asisten rumahnya.
"Iya den.... "Kata asistennya patuh.
Mereka lalu mengeluarkan Vasca yang sudah tidak sadarkan diri penuh dengan darah ditubuhnya. Vasco hanya bisa meneteskan air matanya melihat keadaan Vasca.
"Tolong ambil kotak P3K bi" Kata Vasco.
Vasco berjongkok dan membersihkan darah yang melekat pada tubuh adiknya. Bekas luka dan memar yang sudah membiru.
Vasco lalu menidurkan Vasca dikamarnya dan memeluk sang adik. Ia tahu, mungkin ini pelukan terakhir yang bisa ia berikan.
🌹🌹🌹
Dilain tempat, Langit bingung harus mencari Vasca kemana. Semua tempat sudah ia pergi tapi tetap saja sama. Dan yang buat Langit bingung adalah pintu dikontrakan Vasca tidak tertutup.
"Kamu dimana Ca? " Tanya Langit bingung. Ia sudah capek memutar tetapi tetap saja ia tidak menemuinya.
"Semoga kamu baik-baik saja Ca... aku selalu harap begitu". Kata Langit terus merapalkan do'a, bahwa sejatinya ia hanya mau Vasca baik-baik saja.
Langit kembali ke rumahnya dengan muka lusuh dan sedih. Ia sampai bingung harus pergi kemana lagi.
"Langit... dari mana saja kamu? " Tanya Andrew padanya.
"Keluar bentar tadi ayah". Kata Langit.
"Makan dulu nak.... Papa ada perlu sama kamu". Kata Andrew kepada putranya.
"Kenapa papa? " Kata Langit.
"Ini penting Langit, papa tunggu di ruangan kerja papa". Kata Andrew lalu pergi.
"Iya Pa". Jawab Langit. Ia merasa aneh karena baru kali ini papanya ingin berbicara serius dengannya.
Halo semua, jangan lupa ya untuk terus mengikuti novel tulisan aku. Jangan lupa juga untuk memberikan komentar dan masukan yang terbaik ya biar aku semakin semangat nulisnya. Jangan lupa juga untuk Like dam Follow ya.. makasih..
Love You All
🙏