Shenina Jean atau yang akrab disapa Nina adalah seorang wanita karir sekaligus istri dari lelaki bernama Argan Dio. mereka merupakan sepasang kekasih yang menikah atas dasar saling mencintai.
karena tak kunjung mendapatkan keturunan, Shenina memutuskan untuk meninggalkan dunia kerja dan melepaskan jabatan bersama mimpi-mimpinya. Agar bisa lebih fokus pada program kehamilan yang tengah ia jalani.
Namun setelah semua usaha yang ia lakukan, ternyata Shenina mendapati suami yang sangat dicintainya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain merupakan orang terdekatnya.
Kenyataan pahit atas pengkhianatan tersebut membuatnya hancur berkeping-keping. hingga ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin. menghilang tanpa jejak, merombak dirinya secara keseluruhan lalu kembali dengan kehidupan dan identitas yang benar-benar baru.
Bagaimana kisah kelanjutannya....? apakah Shenina akan balas dendam ? Atau justru memulai cinta yang baru ? Nantikan kisahnya ya……..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Pulang
Tanpa terasa setelah beberapa jam dalam penerbangan kini Shira dan Jen sudah berada di tempat tujuan.
Wanita itu melihat sekelilingnya, sepanjang perjalanan tidak banyak yang berubah. Yang membedakan hanya udara yang terasa lebih sesak serta hawa yang cukup panas dari tempat sebelumnya, karena kondisi lalu lintas yang sangat padat.
Dari kejauhan terlihat jelas sebuah gedung megah yang menjulang tinggi berukuran besar dengan menonjolkan ciri khas estetikanya.
Gedung itu nampak semakin cantik, dengan nuansa langit jingga di sore hari yang sebentar lagi akan berganti menjadi malam.
“Wahh jadi disana letak kantor Luxe’me Cosmetic yang terkenal itu” ucap Jenifer menunjuk ke arah bangunan tersebut.
“Hmm, sepertinya tidak ada yang berubah” sahut Shira sembari ikut memandang dari kejauhan.
Kebetulan hotel yang mereka tuju letaknya tidak jauh dari gedung Luxe’me tersebut.
Perlahan Jenifer sudah mulai fasih berbahasa Indonesia. Karena sering berinteraksi dengan Shira, gadis itupun tidak kaget lagi masalah berkomunikasi saat berada di negara tersebut.
Sesampainya di hotel mereka langsung menuju kamar dengan fasilitas lengkap dan terbaik yang sudah disediakan oleh pihak Luxe’me. Pemandangan di hotel itu berseberangan langsung dengan gedung megah milik Shendra.
Jenifer masih berkeliling melihat-lihat lokasi sekitar tempat itu, sedangkan Shira sejak tadi sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk yang sangat nyaman.
Belum sempat ia memejamkan mata ponselnya sudah berdering memecah keheningan. Shira meraba sakunya, ternyata itu adalah sebuah panggilan video dari dokter Seon Ji.
“Nunaaa…..!!!”
“Hmm…???”
“Aku merindukanmu, kapan kau akan pulang ??”
“Bohong..!! Kau hanya merindukan masakanku”
“Hahaha bukan begitu Nuna” pemuda di seberang telepon itu tertawa karena Shira sudah hafal dengan basa basinya.
“Aku baru saja sampai Seon Ji, dan sekarang aku sangat lelah” ucapnya sambil menguap mengusap matanya.
“Ya sudah kalau begitu istirahatlah, aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja”
“Hmmm.. kau juga sebaiknya istirahat” sahut Shira sebelum mengakhiri panggilannya.
Hanya dari wajahnya saja Shira sudah tahu kalau pemuda itu sangat kelelahan. Dan memang benar Seon Ji baru saja keluar setelah beberapa jam di ruang operasi.
Jadwalnya selalu padat setiap harinya. Namun sebisa mungkin ia memberi kabar atau saling bertukar pesan dengan Shira di sela-sela kesibukannya.
Shira juga biasanya sering mengantarkan makanan buatannya kepada Seon Ji kalau dokter itu tidak sempat pulang atau sedang banyak pasien.
Wajar saja kalau pemuda itu merasa kesepian jika tidak ada Shira. Kemungkinan ia hanya akan makanan seadanya lewat jasa pesan antar, atau pergi ke restoran kalau sedang senggang. Karena makanan di kantin rumah sakit tidak se lezat masakan Shira.
Shira yang tadinya mengantuk sekarang jadi tidak bisa tidur. Banyak hal yang beterbangan dalam pikirannya.
Besok dia dan Jenifer sudah harus pergi menuju Luxe’me Cosmetic untuk pembahasan kontrak kerja selanjutnya, serta menyusun jadwal untuk kegiatan selama berada disana.
Kegiatan perihal kontrak dengan para model seperti itu sudah diluar kepala bagi Shira, karena dia sering melakukannya saat bekerja di perusahaan tersebut.
Meski ada sedikit rasa cemas yang muncul dalam dirinya, namun sejak awal wanita itu terus mengingatkan bahwa dia tidak boleh melakukan kesalahan. Jangan bersikap seolah-olah ia mengenal setiap orang yang ada di sana.
Karena kali ini dia kembali sebagai Genna Shira. Wanita asing dengan wajah cantik yang di kontrak oleh Luxe’me untuk jadi model iklan dan majalah produknya.
Jangan pernah menangis atau pura-pura sakit lagi ketika berhadapan dengan Shendra. Dan bersiaplah profesional dalam bekerja. Begitulah kata-kata yang terus terngiang dalam hatinya.
Yang membuatnya sedikit cemas adalah bagaimana pertemuannya nanti dengan mantan suaminya. Kalau memang Dio masih bekerja disana, maka otomatis lelaki itu yang akan menjadi salah satu penanggung jawabnya.
Sedikit banyak lelaki itu juga pasti akan sering berinteraksi dengannya. Sementara Shira paling malas kalau harus bertemu orang itu setiap hari.
Apalagi dengan sifat Dio yang begitu ramah dan mudah akrab dengan siapapun. Maka tidak menutup kemungkinan lelaki itu akan cepat akrab dengannya.
Namun hal seperti itu sudah ia pikirkan matang-matang. Jika Shira memilih untuk kembali, artinya dia juga sudah siap dengan segala konsekuensi yang harus dihadapi. Termasuk bertemu dengan orang-orang di masa lalunya.
Meskipun Dio tidak mungkin mengenalinya, tetapi tetap saja Shira sangat mengenal mantan suaminya.
Dan benar saja, kedatangan Shira kali ini membuat semua mata tertuju padanya.semua orang memuji dan kagum akan kecantikannya.
Tubuhnya yang putih mulus tanpa cela, serta wajah cantiknya yang hampir tidak nampak satupun pori-pori itu merupakan dambaan bagi banyak orang, baik wanita maupun pria.
Dengan visual yang mendekati sempurna itu, siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona.
Seperti dugaan Shira sebelumnya, dari kejauhan seorang pria datang menghampirinya dengan senyum ramah yang luar biasa. Lelaki itu mengulurkan tangan dan menyapanya.
“Perkenalkan saya Argan Dio, selaku manajer tim divisi satu” ucapnya sembari bersalaman dengan Shira dan Jenifer.
Shira kemudian tersenyum dan memperkenalkan dirinya bersama sang manajer.
Anehnya dia sama sekali tidak merasa gugup ataupun canggung saat bertemu dan bersalaman dengan mantan suaminya.
Tidak ada perasaan sedih seperti ketika dia pertama kali bertemu dengan Shendra setelah sekian lama.
Semua benar-benar terasa biasa saja. Sungguh aneh tapi nyata. Menurutnya Dio hanyalah seseorang di masa lalu yang pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Tidak lebih dari itu.
Mungkin karena memang sudah tidak ada lagi cinta dalam hatinya. Menurutnya tidak ada yang berubah dari sosok lelaki tersebut. Dio masih sangat tampan dan begitu ramah seperti dulu.
Caranya bicara juga sangat lembut, dengan senyuman hangat yang selalu menjadi ciri khasnya.
“Saya sangat senang Nona Shira bisa datang kesini, ternyata saya tidak salah mengusulkan anda sebagai model utama kami tahun ini” ucap Dio sambil terus tersenyum mengagumi kecantikan Shira.
“(Sial, jadi dia yang mengusulkan namaku. Sudah kuduga laki-laki ini memang tidak berubah)” batin Shira.
Wanita cantik itu tersenyum tipis mendengar ucapan Dio. Ternyata selain tampangnya yang terlihat sama, sifatnya pun benar-benar masih sama.
Jika dulu cara bicara dan keramahan Dio membuatnya terasa menyenangkan, namun kini sifat seperti itu membuat Shira merasa risih dan tidak nyaman.
Bagaimana dia merasa tidak cemburu atau berpikir yang macam-macam ketika Dio memperlakukan semua orang seperti itu.
Apakah mungkin sikap itu juga yang membuat Yuri sampai merebut Dio darinya.
Kalau memang iya, kemungkinan bukan hanya Yuri yang punya perasaan terhadap Dio.
Entah apa yang membuatnya dulu pernah jatuh hati pada mantan suaminya itu. Padahal banyak sekali lelaki yang mengejarnya selain Dio.
Mungkin karena dulu Shira merupakan anak sebatang kara, sehingga keramahan seseorang sangat gampang menyentuh hatinya dan membuatnya jatuh cinta.
Intinya, bertemu kembali dengan Dio bukannya membuat Shira menjadi sedih ataupun dendam. Melainkan terus mengingat betapa bodohnya dia saat itu.
Bicara tentang kebodohannya, tiba-tiba saja dia kembali ingat dengan perkataan Shendra yang sangat menyebalkan karena mengatai dirinya bodoh.
Shendra bahkan sampai menciptakan lirik lagu pemancing emosi yang berjudul “Nina Bodoh”
Nadanya sama persis dengan lagu pengantar tidur Nina Bobo, tapi liriknya sengaja diganti dan benar-benar membuat Shira emosi sampai ke ubun-ubun.
Yang paling menyebalkan adalah Shendra selalu menyanyikan lagu ciptaannya itu lewat pesan suara sebelum tidur.
Kalau di ingat-ingat rasanya Shira ingin mendengar nyanyian itu sekali lagi. Nyanyian yang membuatnya selalu kesal setiap saat.
Entah kenapa kini ia terus tersenyum setiap kali mengingatnya. Sejak tadi matanya terus mencari-cari sosok orang tersebut, namun belum juga kelihatan.
“Ehem…” tiba-tiba seseorang masuk dengan langkah cepat disusul oleh sekretaris Ken yang menyambut kedatangan Shira.
“Selamat datang Nona Shira” ucap Shendra mengulurkan tangan dan bersalaman dengan Shira. Dengan aura dingin dan suara datar yang sangat menggambarkan dirinya.
“(Cih akhirnya si penyanyi menyebalkan ini menampakkan batang hidungnya)”
Sikap Shendra benar-benar dingin pada semua orang, termasuk kepada para model cantik yang selama ini silih berganti membintangi semua produknya.
Meskipun demikian, mereka tetap sangat puas dan selalu berharap bisa terus bekerjasama dengan pihak Luxe’me karena bayarannya yang sangat fantastis.
Perusahaan juga memperlakukan mitra bisnisnya dengan baik dan ramah. Satu-satunya yang kurang ramah hanyalah Shendra Wisnu, selaku direktur utama atau CEO Luxe’me Cosmetic yang memang terkenal dingin itu.
Itu sebabnya, sejak dulu tidak pernah ada satupun berita miring tentang hubungan asmara antara petinggi perusahaan dengan wanita manapun. seperti para artis atau model yang kerap diberitakan oleh media pada perusahaan lain.
Meski terkenal masih muda dan sangat tampan, namun nyatanya belum ada seorangpun wanita yang mampu memikat hatinya.
Dan terbukti hingga saat ini Shendra masih sendiri, sangat dingin dan penuh misteri. Sepertinya julukan malaikat pencabut nyawa itu memang cocok sekali dengan tampang Shendra.
Kemudian mereka mulai membahas mengenai kontrak kerja yang saat itu pernah tertunda. Satu per satu sekretaris Ken menjelaskan semuanya secara rinci kepada Jen dan juga Shira.
Wanita cantik itu hanya manggut-manggut mendengarkan dengan saksama, sambil sesekali matanya mencuri pandang pada Shendra.
Saat semuanya sudah selesai Shendra menyuruh semua orang untuk meninggalkan ruangan. Hingga yang tersisa hanya mereka berempat.
“Ken….”
“Iya Tuan ??”
“Bisa tinggalkan kami berdua”
“Baik tuan” sekretaris Ken dengan cepat mengajak mengajak Jenifer untuk ikut pergi bersamanya.
Sementara Shira yang tertinggal berdua dengan Shendra nampak panik dan bingung harus berbuat apa.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya ??” Tanya Shendra sambil menyilangkan kedua tangannya menatap Shira dengan tatapan penuh selidik.
“Tentu saja, bukankah kita pernah bertemu sebelumnya di restoran waktu itu” sahut Shira tersenyum dengan santai, sembari menyilangkan tangannya mengikuti gerakan Shendra.
(Cih dia pikir aku takut padanya huh ??)
“Maksudku sebelum itu” ucap Shendra mulai mengerutkan keningnya.
(Dari suara dan sikap tidak sopannya, sepertinya perempuan ini memang bukan Nina. Karena tidak mungkin Nina bersikap seperti ini pada orang lain, kecuali padaku…)
“Aaaaa…, kalau itu sepertinya tidak” sahut Shira memutar bola matanya menghindari tatapan tajam yang menusuknya.
“Lalu kenapa sejak tadi memandangku seperti itu ??”
Mendengar pertanyaan itu Shira mulai gemas dengan kakaknya. Dia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya untuk berpura-pura manis di hadapan Shendra.
“Karena aku punya mata, dan ini mataku jadi terserah padaku !!!”
Jawaban Shira seketika membuat Shendra semakin geram. Wanita itu bisa melihatnya dengan jelas dari tatapan tajam Shendra yang turun naik melihat dirinya dari atas ke bawah.
“Lagipula Pak Shen benar-benar tampan, jadi sangat sayang untuk dilewatkan” sahutnya tertawa kecil sambil berdiri meninggalkan ruangan itu.
(Ya ampun mulutku…!! Apa yang kukatakan barusan) batin shira, wanita itu menepuk mulutnya yang sudah tak terkontrol.
“(Dasar perempuan gila…!!! Berani sekali dia menggoda pria secara terang-terangan. Sejauh ini dia yang paling gila di antara semuanya…!!!)”
Hari itu untuk pertama kalinya ada wanita yang bicara begitu lancang pada Shendra, namun anehnya dia sama sekali tidak marah. Meski mulutnya menggerutu kesal, tapi hatinya terasa hangat.
“Menarik, tapi kenapa aku merasa sikap kurang ajarnya itu sangat mirip dengan seseorang ???”
……………………………………………………….
semoga shendra cepet tau penyebab Nina pisah dengan Dio, biar tau rasa si Dio dan Yuri..